Mohon tunggu...
Iskandar Dinata
Iskandar Dinata Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Karyawan swasta

Hobi saya adalah penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang dan Nasib

22 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:15 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang pria bernama Arman. Dia adalah seorang pegawai biasa yang menjalani hidup sederhana dengan penghasilannya yang pas-pasan. Setiap hari, Arman berangkat kerja dengan penuh semangat, meskipun gajinya tak seberapa. Namun, di dalam hatinya, Arman selalu memimpikan kehidupan yang lebih baik.

Suatu hari, nasib baik datang menghampiri Arman. Dalam perjalanan pulang dari kantor, dia menemukan sebuah dompet di pinggir jalan. Dompet itu penuh dengan uang tunai dan kartu identitas. Hati Arman berdebar-debar, ia merasa seolah-olah sedang bermimpi. Jumlah uang di dompet itu cukup untuk mengubah hidupnya.

Namun, di dalam dompet itu, Arman menemukan kartu identitas milik seorang wanita tua bernama Ibu Siti. Arman berpikir keras, apakah ia harus mengambil uang itu untuk dirinya sendiri atau mengembalikannya kepada pemiliknya.
Dalam hati kecilnya, Arman tahu bahwa mengambil uang itu bukanlah hal yang benar. Dia memutuskan untuk mencari Ibu Siti dan mengembalikan dompet itu.


Setelah beberapa jam mencari, akhirnya Arman menemukan rumah Ibu Siti. Wanita tua itu tampak sangat cemas ketika Arman datang dan menyerahkan dompetnya. Dengan mata yang berkaca-kaca, Ibu Siti mengucapkan terima kasih kepada Arman. Ternyata, uang dalam dompet itu adalah uang pensiunnya yang sangat ia butuhkan untuk biaya hidup sehari-hari.

Sebagai tanda terima kasih, Ibu Siti memberikan sedikit uang kepada Arman, namun Arman menolaknya dengan lembut. Baginya, kebaikan yang ia lakukan sudah lebih dari cukup. Ibu Siti sangat terharu dan mendoakan agar Arman selalu diberkati.

Kisah ini menyebar di kalangan tetangga dan rekan kerja Arman. Banyak yang terinspirasi oleh kejujuran dan kebaikannya. Suatu hari, bos Arman mendengar cerita ini dan merasa sangat bangga. Dia memutuskan untuk memberikan promosi kepada Arman dan menaikkan gajinya.

Tak hanya itu, seorang pengusaha kaya yang mendengar kisah Arman tertarik untuk menemuinya. Pengusaha itu menawarkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar dan posisi yang lebih baik. Arman menerima tawaran itu dengan penuh syukur.

Seiring berjalannya waktu, hidup Arman berubah drastis. Dari seorang pegawai biasa, ia menjadi seorang manajer sukses di perusahaan ternama. Namun, satu hal yang tak pernah berubah dari Arman adalah kejujuran dan ketulusannya. Dia selalu ingat bahwa nasib baik yang menghampirinya adalah hasil dari keputusan untuk berbuat baik.

Kini, Arman selalu berusaha membantu orang lain yang membutuhkan, sama seperti ia pernah membantu Ibu Siti. Uang yang ia miliki sekarang bukanlah tujuan utama, tetapi alat untuk melakukan kebaikan. Arman mengerti bahwa uang bisa datang dan pergi, tetapi nilai kejujuran dan kebaikan akan selalu abadi.

Begitulah, kisah Arman menjadi inspirasi bagi banyak orang di kota kecil itu. Mereka belajar bahwa kejujuran dan kebaikan adalah harta yang paling berharga, lebih dari sekadar uang. Dan Arman, dengan segala kebaikannya, hidup bahagia dan dihormati oleh semua orang di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun