Fenomena ini sering terjadi pada pegawai-2 swasta yang melakukan perjalan dinas.
Saya tidak begitu mengerti tata cara perjalanan dinas PNS, karena saya lama di Singapore. Namun saya juga banyak berhubungan dengan PNS dari Jakarta yang bertugas ke Singapore. Sering saya pulalah yang harus melayani mereka. Semua keperluannya kita yang sediakan, termasuk akomodasi, makan, transport dan kadang-kadang oleh-oleh.
Saya hanya bercerita pengalaman saya dan teman-2 dari perusahaan swasta lainnya di Singapore dan Jakarta.
Tidur Bintang Lima
Hampir semua perusahaan di Singapore dan swasta asing di Jakarta mengharuskan staffnya  untuk tidur dihotel yang ditunjuk perusahaan,dan rata-2 hotel berbintang 5 atau 4.
Alasan , gampang menghubungi, image perusahaan dan keamanan dan kenyamanan.
Ada banyak keuntungan yang saya rasakan di hotel berbintang:
1. Â Â Â Secretarial service, maklum dahulu masih belum musim lap top dan internet , paling-paling berhubungan dengan kantor pusat pakai fax dan telex
2.     Medical Service, pernah saya sakit , segera dokter datang
3.     Transport yang terpercaya , terutama untuk kita yang baru datang.
4.     Information service, terutama untuk objek pariwisata. Biasa diwaktu-waktu luang ingin juga sight-seeing.
Makan Kaki Lima.
Untuk urusan makan ini sering terjadi perdebatan, Â antara makan dihotel atau lump sum atau meal allowance dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
1.     Makan dihotel, umum diharuskan kalau bertugas dinegara-negara yang kebersihannya diragukan.
2.     Makan dihotel memudahkan akuntansi perusahaan.
3.     Makan pakai lump sum mempunyai efek negatif seperti kelewat berhemat, sehingga makanan yang dikonsumsi tidak terjamin mutunya yang bisa mengakibatkan penyakit.
4.     Makan diluar hotel lebih murah sehigga bisa menyisakan uang untuk hal lain. Kalau bagi bule bisa untuk minum-minum dan night club.
Dari perdebatan, kelihatan sekarang yang menang ialah meal allowance. Biasanya besar meal allowance hampir sama denga harga makan dihotel .
Hampir semua pegawai yang tugas diluar , terima meal allowance dan makan diluar hotel. Maka tidak aneh disekeliling hotel berbintang menjamur warung, café- kecil-kecilan.
Rumah makan di Jalan Sabang umpama tempat makan orang yamg tinggal dihotel-hotel di Jalan Thamrin. Rentetan café-cafe kecil di Jalan Teluk Betung untuk mereka tinggal di GI dan Hotel Mandarin.
Disekitar Hotel Bina Kutai Balikpapan juga dipenuhi warung dengan berbagai kelas.
Begitu juga di Singapore, untuk penghuni hotel disekitar Orchard Road, maka Lucky plaza, Wisma Ataria dan banyak lagi café-cafe disekitarnya.
Sekarang di Melbourne lagi penuh bintang-bintang tennis sedunia dan pasti mereka tinggal di Hotel bintang 5, tapi mereka memenuhi café-cafe kecil di gang-gang disekitar Flinder stasiun.
Dahulu disekitar tahun 1970-an crew-crew pesawat setiap transit selalu dihidang makanan-makanan mewah di Airport. Sekarang mereka terima meal allowance. Akibatnya, biar krunya bule sekalipun sudah tahu warung-warung soto di Airport , pernah saya lihat pramugari ngumpet-ngumpet maka nasi rames.
Memang kadang terpaksa makan dihotel kalau singgahnya cuma satu-dua malam saja
Dan pengalaman pribadi, memang sering tidur bintang lima dan makan kaki lima sungguhan, diemperan di Jalan Sabang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H