Seorang  kawan di Kompasiana melancar kritik pedas bagi pemakai kata Cina atau China, SBY sudah mengeluarkan peraturan penggantian kata Cina jadi Tiongkok atau Tionghoa.
Bagi orang awam yang bukan ahli bahasa bukan pula ahli sejarah apalagi fisafat , jadi bingung kok hal ini dianggap kelewat serius.
Pergaulan sehari-2 sering membawa salah tafsir untuk satu kata yang sebenar baik.
Coba lihat, apa mau disebut orang Padang atau orang Minang. Bahasa bakunya orang Minang , bukan orang Padang. Orang Padang hanya berlaku untuk penduduk kota Padang. Namun pergaulan sehari-2 semua orang Minang disebut orang Padang , nasi Padang, soto Padang. Apakah orang Minang merasa tersinggung  disebut orang Padang. Tidak juga, malah kalau disebut orang Minang merasa bicaranya kelewat formal. Jadi tidak nyambung dalam keseharian.
Lain lagi orang Batak , sering ditemui mereka lebih senang disebut orang Tapanauli , walau pada saat tertentu tidak bisa menghindar dari sebutan Batak.
Orang Ambon atau orang Maluku. Duanya biasa dipakai dipergaulan tanpa ada effek sampingnya,
Di luar negeri sering nama-2 itu dipendekan atau nickname, orang New Zealand dengan nama Kiwi, Australia dengan OZ.
Indonesia sering juga dipendekan, di Australia disebut, Indo, di Malaysia disebut Indon. Lho kok malah sebutan Indon di Malaysia itu dianggap pelecehan. Â Saya sering menerima ucapan itu tanpa ada rasa pelecehan.
Seorang teman berenang saya Cina -Jawa bercerita dia dapat menantu orang Padang. Â Melihat raut muka saya penuh tanda tanya dia membetulkan " Cina -Padang ". Dia mengucapkan kata Cina tanpa rasa bersalah.
Mungkin sekarang akan dirubah sesuai kepres, dengan kata " Tionghoa-Padang " Â atau lebih sopan lagi " Tionghoa -Minang" . Kok tidak nyambung rasanya.
Atau semua kampung Cina diharamkan disebut kampung Tiongkok. Kalau begitu kampung Arab disebut kampung Saudi , kampung Ambon jadi kampung Maluku.
Mungkin kalau menulis secara resmi akan saya tulis Tiongkok supaya jangan melanggar kepres , tapi keseharian tetap saja Cina.
Cina ya cina, Padang ya Padang . Begitu aje kok repot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H