Mohon tunggu...
Isidorus Lilijawa
Isidorus Lilijawa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Meneropong posibilitas...

Dum spiro spero

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Vs Spanyol di Arena Filsafat Bola

6 Juli 2021   18:50 Diperbarui: 6 Juli 2021   18:54 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

Sepak bola menampilkan pengalaman eksistensial sebagai sebuah permainan manusia. Manusia yang diwakili oleh para pemain sepak bola adalah pribadi-pribadi yang aktif, bergerak, mobil demi sebuah tujuan bersama.

Sepak bola merupakan eksplisitasi dinamika hidup manusia yang bekerja sama, berkonfrontasi, berekonsiliasi, bertenggang rasa dalam wadah kehidupan ini demi sebuah tujuan bersama menjadi manusia yang lebih manusiawi, manusia yang sejahtera lahir dan batin.

Prof. Johan Huizinga mengatakan bahwa manusia adalah homo ludens (makhluk bermain). Kemampuan bermain adalah kekhasan manusia. Dalam bermain, manusia menunjukkan eksistensinya.

Ia menghadirkan totalitas yang nyata dalam kegembiraan, sukacita, kesedihan, dukacita. Manusia yang bermain adalah manusia yang bisa meraih kemenangan, menerima penghormatan dan sorak-sorai, tetapi sekaligus pada sisi yang berlawanan manusia yang bermain juga adalah manusia yang tidak dapat menghindarkan diri dari kekalahan,  keterbatasan, kekurangan, caci maki dan hujatan. Dalam konfrontasi dua sisi kehidupan inilah manusia mengada.

Dalam perspektif refleksi teologis filosofis, kemampuan bermain manusia bersumber dari Sang Pencipta. Kemampuan itu adalah hadiah, rahmat (gabe) serentak juga merupakan tanggung jawab (aufgabe).

Maka manusia yang bermain sesungguhnya mengungkapkan keterciptanya di satu sisi dan cetusan puji-pujian syukur kepada Sang Pencipta di sisi lain. Dimensi sepak bola tidak terbatas hanya pada pengalaman di lapangan hijau. Sepak bola merevelasikan pengalaman yang imanen dan transendens, pengalaman masa lampau, kontemporer hingga post-truth.

* * *

Filsafat sepak bola menggelinding dalam dua dimensi  yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Filsafat bola selalu mengandaikan eros dan agon. Supaya permainan sepak bola itu disebut sunguh-sungguh sebagai permainan, diperlukan dua unsur pokok itu. Permainan tidak menjadi permainan lagi jika kedua unsur itu dilebih-lebihkan atau ditiadakan.

Eros berarti cinta. Eros inilah yang menyatukan si pemain dengan pemain lainnya. Inilah juga yang menggembirakan dan membahagiakannya. Tetapi eros tidak bisa dan tidak berpisah dari unsur yang lain yang disebut agon. Agon adalah dinamika untuk mengalahkan perlawanan, atau untuk mencapai keagungan ksatria-pahlawan. Tanpa agon, tidak ada eros, dan tidak ada permainan lagi.  

Kedua unsur di atas haruslah seimbang. Artinya, kita tidak boleh terlalu tenggelam dalam eros. Eros tidak boleh dilebih-lebihkan, sebab kalau hal itu sampai terjadi, serentak juga hilanglah permainan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun