Memasuki decade 1950-an, komunisme nampaknya menjadi pilihan ideologi yang dianggap mampu menjadi sarana untuk membebaskan negara-negara Amerika Latin dari jeratan kemiskinan. Halauan kiri kemudian menjadi popular di kawasan itu dan kemudian mencemaskan Gedung Putih. Untuk itu berbagai operasi dan intervensi digelar AS untuk terutama menetralisir pengaruh komunisme di wilayah yang menjadi serambi belakang AS itu.
Suatu program bantuan keuangan mulai dirintis oleh AS pada Maret 1961 dengan dalih untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Seluruh program dirancang untuk mencegah kekerasan dan membendung revolusi yang dipicu oleh paham komunisme, yang pasti akan mengundang intervensi militer Washington.
Situasi Amerika Latin pasca Perang Dunia II mendorong negeri Paman Sam untuk memperluas isu keamanan menjadi persoalan ekonomi dan sosial. Ada 2 kejadian penting di akhir decade 1950-an, yang memicu pemerintah AS untuk memperhatikan masalah tersebut.
Pertama, perjalanan Wakil Presiden Richard Nixon (kelak Presiden AS, 1969-1974) sepanjang Mei 1958 telah memicu kerusuhanterutama di Caracas, Venezuale dan Lima, Kuba. Kedua, Fidel Castro berhasil mengambialih kekuasaan pada Januari 1959, dan kemudian sejak 1960-an menggelorakan semangat anti AS dan cenderug condong ke Uni Soviet.
Program AS untuk mengendalikan situasi di Amerika Latin memang dianggap berbeda dengan desain Marshall Plan, yang merupakan bantuan keuangan besar-besaran untuk merekonstruksi Eropa pasca Perang Dunia 1945 sembari memastikan lumpuhnya peran militer Jerman. Untuk Amerika Latin, AS lebih banyak mendorong terjadinya investasi swasta dan perdagangan bebas sebagai kunci pengembangan sosial ekonomi di kawasan itu. Sekalipun desain itu tidak mengurangi rencana AS untuk memberikan bantuan keuangan langsung ke Amerika Latin, akan tetapi investasi dan perdagangan bebas berbenturan dengan kondisi ekonomi di kawasan itu.
Pada akhir 1950-an, Presiden Eisenhower semakin mencurahkan perhatian masalah Amerika Latin dalam isu sosial dan ekonomi. Pada sisi lain, negara-negara Amerika Latin bersemangat membentuk sebuah bank pembangunan regional. Tetapi, pada Agustus 1958, AS menolak gagasan itu dan pada 1960 merintis pemkbentukan Inter-American Development Bank.
Perubahan kebijakan AS itu diresmikan dalam konferensi di Bogota, Kolombia, pada September 1960 untuk mengembangkan gagasan kesatuan kerjasama ekonomi Amerika. Menyusul kebijakan ini, Presiden Eisenhower mengguyur hutang sebesar US$ 500 juta untuk pembangunan dan sosial ekonomi.
Pada pemilu 1960, kandidat Partai Demokrat, John F. Kennedy mencela kebijakan Presiden Eisenhower dan visi kandidat Partai Republik Richard Nixon soal “hilangnya kendali” atas Kuba dan keburukan kebijakan AS yang gagal membangun aliansi dengan Amerika Latin. Setelah memperoleh kemenangan tipis, Kennedy mengungkapkan gagasan “alliance for progress” antara AS dan Amerika Latin, yang diucapkan dalam pidato pelantikan. Pada Maret 1961, Kennedy secara formal memulai “Alliance for Progress” sebagai wadah untuk memberikan bantuan sosial ekonomi, reformasi structural, dan demokratisasi. Program itu diluncurkan pada saat konferensi di Punta del Este, Uruguay, Agustus 1961.
Konferensi tersebut menyerukan rencana aksi untuk melaksanakan program Kennedy itu yang mencakup demokratisasi, percepatan pembangunan sosial ekonomi, pengembangan pendidikan, perbaikan upah dan syarat-syarat kerja, program kesehatan, reformasi pajak, reformasi agrarian, stabilitas fiscal, dan stimulant untuk usaha swasta. Keseluruhan rencana aksi itu membutuhkan dana sebesar US $ 500 miliar untuk sepuluh tahun pertama. Akan diusahakan sumber pembiayaan eksternal sebesar US $ 20 miliar, sementara AS akan menutup sebagian besar sisanya. Sebanyak US $ 80 miliar diharapkan akan terkumpul dari iuran negara-negara Amerika Latin. Washington begitu bersemangat untuk melaksanakan program ini untuk mencegah pengaruh komunisme dan menyerukan perdamaian, sembari menolak terjadinya revolusi sosial dan pembentukan “Kuba-Kuba” lain di kawasan ini.
Namun program itu tersendat-sendat akibat tekanan ekonomi dan politik baik dalam lingkup domestic maupun internasional di Amerika Latin dan AS. Memang program itu berhasil menekan para elit Amerika Latin untuk melakukan kekerasan, tetapi mereka tidak pernah serius melaksanakan bermacam-macam rencana aksi, karena hasilnya justru bisa menjadi boomerang terhadap kekuasaan mereka.
Karena Amerika Latin telah memiliki pengalaman panjang dengan instabilitas politik, pemerintah AS menghindari untuk memberikan tekanan lebih keras terhadap rencana aksi yang telah disusun, karena dikhawatirkan justru akan menambah keburukan politik di kawasan itu.
Sekalipun tercapai sedikit hasil yang tidak mencakup reformasi structural, para elit tradisional memetik keuntungan dari pertambahan pertumbuhan. Mayoritas dana dari program AS itu digunakan untuk membayar hutang yang dibuat sebelumnya daripada menjalankan rencana aksi. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat di Amerika Latin juga menyangsikan keberhasilan reformasi ekonomi dan sosial.
Situasi politik domestic AS turut mempengaruhi pelaksanaan program itu. Terbunuhnya Kennedy pada tahun 1963 menyebabkan pejabat pemerintah enggan meneruskan program-program tersebut. Program itu menghendaki ketersediaan anggaran berkelanjutan, akan tetapi Kongres menganggap Presiden gagal memberikan jaminan untuk keberhasilan jangka panjang.
Sejak pertengahan 1960-an, pengganti Kennedy, Lyndon Johnson, telah pelan-pelan mengurangi anggaran untuk program tersebut. Presiden Johnson lebih tertarik kepada persoalan isu domestic, sementara perhatian politik luar negeri terkuras untuk masalah Vietnam.
Akibatnya, desain awal untuk memajukan Amerika Latin dari pelaksanaan program itu kemudian menjadi tersendat-sendat. Pemerintah Amerika Latin umumnya enggan atau tidak bersedia untuk melaksanakan reformasi structural. Kongres pun akhirnya memangkas dukungan dana, yang dengan cepat membuat rencana aksi menjadi terpuruk. Sekalipun “Alliance for Progress” tak pernah resmi ditutup, pelan-pelan banyak rencana aksi yang gagal mencapai tujuannya. Sebagian karena pengaruh perang dingin dan lainnya karena tekanan politik domestic yang keras di Amerika Latin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI