Pernahkah Anda mendengar Martha Mitchell Effect”? Di kalangan kedokteran jiwa atau ahli psikologi, istilah ini menunjuk kepada kesalahan diagnosis yang mengganggap pengalaman dan/atau pernyataan pasien sebagai suatu delusi atau khayalan. Istilah ini diberikan oleh Brendan Maher, seorang ahli psikologi yang menghabiskan sepanjang decade 1950-an hingga 1960-an, untuk memeriksa dan menganalisis pasien di lembaga pemasyarakatan. Martha Mitchell sendiri adalah nama perempuan yang tidak asing ketika menyebut salah satu tragedi hitam Gedung Putih yang menjungkalkan Presiden Richard Nixon, skandal Watergate. Ketika itu, Nixon dituduh memobilisasi intelijen dan aparatur hukum untuk melakukan penyadapan di markas Partai Demokrat di kawasan Watergate, Washington. Siapakah Martha Mitchell ini?
Martha dilahirkan pada 2 September 1918 di Arkansas. Dia tinggal di sebuah rumah besar bergaya Victoria dan menikmati kemewahan dari kekayaan orang tuanya. Semenjak remaja, dia dikenal sebagai sosok yang pintar bergaul dan menarik perhatian. Dia mengambil kuliah di Stephens College di Columbia, Missouri tetapi kemudian berhenti dan bekerja akibat Perang Dunia II.
Dari perkawinan yang pertama, ia memperoleh seorang anak laki-laki yang dipanggil Jay. Setelah bercerai, Martha pergi ke Washington, dan kemudian bertemu dengan pengacara berbakat John Mithcell. Mereka kemudian menikah pada 30 Desember 1957. Martha terkejut ketika usianya telah 42 tahun akan tetapi pada tahun 1961, ia hamil dan melahirkan seorang anak perempuan, dan dipanggil Marty.
Martha dan Mithcell kemudian menjadi pasangan yang terkenal di Washington. Martha digambarkan sebagai sosok dengan feminimitas kawasan Selatan dengan dandanan, rambut panjang, dan selalu menggunakan topi. John Mitchell nampaknya memuja isterinya, senang dengan kebiasaan isterinya yang gemar bercerita danmenyukai gosip.
Tahun 1968, Mithcell menjadi tim sukses kampanye kepresidenan Nixon. Mitchell sendiri pernah mengatakan kepada Nixon bahwa dengan posisi itu ia sesungguhnya cemas dengan karakter isterinya yang doyan bicara dan amat senang mendramtisir sesuatu, tetapi Nixon menganggapnya tidak masalah.
Sesudah pemilu, Nixon menjadi Presiden dan Mithcell kemudian diberi posisi Jaksa Agung. Martha kemudian menjadi selebritas nasional, memasuki arena public dengan gayanya yang flamboyan.
Badai menyerang Mitchell seiring dengan terekposnya kasus Watergate di bulan Oktober 1972, menjelang kampanye periode kedua kepresidenan Nixon. Koran Washington Post melaporkan, bahwa suami Martha, Jaksa Agung Mitchell dituding memberi suap US $ 250 juta untuk menghalang-halangi penyelidikan kasus itu.
Martha meradang. Ia, yang tahu perilaku politik elit Gedung Putih, segera menuding Nixon sebagai sosok Presiden yang berlumur darah, gemar menggantung tubuh anak buahnya dalam terjalan tebing, dan kemudian memegang kaki anak buahnya itu untuk menyelamatkan diri.
Martha segera menelepon Bob Woodward dan Carl Bernstein, dua orang jurnalis Washington Post yang membongkar skandal Watergate itu. Ia meyakinkan mereka bahwa suaminya tak lebih tameng untuk melindungi Nixon yang semakin terpojok reputasinya. Suaminya adalah boneka yang dimainkan oleh Nixon. Martha terus menyebarkan kabar itu, termasuk menghubungi wartawan lain, kadang-kadang menelepon mereka di tengah malam.
John Mitchell tahu kelakuan isterinya. Berkobarlah kemarahannya dan menuding para wartawan hanya mencari sensasi dengan mengorek informasi dari isterinya yang dipuji pers sebagai “sosok feminim dari Selatan.” Mitchell mengucilkan isterinya, mengurung dalam kamar supaya tidak lagi berhubungan dengan pers.
Nixon murka. Mitchell dituduhnya sebagai suami yang tidak bisa mengontrol kelakuan isterinya. Gedung Putih membocorkan rahasia untuk merusak reputasi Martha. Dikatakan bahwa segala yangdikatakan oleh Martha adalah khayalan karena perempuan ini memiliki masalah dengan alcohol.
Perkawinan Martha dan Mitchell memasuki tahun 1973 pun berantakan. Mithcell meninggalkan rumah mereka di Washington dan tak pernah berbicara lagi dengan Martha kecuali lewat penasehat hukumnya. Di atas kekisruhan rumah tangga ini, putri mereka, Marty, memihak ayahnya. Tak ada satu pun anggota keluarga yang berhubungan dengan Martha, kecuali Jay, anak laki-laki Martha dari perkawinan terdahulu.
Pada bulan Februari 1975, Mithcell divonis bersalah atas kasus Watergate. Saat itu Martha sedang menderita kanker sumsum tulang dengan tingkat kesembuhan yang tipis. Mitchell tahu persis kondisi bekas isterinya itu akan tetapi tidak pernah menemui, sekalipun ia selalu berhubungan dengan dokter yang merawat Mitchell.
Pada 30 Mei 1976, Martha dilarikan ke rumah sakit di Washington karena pingsan dan tidak pernah pulih. Martha meninggal dunia 19 hari kemudian, pada usia 57 tahun. Hanya Jay, yang berada di sisi Martha saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H