Mohon tunggu...
Is Haryadi
Is Haryadi Mohon Tunggu... -

Isharyadi, SH\r\nSemangat belajar dan mengajar pada dirinya menghantarkannya pada Certified Public Speaking dan MC di BBC by : Tubagus Wahyudi, Certified Yama by : Sastra Yama Dewa, Belajar NLP langsung dengan Mahaguru NLP, Penggagas sekaligus perintis NLP di Indonesia R.H Wiwoho belajar langsung dari kedua penemu NLP : Richard Bandler dan John Grinder, Sertifikasi Hypnotherapy dengan IBH, oleh Yan Nurindra dan juga Certified CLC yang dikeluarkan oleh TAFISA, Trainer with smart emotional communication, kalimat yang sesuai untuk dengan gaya mengajar yang khas experiential learning perpaduan yang menarik mendukung cara seseorang mempelajari sesuatu secara optimal sebagai pengajar diperusahaan swasta, maupun intansi pemerintah juga pendiri Yayasan Eksisna lembaga pendidikan independen berorientasi pada pengambangan SDM wilayah Soft Skill dan Metha Skill.\r\n\r\n"For Indonesian Existence"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ukur Tahapan Pengembangan SDM

22 September 2016   14:09 Diperbarui: 22 September 2016   14:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERFORMING

Sebuah program pengembangan itu akan lebih cantik apabila mempunya tahapan yang jelas dan ter stuktur.  Dengan tahapan yang seperti itu maka proses pemahaman dan “penyebaran “ pemahaman akan menjadi merata dan jelas.

Apa saja sebaiknya tahapan yang dilakukan untuk program pengembangan sdm ( bisa karyawan, bisa anggota sebuah organisasi keilmuan, ....tapi kalau organisasi bisnis sepertinya kurang pas )

Pertama adalah dengan mengadakan training.  Hal itu alangkah baiknya kalau dilakukan secara berjenjang dan berkala serta terus menerus. Aktivitas training  merupakan langkah bagus untuk meningkatkan kesadaran karyawaan atau anggota, kemudian meningkatkan pemahaman konseptual terhadap “teori” yg mendasari sebuah keilmuan atau “ruh” dari perusahaan tersebut.

Kedua  mempraktekkannya.  Tentunya apa yang akan dipraktekan sesuai dengan “kurikulum” yang akan dijalankannya. Melakukan pemetaan kompetensi anggotanya  atau karyawannya serta membuat acuan penilaian perfomance nya.

Ke tiga melakukan Mentoring.  Melakukan “pengawalan”. Hal ini penting karena didalam menjalankan di lapangan terkadang ada hal-hal baru yang ditemukan yg mungkin tidak ada dalam teori yang dipelajarinya.  Selain itu dengan hadirnya seorang mentor akan juga memberikan semangat untuk terus belajar bagi karyawan atau anggota baru tersebut.

Kemudian sebagai langkah terakhir adalah Mastery.  Pada tahapan ini sebetulnya proses belajar bukan berarti berhenti tetapi malah dimulai lagi.  Kesadaran untuk mengembangkan ilmu dan berinovasi sangat dituntut pada fase ini.  Tahapan ini seorang karyawan baru atau anggota baru telah memiliki semangat untuk bisa mulai “memfasilitasi” dirinya sendiri dan tentunya sudah bisa mengajak rekan rekannya untuk belajar terus dan terus belajar.

Jadi pola pengembangan sdm itu harus ada. Lha kalau tidak ada bagaimana ? ya pastinya hasil “akhir “ dari yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi tersebut akan tidak “standar”. Lho kalau tidak standar apa konsekwensinya ? ya bagaimana mengukur perfomancenya ?

Bagaimana mengukur unjuk kerja dan unjuk karyanya ?

Bagaimana coba ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun