JAKARTA- 13/9/2024
hukum. Tidak banyak ilmuwan hukum yang tertarik untuk mendalami ajaran ini, sehingga perkembangan pemikiran ajaran ini di Indonesia seolah mengalami mati suri.
Kausalitas menjadi sesuatu hal yang penting dalam perkembangan filsafatDalam artikel yang ringkas ini, penulis ingin memaparkan secara ringkas pertapakan ajaran kausalitas dalam konteks filsafat. Pertapakan kausalitas dalam konteks filsafat penting difahami sebagai dasar dalam pemahaman ajaran kausalitas dalam hukum.
Zaman Yunani Kuno
Plato dinilai sebagai peletak dasar prinsip kausalitas pada zaman Yunani Kuno. Dikatakannya bahwa "everything that becomes or changes must do so owing to some cause; for nothing can come to be without a cause". Plato menekankan bahwa pentingnya sebuah penyebab (cause) adalah pada jenis sebab-sebab yang formal (formal causes), karena menurutnya perubahan pada sesuatu disebabkan oleh banyak kemungkinan, karena itu yang paling penting adalah mencari sebuah atau beberapa sebab yang formal saja.
Aristoteles memberikan pandangan atas pendapat Plato, dia berbeda dengan Plato dalam melihat sebuah cause, dia menyebutkan tentang "efficient causes" sebagai sumber perubahan atau sumber gerakan. Dalam konsepsi Aristoteles, kausalitas ada di banyak tempat, tetapi yang terpenting adalah pada apa yang disebutnya sebagai "posterior analytics", yaitu sebuah analisis yang menggunakan ilmu fisika dan ilmu metafisika yang dikaitkan dalam konteks ilmu pengetahuan. Aristoteles memperkenalkan empat aitia dalam memahami teori kausalitas. Keempat konsepsi aitia ini adalah aitia material, formal, efisien dan final. Konsep aitia terdapat dalam sebuah proses kejadian sehingga melahirkan wujud baru.
Selanjutnya adalah paham Stoics tentang kausalitas. Para penganut paham Stoics adalah ahli filsafat pertama yang secara sistematis mempertahankan ide bahwa setiap peristiwa dibutuhkan adanya syarat-syarat sebab-akibat tertentu. Apa yang dinamakan prinsip kausalitas ini telah datang untuk mendominasi seluruh pandangan barat hingga saat ini. Oleh karena itu, salah satu inovasi utama dari prinsip Stoics adalah bahwa ide tentang sebab dikaitkan dengan keteraturan tanpa pengecualian dan keharusan. Para penganut paham Stoics berpegang teguh pada pandangan bahwa setiap peristiwa memiliki sebuah sebab. Mereka menolak ide bahwa ada beberapa peristiwa tanpa sebab karena itu akan meruntuhkan kepercayaan dasar mereka dalam hubungannya dengan alam semesta. Selain itu, mereka berpendapat bahwa setiap peristiwa khusus membutuhkan akibatnya.
Zaman Pertengahan
Perkembangan selanjutnya adalah pandangan sebagian besar ahli filsafat abad ke-13 yang tidak sependapat dengan Aristoteles. Mereka membedakan dua jenis sebab efisien: causa prima dan causa secunda. Jenis sebab efisien pertama merupakan sumber asli dari makhluk. Jenis sebab efisien kedua hanya ditemukan dalam benda-benda yang diciptakan, dan merujuk pada asal dari awal gerakan atau perubahan. Sebab pertama bekerja dalam semua sebab sekunder yang dapat dianggap sebagai sebab-sebab instrumental yang tunduk pada sebab pertama tersebut.
Zaman Moderen