Akhir-akhir ini (10/05/20), Indonesia sedang dilanda bencana yang masif. Yaitu bencana pandemi SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal dengan virus Covid-19 yang sedang mewabah di hampir seluruh dunia. Semua aspek kehidupan bisa dibilang lumpuh sementara. Semua hal juga terkena dampaknya, tidak terkecuali dampak moril dan psikis manusia.Â
Semua bidang dan sektor usaha tak luput dari penyerangan pandemi ini . mulai dari sektor ekonomi, wisata, perkantoran, pelayanan publik dan juga kesehatan. Namun yang lebih parah terdampak ialah sektor kesehatan. Pandemi ini layaknya bom yang terus menerus menyerbu dan menerjang segala aspek di bidang kesehatan. Mulai dari dokter, perawat, tenaga medis, dan sukarelawan di tiap-tiap daerah di Indonesia saling bahu membahu menyerang pandemi ini. Tidak ada kata untuk menyerah, yang ada hanyalah semangat berjuang demi kemanusiaan. Tak terkecuali Provinsi Jawa Timur.
Jawa timur merupakan salah satu provinsi terluas di Pulau Jawa. Dengan keberagaman penduduknya, menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang ikonik untuk dikunjungi. Memiliki 29 kabupaten dan 9 kota, Jawa Timur juga dinilai sebagai provinsi yang kuat serta dinamis karena ditunjang oleh multikultural rakyatnya.Â
Mojokerto merupakan sebagian dari Provinsi Jawa Timur yang terletak dalam kawasan metropolitan daerah Surabaya. Mojokerto berbatasan langsung dengan kabupaten lainnya seperti Jombang, Gresik, Pasuruan, Sidoarjo, Lamongan serta dengan Kota Batu. Luas wilayah Mojokerto sendiri ialah 991 km2 Â yang mana sudah mencakup 2 kawasan, yaitu Kota dan Kabupaten Mojokerto.
Mojokerto merupakan salah satu daerah yang menjadi imbas dari pandemi virus Covid-19. Semula pada saat awal virus Covid-19 menyerang Jawa Timur, Mojokerto tengah berada diantara beberapa kota yang berzona merah. Situasi tersebut selayaknya kota yang siap untuk dimangsa virus Covid-19 setiap saat.
Megengan merupakan tradisi menyambut datangnya bulan ramadhan dengan diisi doa-doa dan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga masyarakat masih bisa menunaikan ibadah puasa di bulan ramadhan. Megengan diadakan tanpa membutuhkan massa dan keperluan yang banyak. Langkah-langkah nya juga simpel tidak terlalu merepotkan. Masyarakat Mojokerto biasanya hanya membagikan makanan kepada tetangga terdekat. Masyarakat melakukannya dengan dasar saling membantu tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Tak lupa juga doa dipanjatkan agar hal (megengan) tersebut membawa barokah kepada pemberi dan penerima.
Tak hanya perorangan, masyarakat Mojokerto juga biasanya mengadakan megengan ini di musholla atau masjid-masjid sekitar lingkungan mereka. Konsepnya tetap sama, yakni memanjatkan doa dan puji syukur atas rahmat Allah SWT, hanya saja dilakukan oleh banyak orang. Di sela-sela acara, biasanya masyarakat juga memanjatkan doa untuk orang-orang yang telah meninggal. Semua dilakukan atas dasar kebersamaan dan saling berbagi.Â
Tradisi ini menurut pandangan saya merupakan tradisi yang selayaknya ada dan terus dipertahankan. Hal tersebut dikarenakan, tradisi megengan ini sesuai dengan konsep ideologi pancasila sila ke 3 dan 5. Yang mana saling mempersatukan masyarakat dan berbagi kepada sesama secara adil.Â
Tak hanya itu, megengan ini juga berunsurkan gotong royong yang mana diimplementasikan dengan saling berbagi kepada sesama dan bersama-sama merasakan nikmat Allah SWT. Meski terjadi situasi yang berbeda dari biasanya tradisi ini masih berlangsung dan tidak menghilangkan nuansa kebersamaannya, meski dilakukan dengan cara yang berbeda.Â
Pada masa pandemi virus Covid-19, justru malah membuat masyarakat merasa semangat untuk berbagi ke sesama. Tidak ada halangan dalam melakukan kebaikan selama kebaikan tersebut masih bisa dilakukan dan tidak mejerai orang lain.
Memasuki bulan ramadhan, situasi di Mojokerto tidak terlalu menunjukkan kepanikan yang berlebih. Masyarakat masih melakukan aktivitas sesuai dengan anjuran dan protokol dari pemerintah. Namun virus Covid-19 ternyata semakin meluas hingga pada akhirnya ikut mencaplok Mojokerto sekaligus dinyatakannya Mojokerto sebagai zona merah.Â
Hal tersebut tak menyurutkan masyarakat untuk tetap tidak panik dan stay at home. Meski tidak semua masyarakat tetap dirumah karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, namun mereka yang beraktivitas diluar rumah tidak semena-mena meninggalkan protokol kesehatan dari pemerintah.
Hanya saja yang disayangkan, masyarakat yang beraktivitas diluar rumah ini tidak selamanya melakukan aktivitas dengan semestinya. Masih banyak juga yang terlihat sedang cangkruk atau nongkrong di warung kopi dan tempat-tempat umum. Hal ini seharusnya tidak dilakukan demi kepentingan masyarakat itu sendiri agar Mojokerto tetap aman dan pulih dari virus Covid-19. Meskipun begitu, pemda tetap melakukan tugas untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19, dengan berbagai cara.Â
Mulai melakukan bantuan berupa pembagian sembako dan masker serta melakukan pencegahan dengan menyemprotkan disinfektan dan memberlakukan jam malam. Namun pemberlakuan jam malam pada Kota Mojokerto ini saya rasa kurang pas. Dikarenakan pemberlakuannya dimulai sejak pukul 19.00 -- 06.00 WIB. Menurut saya, pemberlakuan jam malam yang efektif mulai diterapkan pada pukul 21.00 hingga pukul 05.00 WIB, mengingat kota-kota lain juga memberlakukan jam malam pada pukul 21.00. meskipun begitu, penerapan jam malam ini juga turut diimbangi dengan physical distancing.
Dengan diadakannya beberapa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah daerah Mojokerto, diharapakan agar pandemi virus Covid-19 ini hilang dan kondisi yang ada berangsur-angsur pulih seperti sebelum adanya virus Covid-19. Selama ramadhan ini, sebaiknya kita banyak-banyak memanjatkan doa kepada Tuhan YME agar senantiasa diberi keselamatan dan perlindungan dari virus Covid-19 dan tak lupa berdoa agar virus Covid-19 ini segera dipulang kampungkan ke asalnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI