Pada tahun 2015, Bill Gates pernah mengatakan dalam konferensi Teknologi, Entertainment dan Design  (TED) bahwa bencana terbesar yang bisa membunuh 1o juta orang bukanlah perang, tetapi virus. Pernyataan ini pun menjadi kontroversi dan mendapatkan berbagai macam respon. Ada yang menganggap hal itu adalah mustahil, ada yang cuek dan ada yang menuduh bahwa Bill Gates sedang mempersiapkan konspirasi yang akan mendongkrak valuasi bisnisnya saja.
Namun, saat 90% orang melihat kembali peringatannya tentang pandemi saat semuanya sudah terlambat. Hanya dalam hitungan bulan, covid-19 telah menyebar di seluruh negara di dunia. Akses mobilitas diperketat, perekonomian ambruk, banyak orang stres yang ikut andil dalam penurunan imunitas tubuh manusia. Yang ada  hanyalah sikap saling menyalahkan atas apa yang telah terjadi. Lumpuhnya perekonomian ini turut serta meningkatkan angka kejahatan.
 Peralatan kesehatan pun naik gila-gilaan, terutama produk masker dan handsanitizer. Harga 1 boks masker 3 lapis dibanderol hingga empat ratus ribu. Padahal ketika normal harganya tak sampai dua puluh ribu rupiah atau naik 20 kali lipat. Dalam pikiran liar saya, jangan-jangan orang meninggal bukan karena covidnya tetapi karena stres memikirkan tak punya perdapatan, alat kesehatan terbatas dan isolasi mandiri yang wajib dijalani oleh orang yang teridentifikasi positif covid-19.
Bagi yang pernah isolasi selama 14 hari, pasti pernah merasakan bagaimana repotnya dalam memenuhi kebutuhan harian. Keluarga jelas harus menyisihkan sebagian waktu sibuknya untuk membantu. Masyarakat sendiri dibuat repot. Di saat aktivitas ekonomi dibatasi, keuangan melemah, mereka pun harus menyisihkan sedikit uang ekstra untuk iuran membantu peserta isolasi mandiri.
Lucunya, terkadang yang dibantu kondisi ekonominya lebih bagus daripada yang membantu. Pun demikian, yang membantu tak jarang malah tidak mendapatkan kesempatan dibantu karena tidak terkena covid-19. Bisa jadi pernah terkena, tetapi karena tidak memeriksakan diri atau karena imunitasnya yang tinggi maka virus tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya.
Nah, selama masa isolasi inilah sang penyelamat datang dalam menjaga agar perekonomian tetap berjalan meskipun orangnya tidak ke mana-mana. Penyelamat itu tidak lain adalah kurir.Â
Pekerjaan yang sebelumnya dipandang sebelah mata ini, pada kenyataannya adalah pihak yang paling dibutuhkan. Di saat orang lain rebahan di rumah, para kurir tetap dengan semangat melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Halangan dan rintangan dilalui dengan semangat dan pengorbanan yang luar biasa.
Menjaga Kewarasan
Di samping menjaga perekonomian atau transaksi tetap berjalan, kurir memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kewarasan banyak orang. Terutama bagi para penghobi atau yang memiliki usaha dalam bidang hobi. Misalnya kalau saya hobi ikan hias, dia membutuhkan pakan dan obat-obatan yang sifatnya rutin.Â
Ketika akses mencari perlengkapan diperketat, maka dampaknya akan terasa bagi peliharaannya. Bisa kekurangan nutrisi, mudah terserang penyakit dan kematian. Jika sudah demikian maka dampaknya akan sampai pada para penghobi itu sendiri. Karena para penghobi biasanya memiliki ikatan batin yang kuat dengan peliharaannya.
Ibarat pengaman atau sekuriti, kurir memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga aktivitas para penghobi dalam menyalurkan kegemarannya. Dari sekian banyak jasper (jasa pengiriman) yang pernah saya gunakan, JNE memiliki keunggulan dalam regulasi terhadap perlengkapan hobi. Pun demikian, harganya pun tidak membuat kantong kering jika dibanding dengan kompetitornya.