Mohon tunggu...
Isbat Amrullah
Isbat Amrullah Mohon Tunggu... Lainnya - Kebumen

Masih berproses menjadi pribadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mahasiswa UNNES GIAT 3 Desa Tempuranduwur: PGPR Akar Bambu sebagai Langkah Sederhana Memulai Pertanian Organik

27 November 2022   21:44 Diperbarui: 27 November 2022   22:28 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan PGPR ini sangat sederhana dan mudah didapatkan di dusun setempat, meliputi akar bambu, tauge, bekatul, gula pasir, terasi, dan tauge. 

Sebelum pembuatan PGPR, akar bambu dan tauge direndam terlebih dahulu dalam air matang sekitar 2-4 hari. Tujuan perendaman tersebut adalah untuk mendapatkan biang/starter PGPR. Setelah diperoleh biang, langkah berikutnya adalah membuat media perbanyakan PGPR dengan merebus air yang ditambahkan dengan bekatul, gula pasir, dan terasi sampai mendidih.

 Selanjutnya, media didiamkan sampai benar-benar dingin. Media yang telah dingin dimasukkan ke wadah fermentasi dan biang PGPR yang telah dibuat sebelumnya juga ditambahkan ke dalamnya. 

Campuran dikocok dan wadah ditutup rapat serta disimpan di tempat gelap. Fermentasi berlangsung secara anaerob selama sekitar 14 hari. Kegiatan diakhiri dengan membagikan panduan pembuatan dan produk PGPR yang sudah jadi kepada para petani khususnya dusun Lempuyang untuk diaplikasikan ke tanaman di lahan pertaniannya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

PGPR memiliki 3 peran utama, yaitu sebagai biofertilizer (penyubur tanah), biostimulan (pemicu pertumbuhan), dan bioprotektan (perlindungan dari patogen khususnya daerah perakaran). PGPR dapat diaplikasikan untuk benih, bibit, maupun tanaman dewasa. 

Pengaplikasian PGPR untuk benih dan bibit dilakukan dengan perendaman, sedangkan untuk tanaman dewasa dapat dilakukan pengocoran di daerah perakaran tanaman. Dosis untuk benih adalah 15 ml/liter air dan untuk bibit serta tanaman dewasa adalah 20 ml/liter air.

Dengan dilaksanakannya program kerja ini, diharapkan dapat menambah wawasan petani sayur di desa Tempuranduwur khususnya dusun Lempuyang tentang PGPR akar bambu terhadap pertumbuhan tanaman. 

Selain itu, dapat menjadi langkah awal untuk memulai sistem pertanian organik yang ramah lingkungan serta sedikit pengeluaran sehingga lebih meringankan beban modal para petani sayur di desa Tempuranduwur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun