Mohon tunggu...
Isa Rian Fadilah
Isa Rian Fadilah Mohon Tunggu... -

Penikmat kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tiga Kuliner Wajib Saat ke Bandung

9 Mei 2018   11:47 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:35 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cilok Cipaganti. Foto: Foody.id

Lotek Tjihapit. Foto: Isa Rian Fadilah
Lotek Tjihapit. Foto: Isa Rian Fadilah
"Lotek di sini sama seperti lotek biasa. Mungkin yang membedakan rasa ya. Orang banyak datang ke sini karena rasanya khas dan mereka melihat ini sudah lama dari tahun 70-an," ujar pemilik Lotek Tjipaganti Nunung.

Dalam satu hari, sebanyak lebih dari 100 porsi lotek terjual di kedai ini di hari kerja. Di hari libur pun kedai ini tetap ramai. hanya Nunung seorang yang membuat lotek di sini, sehingga pelanggan kerapkali menunggu cukup lama. 

Namun, mereka tetap menunggu karena ingin menikmati lotek di kedai ini. "Pelanggan menunggu lotek sambil makan masakan yang ada di sini. Ada yang sampai diminta nunggu sampai dua puluh bungkus, tiga puluh bungkus, tapi mereka mau nunggu" ujarnya.

Lotek Tjihapit buka mulai pukul 09.00 hingga 15.00. Tidak jarang, lotek terjual habis satu jam sebelumnya, pukul 14.00. Anda bisa mengunjungi kedai ini untuk menikmati cita rasa lotekyang khas setiap hari kecuali Minggu.

"Pelanggan dari kalangan selebritas juga pernah ada yang datang ke sini. Berhubung di sini selalu penuh pengunjung, jadi kami tidak sempat untuk berfoto. Pak Dada Rosada dulu pernah ke sini," ujar Lengga, putri dari Nunung.

Pendatang dari luar kota pun mendengar kepopuleran Lotek Tjihapit, sehingga mereka terkadang mengunjungi kedai ini untuk menikmati lotek. Kendati lokasi kedai ini sedikit tersembunyi, tapi tempat ini selalu penuh sesak oleh pelanggan. Nunung hampir tidak memiliki waktu jeda dalam membuat lotek, karena pelanggan tak henti-hentinya berdatangan memesan kudapan sayur berlumur saus kacang ini.

Selain lotek matang, di sini juga tersedia lotek mentah, karedok, dan rujak. Keempat menu ini dibanderol Rp 15.000.

"Kadang-kadang kalau ada syukuran, malah ibunya yang dibawa ke sana untuk bikin lotek di tempat," kata Nunung.

Pelanggan banyak meminta agar kedai diperbesar dan dibuka cabang di tempat lain. "Masalahnya kalau buka cabang susah karena yang bikin lotek cuma satu orang, ibu saja," ujarnya.

Kendati saat ini penjual lotek sudah menjamur di mana-mana, Lotek Tjihapit justru memiliki pelanggan lebih banyak saat ini dibanding dahulu. "Pesaing lebih banyak sekarang memang betul. Tapi kami punya kelebihan dari yang lain yaitu kami sudah ada dari 1970. Sekarang kami promosi di media sosial juga. Mungkin itu yang membantu kenapa sekarang lebih rame daripada dulu," ujar Lengga.

Ia mengatakan, kedai ini akan terus seperti ini, mempertahankan masakan-masakan Sunda, meski kompetitor mengembangkannya dengan konsep resto. "Kami akan terus menjual makan yang sehat, murah, khas Sunda. Ini yang kami pertahankan," jelas Lengga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun