Berbicara kuliner di Jalan Cipaganti, pikiran saya langsung tertuju pada cireng dan cilok Cipaganti. Meski 'sekadar' cilok dan dijual di pinggir jalan, pembelinya justru kebanyakan mereka yang berpakaian necis dan memakai kendaraan roda empat. Pemiliknya, Abah Cireng, sudah beroperasi di sana sejak 1990. Dulu, cilok masih menjadi produk nomor dua setelah cireng di sini. Tapi kini, seiring berjalannya waktu setelah banyak orang mencobanya, cilok tak kalah lakunya dengan cireng.
Cilok di sini dibuat dengan bahan yang tidak jauh berbeda dengan cireng. Namun, ada beberapa racikan tertentu yang ditambahkan. Seporsi cilok matang berisi sepuluh butir dengan bumbu kacang dan dikemas di dalam kap plastik. Ini bisa dinikmati dengan harga Rp 12 ribu. Bumbu kacangnya mengandung rasa pedas yang cukup terasa. Penyuka pedas tentunya akan sangat menyukainya. Namun bagi lidah yang tidak terlalu suka pedas, bumbu kacangnya akan terasa sangat pedas. Namun, itu bisa disiasati dengan menambahkan kecap.
Dalam sehari, Abah memproduksi lebih dari 2000 butir cilok. Cilok yang dijual di hari tersebut diproduksi hari itu juga. "Kalau cireng tidak habis, tidak bisa dijual besok jadi bahan cireng itu dibuat cilok dengan ditambah beberapa bahan tertentu. Itu sebabnya saya jual Cireng Cipaganti itu tidak ada limbah. Semua terpakai," ujar Abah saat ditemui di tempatnya berjualan, kemarin.
Abah pun membuat cilok dalam kemasan termasuk bumbunya. Cilok dalam kemasan hanya perlu dikukus kembali selama sepuluh menit. Cilok akan mengembang, dan hanya perlu menambahka sedikit air panas untuk bumbu kacangnya. Satu kemasan berisi 25 butir cilok yang dibanderol seharga Rp 30 ribu. Cilok dalam kemasan mampu bertahan selama tiga hari di suhu normal. Jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin, cilok masih bisa bertahan selama dua minggu.
"Abah selalu mempertahankan tradisionalitas, khas Sundanya. Enggak bisa pakai tambahan macam-macam. Yang khas tradisional Sunda itu seperti ini," katanya yang sesekali masih kerap melayani pelanggan.
Abah membuat bumbu kacang sebanyak 25 kilogram dalam sehari. Jumlahnya bisa berlipat saat hari libur tiba. Cilok Cipaganti rutin dipesan konsumen luar kota. Konsumen dari Cibubur dan Depok misalnya, yang kerap memesan ribuan butir dalam seminggu.
Cireng Cipaganti setiap harinya dikunjungi oleh sekitar 300 pembeli. "Kalau gerimis justru lebih ramai. Ramainya pukul 13.00 hingga 17.00," ucapnya. Cireng dan Cilok Cipaganti memiliki lima cabang di Bandung.
"Yang jadi daya tarik utama mungkin bumbu kacangnya," katanya. Abah pun menerima pesanan melalui Facebook dan Instagram.
Cireng Cipaganti bisa dikunjungi setiap hari mulai pukul 13.00 hingga 20.30.
Satu lagi kuliner yang wajib dicoba, Lotek Tjihapit. Lotek ini termasuk salah satu lotek legendaris di Bandung lantaran telah aktif sejak 1970. Kualitas rasanya pun masih dipertahankan dan tidak berubah sejak dulu. Berkat rasanya yang orisinil, kedai lotek yang beralamat di Jalan Cihapit No. 8A Bandung ini tak pernah surut pembeli.