Dari enam bersaudara baru satu yang telah menikah, yaitu Kakak ku yang pertama. Sementara masih ada lima saudara yang masih berjuang menghadapi masa depan yang belum pasti.Â
Pada bulan Nopember Tahun 1979, Orang tuaku mendapat cucu pertama, pada saat itu juga orang tua ku mendapat Perumahan Nasional (Perumnas) di Daerah Sarijadi, Gegerkalong Bandung, sebelah utara sebelum ke arah Lembang. Cukup jauh bila pertamakali menuju ke Sarijadi.Â
Peristiwa itu sangat mengharukan dan sekaligus membahagiakan, tetapi Ibu ku ragu dengan rumah Perumnas tersebut, selain kecil terpikir oleh nya bagai mana membayarnya dengan cicilan sebesar itu.Â
Namun kehidupan tidak bisa dikalkulasi dengan matematika. rumah itu bertuah. Empat orang yang tinggal di situ kuliah di perguruan tinggi ternama di Indonesia, IKIP Bandung sekarang UPI Bandung, Fakultas Hukum UI di Jakarta dan yang masih kuliah saat ini di Farmasi ITB.
Rumah Sarijadi menjadi bertuah mungkin karena memiliki nomor yang cantik, Blok 26 Nomor 18, paling ujung Perumnas dan paling terakhir. Sarijadi saat ini sudah menjadi daerah padat. Jalan Tol Pastur yang dekat dari Sarijadi membuat arus lalu lintas Daerah Pastur meningkat kearah Sukajadi, kemacetan tidak terhindari setiap harinya, baik pagi, siang, sore bahkan malam masih macet.
Tahun 1979 sampai tahun 1987, kami masih di Sarijadi. Masa SMA sampai kuliah tinggal di Sarijadi. Ketika pindah ke Sarijadi sekolah ku masih kelas 2 SMP dan Kakaku yang lelaki kelas 2 STM. Setiap pagi dari blok 26 berjalan menuju blok 3 Permunas Sarijadi menunggu jemputan dari Pusenkav, ada beberapa tentara dan sipil yang mendapatkan perumahan di Perumnas Sarijadi, sehingga di sediakan Kendaraan antar jemput.
Sarijadi merupakan daerah sepi yang dingin, masih terasa alami, air PAM belum tersedia, karena Sarijadi merupakan dataran tinggi, jika di lihat dari Kota Bandung, air yang mengalir di sana sangat jernih, sekarang sudah tidak lagi seiring semakin banyaknya penduduk. Sebelum pindah ke Sarijadi aku dan Orangtuaku melihat Perumahan yang kecil dan belum di kembangkan, hanya terdiri satu rumah petak dengan luas tanah 90 M2, luas bangunan 60 M2.
Ketika melihat rumah itu Orang tua ku tersenyum, listrik baru tersambung, mencoba menyambungkan ke saluran listrik di atas dengan kabel serabut, ternyata ketika di tempel langsung terjadi konslet dan terbakar, aku kaget dan orang tuaku juga kaget, pasilitas listrk ketika itu masih dua kabel baja, belum seperti saat ini yang sudah terbungkus.
Dengan lima bersaudara terpaksa kakaku perempuan yang belum menikah masih tinggal di asrama ikut dengan kakaku menyelesaikan sekolah karena masih SPG. Aku dan kakaku yang lelaki sering pulang ke asrama sekedar makan siang dengan kakaku di asrama karena jemputan baru ada sekitara jam 2 siang.Â
Selama masih sekolah di SMP masih bulak balik ke asrama hingga lulus dari SMP. Nasib orang tidak dapat di tebak, kakak ivarku yang tentara lulus tes secaba dan sekolah, sehingga selesai sekolah harus pindah tugas. Di tahun 1982 pindah tugas ke Serpong Batalyon Kavaleri 9 Penyerbu, termasuk kakaku yang perempuan ikut, dan menjadi guru di Serpong.
Sarijadi masih menjadi tempat tinggal Bapakku dan beberapa saudara yang ikut tinggal di Sarijadi. Tahun 80an ada empat saudara yang tinggal di Sarijadi, satu sekolah Perawat, dan perempuan yang satu lagi masuk  PDAM di Pamanukan Subang, yang lelaki mau masuk Secaba mengikuti Orang tua ku dan yang satu lagi tamat SMP ke Bandung ingin juga masuk Tentara. Jadi rumahku dari Cicadas ke Asrama sampai ke Sarijadi tidak pernah sepi dari keluarga saudara.Â
Lambat laun yang perawat menjadi PNS dan menikah dengan Tentara tinggal di Cicalengka, Yang Secaba sudah pensiun tinggal di Lampung berkebun Alpokat, serta yang Lulusan SMP sudah menjadi Perwira Pertama di Kudam Jaya Jakarta. Sarijadi memang bertuah, mudah-mudahan terus bertuah, sekarang tinggal kakaku yang lelaki menunggu perumahan di Sarijadi.
Banyak cerita selama tinggal di Sarijadi, kekompakan warga Perumnas sangat luar biasa, untuk membangun masjid di buat layar tancep untuk mencari dana dan partisipasi dari warga, masjidnya bagus, bisa di gunakan untuk Majelis Talim, sampai saat ini, ada juga sekolah Taman Pendidikan Alquran (TPA).Â
Akhir kisah dari Sarijadi saat ini enam bersaudara itu 4 orang tinggal di Tangerang, satu orang ikut orang tua di Bengkulu dan Kakaku yang STM menempati rumah di Sarijadi. Mudah-mudahan keberkahan terus mengalir selama rumah itu bermanfaat bagi keluarga. Aamiin.(IDT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H