Mohon tunggu...
Isar Dasuki Tasim
Isar Dasuki Tasim Mohon Tunggu... Administrasi - Profil sudah sesuai dengan data.

Sebagai Guru SMA yang bertugas sejak tahun 1989 di Teluknaga Tangerang. "berbagi semoga bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Mengantar Orangtua Berangkat berperang

19 Mei 2020   11:56 Diperbarui: 19 Mei 2020   11:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Jumat Kesatuan menyampaikan informasi melalui pengeras suara bahwa setiap anggota agar berada di tempat dan tidak kemana-mana. Benar saja hari sabtu pagi para prajuri yang berada di kesatuan disiapkan untuk apel pelepasan para prajurit untuk berangkat ke Timor-Timor melaksanakan perintah tugas negara melalui Operasi Seroja. 

Orang tua ku salah satu yang ikut berangkat. Selepas apel para keluarga yang akan mengantar ke Kiaracondong di bolehkan untuk ikut berangkat dengan menaiki truk yang telah di sediakan. Banyak keluarga yang ikut mengantar termasuk saya, Ibu dan dua adik ku ikut ke Kiaracondong Stasion Kereta Api.

Lama menunggu sampai masuk waktu Isa belum juga berangkat, akhirnya para pengantar dari keluraga di perintahkan untuk segera kembali ke asrama. Itulah sekelumit pengataraan orang tua yang yang akan berangkat bertempur. Karena saya masih kecil belum mengerti itu berperang. Padalah berperang itu mengorbankan nyawa. Banyak para Pahlawan Seroja yang di makamkan di Dilli, sekarang Timor Leste.

Berperang bagi prajurit suatu perintah tugas, tapi ada juga rasa takutnya. Takut tidak kembali berkkumpul dengan keluraga. Sehingga orang tua ku bercerita setelah lepas pensiun, membuka rahasia ketika akan berangkat ke Timor-Timor. Cerita beliau, kami berlima menemui Kiyai, atau orang pintar lah. 

"Aya naon cep" dalam Bahasa sunda, Pak Kiyai menanyakan kepada rombongan yang berbadan tegap, salah satu dari mereka menjadi juru bicara dan menyampaikan, "begini Pak Kiyai, kami berlima akan berangkat ke Timor-Timor, kira-kira bagaimana, supaya selamat", Pak Kiyai berpikir sebentar, lalu menyampaikan bahwa "dari lima orang ini ada yang tidak kembali, salah satu anak muda ini". 

Mendengar apa yang disampaikan oleh Kiyai, kelima tentara itu hanya tinggal terdiam dan berpikir siapa diantara kelima itu salah satu yang tidak kembali. Cerita ini di sampaikan jauh setelah tidak lagi berdinas sebagai tentara, dan ternyata memang salah seorang dari teman orang tua ku gugur di Timor-Timor.

Dugaan itu mungkin hanya kebetulan, tetapi kita harus percaya adanya sesuatu yang gaib. Sesuatu yang gaib hanya bisa di peroleh orang-orang memiliki ilmu yang tinggi dari segi agama atau imlu lainnya. Rahasia itu baru tersampaikan setelah lama dan terpendam, baru di ceritakan kepada anak cucunya. Ternyata para prajurit juga masih memiliki rasa takut untuk menuju medan perang, namun perintah tugas harus siap sedia di laksanakan.

Hampir 18 bulan orang tua ku di Timor-Timor, sementara yang lain sudah ada yang kembali. Ada satu peleton menunggu perintah kembali dan menunggu pasukan lain yang akan menggantikan posisinya. Kenapa demikian, karena menurut cerita beliau, pelton orang tua ku berada jauh posisinya dan terkepung oleh musuh, sehingga di perintahkan untuk bertahan sampai menunggu pelton pengganti.

Karena menunggu lama, yang biasanya paling lama 12 bulan, ini sudah hampir 18 bulan. Akhir banyak dilakukan oleh pelton bapakku untuk melakukan kegiatan agar tidak terbunuh sia-sia. Mendengar informasi bahwa musuh nanti malam akan menyerang pelton Bapaku. Berundinglah dangan anggota pelton itu untuk menyiasati, agar musuh tidak sampai ke tempat pelton bapakku. 

Akhirnya di perintahakan untuk menggali lubang, galilah lubang ini kalua mau selamat, mereka bergantian menggali untuk melindungi diri dan memasang senjata yang di arahkan ke lokasi musuh. Setiap malam senjata melutus terus tiada henti, bergantian.

Ternyata memang apa yang terjadi, menurut cerita beliau, teman berlima itu ternyata salah satu di antaranya gugur dalam Operasi Seroja. Rahasia itu terjaga, dan tidak ada yang tahu selain kelima teman Bapakku. Mungkin cerita ini di sampaikan juga oleh teman Bapakku kepada anak cucunya. Biarlah ini menjadi cerita para tentara yang bertempur di medan perang.

Anak-anak yang ditinggalkan berperang di asrama tidak ada yang gelisah, mereka bermain normal dengan teman sebaya. Berlari kesana kemari dan tidak mengenal lelah, begitu setiap hari sampai para orang tua nya kembali berkumpul dengan keluarga. Senang bisa kembali ke tengah-tengah keluarga merupakan suatu kebanggaan. Anak-anaknya senang mendengar cerita perang Bapaknya, padahal beliau-beliau juga merasa takut kalau-kalau tidak kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun