Mohon tunggu...
Isar Dasuki Tasim
Isar Dasuki Tasim Mohon Tunggu... Administrasi - Profil sudah sesuai dengan data.

Sebagai Guru SMA yang bertugas sejak tahun 1989 di Teluknaga Tangerang. "berbagi semoga bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Spiritual Orang Tuaku

10 Oktober 2017   23:23 Diperbarui: 10 Oktober 2017   23:25 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan spiritual bagi umat muslim adalah perjalanan Ibadah Haji ke Baitullah, rumah Alloh SWT. Perjalanan ini di tekan kan bila mampu, mampu dalam hal fisik, mampu dalam hal biaya, mampu dalam segalanya, tetapi sebaik-baiknya bekal adalah Taqwa/Iman. Perjalanan Ibadah Haji memerlukan daftar tunggu yang begitu lama, mulai dari 3 tahun, 10 tahun sampai ada yang menjadi daftar tunggu sampai 14 tahun. Lamanya daftar tunggu untuk melaksanakan ibadah haji disebabkan karena banyaknya umat muslim di Indonesia yang ingin segera melaksanakan Ibadah Haji. Perlu sabar dalam menunggu, karena Ibadah haji merupakan panggilan maka sebaiknya kita harus banyak bersabar.

Orang tua ku mendaftar haji tahun 2014, namum baru tahun 2017 bisa berangkat, kurang lebih 3 tahun menunggu. Itu pun karena usia orang tua ku sudah lanjut kurang lebih 85 tahun. Ketika mendengar kabar bahwa orang tua ku bisa berangkat pada tahun ini  langsung ku kabari orang tuaku yang berada di Bengkulu Selatan. Pada saat itu memasuki bulan ramadahan 1438 H,  pada saat itu beliau minta waktu minimal 10 hari pertama bulan puasa, namun karena waktu begitu cepat sementara cek kesehatan belum dilaksanakan, karena cek kesehatan merupakan prasyarat untuk dapat di berangkatkan ke tanah suci. Akhirnya pada tanggal 7 Juni 2017 orang tua berangkat dari Bengkulu menuju Jakarta. 

Sampai di Jakarta, Bandara Internasional Jakarta pukul 16.00 sudah mendarat di Jakarta dan sekitar 30 menit sudah keluar dari bandara dan lansung di bawa menuju rumah anaknya yang nomor empat di Teluknaga. Besoknya langsung di bawa ke Yayasan Darul Fikri untuk di bantu cek Kesehatan, Alhamdulillah karena beliau pensiunan TNI jadi tes kesehatan tidak ada kendala, namum karena usia yang sudah 85 tahun jarak pandang matanya sudah tidak normal, maka perlu operasi katarak.

Selesai cek kesehatan, orang tua ku, aku antarkan ke kaka tertua di serpong, menginap bersama cucu pertamanya yang baru pulang dari Jepang sebagai peneliti di sana. Sampai hari Raya Idul Fitri, kami berkumpul bersama keluarga besar dan berdiskusi bagaimana cara nya supaya kake bisa berangkat ketanah suci setelah di operasi katarak matanya. Berangkatlah kake bersama anak tertua menuju Bandung yang kebetulan di Bandung ada anak lelakinya yang No tiga di Sarijadi, Bandung.

 Tanggal 3 Juli 2017 

Orang tua sudah sampai di Bandung dan tgl 5 Juli 2017 sudah siap di operasi mata oleh doktor Spesialis Mata di Bandung dan di Rumah Sakit Sariningsih tempat beliau praktek dan Rumah Sakit tempat di mana saya di lahirkan. Padahal dari tanggal tersebut sebulan lagi beliau harus berangkat ke tanah suci yaitu tanggl 7 Agustus 2017, benar-benar berjuang dengan waktu, sementara 2 minggu sebelum berangkat harus di suntik maningitis dengan dua jenisnya. 

Disinilah setelah pelaksanaan suntik maningitis dan suntik jenis inpluenza orang tua kami mengalami drop yang sangat berat sampai mengalami tidak kenal dimana beliau tinggal saat itu. Seperti sedang berada di rumah sakit, dalam kondisi seperti ini timbul iba dari kaka ivar ku untuk menahan beliau berangkat menunaikan ibadah haji, karena memang situasi nya seperti tidak sadar diri, sementara hasil operasi katarak belum begitu sehat dan masih menjalani perawatan serta perhatian penuh sebab mata tidak boleh kena air selama sebulan sementara untuk melaksanakan ibadah sholat harus tayamum sampai betul-betul matanya di nyatakan sehat sepenuhnya. Alhamdulillah seminggu sebelum keberangkatan kaka ku menemui seorang dokter yang memiliki suplemen yang memang terbukti ampuh memambah stamina orang tuaku, tiga hari menjelang berangkat orang tua ku sudah cukup fit dan siap berangkat ke tanah suci.

Pertolongan Allah SWT memang datang, karena ibadah haji itu panggilan dari yang maha kuasa, Alloh SWT. Dan sebaik-baiknya bekal untuk menjalankan ibadah haji adalah taqwa/Iman.  Alhamdulillah pada tanggal 7 Agustus 2017 orang tua ku berangkat ketanah suci dari kloter 23 JKG dan mengikuti Yayasan dari Darul Fiktri Tigaraksa. Seperti tradisi di Indonesia yang berangkat seorang dan yang mengantarnya bisa beberapa orang dan beberapa rombongan, serta beberpa mobil sehingga untuk parkir di sekitar mesjid sangat susah. 

Berangkat lah orang tua ku dengan menaiki Bis 8 menuju embarkasi Pondok Gede Jakarta, menginap semalam dan berangkat pukul 01.00 dini hari pada tanggal 8 September 2017, dan sampai di Bandara King Abdul Aziz di jedah pada tanggal 8 Agustus 2017 waktu setempat. Ketika di Jedah saya masih sempat menghubungi beliau dan beliau sedikit bicara karena masih di ruang tunggu dan baru sampai mendarat di Jedah, karena sangat sibuk dan banyak intruksi yang harus didengarkan agar tidak ada kesulitan pada saat melaksanakan ibadah haji. 

Saya pun sempat menghubungi ketua kelompok  hanya sekedar untuk menanyakan kondisi orang tua ku. Satu dua hari masih bisa di hubungi hp nya yang di miliki oleh orang tua ku di mendinah dan selanjutnya hp itu mati total dan tidak dapat di hubungi. Sekali ketika di hubungi terdengan kabar beliau berantem sama penjual jam tangan di mendinah, mungkin hanya karena komunikasi yang sulit sehingga menimbulkan salah paham, sampai disinilah komunikasi dengan orang tua dapat di jalin selebih nya hingga akhir pelakasanaan ibadah haji di tanah suci tidak lagi bisa berkomunikasi hanya melihat gambar-gambar dari WA grup, saya bisa monitor.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setiap dapat gambar dari grup selalu saya share ke grup sadara-sodaraku agar bisa berbagi. Berbagai foto yang di tampilkan selama berkunjung di jedah dan makah saya share. Alhamdulillah orang tua ku dapat mengikuti seluruh sunah dan rukun haji di medinah dan mekah melalui bimbingan Yayasan Darul Fikri. Kh Endang Samlawi sangat perhatian kepada jamaahnya, siapa yang belum melaksanakan ibadah ini itu selalu di share melalui grup sehingga dapat di kmonitor di Tanah Air. 

Pernah suatu ketika setelah melempar Aqobah dan yang melakukan nafar sani dan nafar awal harus melakukan tawaf ifadoh yang merupakan rukun haji dan orang tua ku tertinggal dari roombongan sehingga belum melakasanakan tawaf ifadoh tersebut, beliau KH Endang Samlai menanyakan kepada seluruh ketua riombongan untuk melaporkan siapa yang belum melaksanakan trawaf iofadoh, dan ternyata salah satunya orang tuaku, dan akhirnya besoknya Pak KH. Endang Samlawi membimbing untuk melaksanakan Tawaf Ipadoh. Selesai melaksanakan Tawaf Ipadoh beliau selfi dengan orangtua ku sambil mengirimkan foto tersebut kepada kaka ku.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Hari-hari pelakasanaan ibadah Haji orang tua termonitor melalui grup wa dari rombongan Darul Fikri sampai terakhir di masjid  terapung di laut merah masih terdapat foto orang tua ku bersama teman sekamarnya Bakpak H. Aziz dari Pasar Kemis. Ada rekan guru yang forto berswama dan di kirimkan melalui grup yaitu Guru SMA  teman sejawat ku. Melihat senyum di foto tersebut sudah memberikan kaabar gembira dari saudara-saudaraku di tanah air. Alhamdulilllah orang tua ku sehat.

Menunggu kepulangan dari  Bandara King Abdul Aziz, informasi dari mekah masih kami dapatkan dari WA grup, mulai dari pelaksanaan jiarah ke makam malla sampai umroh sunah masih di laksanakan beberapa kali lagi. Keakraban selama di tanah suci terjalin penuh kekeluargaan, setiap malam jumat di adakan pengajian bersama, sehingga apa yang terjadi pada jamaah nya cepat tertangani dan dapat di selesaikan. Pernah terjadi seorang jemaah yang pinsan di tempatkan dalam jamaah haji yang telah meninggal ketika sadari diri ternyata masih hidup jamaah tersebut langsung bangun dan kembali kepada rombongan kurang lebih dua hari tidak kembali kepondokan dimana beliau menginap. 

Gelang di tangan paling ampuh untuk mengantarkan jemaah yang kesasar, itupun di alami oleh orang tua ku ketika sampai pada umroh pertama datang ke Mekah, karena memiliki petunjuk di gelang beliau bi antarkan oleh petugas haji ke hotel tempat di mana beliau menginap, beliau sekitar empat jam terpisah dari rombongan. 

Hari jumat tanggal 15 September 2017 penimbangan koper besar mulai dilakukan dan para jemaah melaksanakan shalat jumat, serta besoknya pada tnagal 16 September 2017 melaksanakan tawaf wada untuk meninggalkan Makah  dan malamnya sekitar pukul 8 malam waktu setempat sudah menuju Ke Bandara King Abdul Aziz di Jedah. Pagi hari waktu setempat setelah melalui pemeriksaan dan kelengkapan lainnya rombongan sudah terbang menuju tanah air. 

Pada saat terbang menuju tanah air terkabar bahwa istri adikku di Bengkulu meninggal dunia. Kami di tanah air sengaja tidak mengabari orang tua ku yang sedang menuju kepulangannya ke tanah air. Saya sampaikan kepada kaka ku jangan di kabari dahulu nanti pengen cepat pulang ke Bengkulu. Ternyata betul saja ketika di jemput dan besok harinya di kabari bahwa menantunya meninggal beliau ingin segera pulang, karena memikirkan menantu dari anak bungsunya. 

Ternyata apa yang terpikirkan oleh beliau ketika malam jumat pada pengajian bersama ada dialog dengan kepala rombongan Darul Fikri beliau KH. Endang Samlawi bertanya kepada jemaah masih ada doa yang belum tersampaikan, dan orang tua ku menyampaikan ada doa yaitu, ada keluarga yang menjauh dengan soudaranya, kalau itu baik maka panjangkan tetapi jika itu tidak baik maka putuskan itu doa terakhir yang di sampaikan kepada ketua rombongan. Kabar ini ternyata sampai kepada orang tua ku kenapa ketika naik pesawat badannya lemes, ini lah pirasat ada sesuatu dan hal itu memang sudah terkabar bahwa istri dari anaknya telah meninggal hari jumat pada pukul 18.13 Waktu Indonseia Bagian Barat pada tanggal 16 September 2017.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah sampai di Tanah air beliau meminta pulang dengan diantar melalui jalur darat alasan beliau karena sudah hampir empat bulan berada di Jawa, kami tidak lansung mengiyakan beliau ingin pulang cepat tetapi  menunggu seminggu setelah kepulangan dari tanah suci dan istirahat sejenak bersama cucunya di tanah air. Tangal 28 September 2017, orang tua kami antar ke bengkulu melalui jalur darat, berangkat pukul 14.00 sebelum Salat Asar, bersama Pa Endang supir, kaka ku dan adiku, kami berlima berangkat dari serpong menuju merak dan istirahat di rest area untuk melaksanakan shalat ashar. 

Selesai shalat Aashar bergerak kembali ke pelabuhan merak dan sampai di Merak pukul 16.30, alhamdulillah tidak begitu lama menuju kapal penyebrangan, kurang lebih 2 setengan jam berada di kapal dan melanjutkan perjalanan menuju Kota Agung. Jam 01.30 sampai di majsid tempat beristirahat sampai dengan  shalat subuh berjamaah kita melanjutkan perjalanan, namum sebelum berangkat ortang tua ku masih sempat ngobrol dengan rombongan yang sama-sama akan menuju Bengkulu. 

Namun dalam obrolan tersebut bercerita bahwa rombongannya kena rampok di belakang kendarana kami segala barang bawaan termasuk uang habis di bawa oleh begal jalananan antara kota agung dan mesjid tempat istirahat, karena iba dari cerita itu orang tua ku menyumbang sekedar untuk makan dalam perjalanan.

Begitu senangnya orng tua ku akan segera berkumpul di kampung halaman dengan perjalanan melalui jalur darat di nikamti walaupun lelah tapi begitulah perjalanan darat, kurang lebih 18 jam perjalanan.  Kami sempat makan nasi ibat (nasi bungkus daun pisang) dan ikan pelus sebelum jembatan padang guci yang memisahkana antara Padang Guci dan Kedurang. Pukul 14.00 kami telah sampai di rumah orang tua ku, keadaan rumah kotor sekali serta sebagian lampunya mati karena skringnya putus, tapi dapat segera di perbaiki oleh marlin cucu dari Orang tua ku. hampir empat bulan rumah ini tidak di huni, padahal telah dititipkan kepada cucunya Renald Ayubi, tetapi karena sendirian jadi takut tidur sendiri dirumah kake.

Berada di kampung halaman  mengantar kake terasa sangat cepat, karena diawali dengan selamatan tanda sampai ke kampung halaman dari perjalanan haji, serta taziah ke almarhum menantunya di talo, Bengkulu Tengah. Berikutnya menyempatkan diri makan siang di Delengeu ciri khas makanan di daerah Bengkulu Selatan, kemudian dengan arah memutar dari Seginin, Batu balai sampailah kami di Tanjung alam. untuk melanjutkan perjalanan menuju Tangerang. Besok paginya kami berangkat menuju Tangerang, orang tua ku begitu khawatir atas cerrita rombongan yang kena rampok namun alhamdulillah karena perjalanan siang, kami berjalan ke Tangerang lancar dan aman sampai ke rumah masing-masing. (IDT)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun