Setiap tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2016, kami beserta saudara-saudara berangkat bersama-sama mudik ke Kampung Halaman. Biasanya kami berangkat dengan titik kumpul di Serpong Kota Tangerang Selatan, karena kakak tertua kami tinggal di Serpong. Kami sekeluarga berangkat ke serpong dari Teluknaga, biasanya selepas Bada Sholat Dzuhur. Setelah berkumpul, keluarga dari Bandung telah sampai di Serpong, kemudian kami berangkat menuju Pelabuhan Merak, perjalananan kurang lebih dua setengah jam sampai di Pelabuhan Merak. Perjalanan mudik selepas Idul Fitri, pelabuhan Merak sepi dari para pemudik, berbeda dengan hari sebelumnya kendaraan padat, kendaraan roda dua juga padat, tetapi pada hari pertama Hari Raya Idul Fitri Pelabuhan Merak tidak begitu padat bahkan cenderung sepi.
Mudik Menuju Kampung halaman sangat menyenangkan, perjalanan malam melalui Kota Agung , lintas barat. Pada perjalanan malam sekitar jam 02.00 malam kami istirahat di masdjid besar tempat istirahat para pemudik. Banyak kendaraan berflat B (Jakarta) , F (Bogor/Sukabumi) dan D (Bandung) telah parkir, mereka beristirahat dan tiduran di selasar masdjid untuk melanjutkan perjalanan setelah shalat subuh. Setelah salat subuh masing-masing kenderaan bergerak menuju lintas barat, melalui bukit Tenggamus yang jalannya menanjak hampir membentuk kemiringan jalan sekitar 60 derajat, serta berliku. Untuk mencapai tujuan ke Kampung Halaman dibutuhkan waktu 20 jam dengan perjalanan santai dan tidak ngebut, disamping itu perjalanan sambil menikmati alam panorama sekitar Lampung Barat, Pesisir Selatan, Krui, Bintuhan, Kaur, Padang Guci, simpang Kedurang dan menuju Kedurang, Desa Tanjung Alam, pemandangan yang indah dan menakjubkan membuat selalu rindu akan kampung halaman.
Sampailah di kampung halaman sekitar pukul 14.00, setiap kendaran yang parkir di depan rumah, keluarlah anak dan cucu dari keluarga besar kakek Tasim, disambut oleh kake dengan senyum haru. Senyum itulah yang memberikan kebahagian bagi kakek yang saat ini tinggal bersama cucunya. Hanya setahun sekali perjumpaan antara Kake dan anak cucunya, beliau sering bertanya apa yang telah dicapai oleh cucunya bahkan beliau bertanya sudah sekolah kelas berapa bagi cucu yang masih sekolah atau kerja di mana bagi cucu yang sudah bekerja. Pertemuan semacam inilah yang dapat memberikan semangat untuk terus berkarya, evaluasi perjalanan hidup setahun lalu di bicarakan agar di tahun yang akan datang lebih baik lagi. Begitulah obrolan di kampung halaman bersama kake, cukup memberikan obat rindu yang tiada tara. Padahal mudik ke kampung halaman tidak begitu lama hanya beberapa hari saja.
Kegiatan di kampung halaman di awali dengan ziarah kubur ke makam nenek dan kake Mesalam. Setelah itu hari-hari di isi dengan kegiatan silaturahmi dengan soudara-soudara di kampung halaman. Keluarga di Kampung Halaman banyak yang merantua keluar kampung. Sehingga momen lebaran lah yang mempertemukan dengan saudara-saudara yang jauh.
Begitulah setiap tahun kami beserta saudara-saudara pulang kampung menuju Desa Tanjung Alam. Ada sedih ada gembra bertemu orang tua, lalu kami tinggalkan kembali untuk melanjutkan rutinitas sebagai orang perantau. Setelah berdoa kami beserta rombongan menuju kendaran masing-masing dan melanjutkan perjalanan menuju puau Jawa, biasanya setelah kami bergerak berjalan beriringan biasanya ada cerita dari kampung halaman bahwa setelah kami meninggalkan kampung halaman Bapak langsung masuk kamar dan tidak terihat air matanya mengalir tak terasa, melihat anak dan cucunya merantau mengadu nasib di negeri nan jauh disana.
Orang tuaku memang seorang purnawirawan TNI AD dari Kavaleri. Walau pun dia tentara yang gagah dan berani, kalau melihat anak cucunya berpisah dengannya tentu ada rasa sedih. Tetapi itu hanya sementara, kalua ada umur panjang kita kan ketemu lagi. Beliau selalu ingat dengan semboyan ketika tugas di militer yaitu “Jaya di medan perang, berguna di masyarakat”, itu lah yang saat ini beliau menjad suri teladan bagi warga kampung halaman. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H