Guru merupakan bagian dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan tugas guru sebagai pengajar yang bertugas mentransper ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru merupakan pihak yang memiliki interaksi paling intensif dengan peserta didik, sehingga peranannya banyak memberikan pangaruh terhadap cara berpikir, bersikap dan berprilaku peserta didik.Â
Guru juga berperan dalam mendinamisir secara internal dan eksternal organisasi sekolah. Dengan demikian guru memiliki peran penting, sehingga mempunyai tanggung jawab besar dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi sekolah, Â peran penting tersebut terutama terkait dengan eksistensi guru sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan tinggi rendahnya mutu pendiikan.
Pekerjaan guru adalah pekerjaan professional karena pekerjaan ini, kalau dilakukan secara benar, menuntut pekerjaan menyususun rencana belajar-mengajar, mengorganisasikan, menata, mengendalikan, membimbing, dan membina terlaksananya proses belajar mengajar secara relevan, efisien, dan efektif, menilai proses dan hasil belajar, dan mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar, bagi dapat disempurnakannya proses belajar-mengajar selanjutnya.
Faktor kecerdasan emosional. setiap organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari senantiasa membutuhkan sumberdaya manusia. Agar memiliki kontribusi yang optimal pada organisasi, maka sumberdaya manusia perlu dikelola seoptimal mungkin, salah satu diantaranya adalah melalui kecerdasan emosinal.Â
Oleh karena itu, aspek-aspek yang terkait dengan kecerdasan emosional menjadi sangat penting, karena hal itu akan menstimulan pegawai untuk berbuat yang terbaik demi organisasi sebagai imbal jasa. Bagi pegawai kecerdasan emosional juga merupakan kebutuhan, sehingga penting untuk di penuhi. Jika kecerdasan emosional pegawai diperhatikan dengan baik, maka perhatian itu dapat mendorong sikap peduli terhadap organisasi, seperti ditunjukan dengan kerelaan untuk mengeluarkan upaya yang lebih besar untuk membantu kemajuan organisasi dan bersedia menjalankan tugas-tugas meskipun diluar perannya. Dengan kata lain, kecerdasan emosional yang baik dapat mendorong tumbuhnya prilaku ekstra peran pegawai.
Selanjutnya Kecerdasan emosional Menurut Stephen P. Robbin dan Timoty A. Judge, Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami dan mengelola emosi. Terakhir, kecerdasan kultural adalah kesadaran akan perbedaan-perbedaan lintas kultural dan kemampuan untuk berfungsi secara berhasil dalam siituasi lintas kultural.Â
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan intelektual yang meliputi membaca, menulis, dan berhitung, yang umumnya menjadi fokus pada pendidikan formal di sekolah. Kecerdasan inilah yang pada awalnya diyakini sebagai satu-satunya faktor kunci yang dapat mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan belajar dari pengalaman.
Berikutnya Goleman, mengatakan bahwa, Kemampuan lebih yang dimiliki oleh seorang individu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati disebut kecerdasan emosional. Senada dengan Goleman, Salovey dan Mayer, mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakannya.
Selanjutnya Robbins memberikan pengertian bahwa kecerdasan emosional merujuk pada ermacam-macam keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhsil dalam menghadapi permintaan dan tekanan lingkungan. dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, orang bisa mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa dengan baik membaca emosi orang lain sehingga bisa menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional merupakan hal yang menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi berbagai tugasdan pekerjaan dalam ingkungan yang selalu berubah.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata benar bahwa kecerdasan emosional dapat memberikan rasa emosi orang lain, sehingga dengan tuntutan apapun dapat dilaksanakan oleh pegawai. Selanjutnya tuntuan yang mengharuskan guru mengajar delapan jam sehari bukan lagi sebuah halangan, bagi guru yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.Â
Namun demikian tentu harus diperhatikan juga kesejahteraan guru yang lebih baik seperti kelancaran pembayaran tunjangan guru. Karena tunjangan guru sudah di adopsi oleh pegawai lain seperti renumerasi pada TNI dan Polri, tunjangan tersebut hampir sama dengan tunjangan sertifikasi. apa lagi adalagi tunjangan lain yang berlaku pada PNS lain seperti TPP yang bsesarnya melebihi gaji pokokknta, misalanya tunjangan untuk eselon I, II dan lain-lain.
Dengan demikian tingkat kesenjangan antara guru dan PNS lain dapat setara. Saya yakin guru akan tetap mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan undang-undang yang telah di tetapkan. baik mengajar delapan jam sehari, tetap akan dilaksanakan apa lagi bila guru itu memiliki kecerasan emosional yang tinggi, guru tersebut akan mengelolan hatinya untuk pengabdian yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H