Aceh merupakan daerah yang sangat rentan terhadap bencana, salah satunya adalah gempa bumi yang dapat menimbulkan gelombang tinggi.Â
Ada banyak temuan ilmiah dan ilmiah yang mengkonfirmasi terulangnya bencana gelombang tinggi tersebut, namun tempat dan waktu menjadi misteri yang tidak dapat dipecahkan. Tempat kita tidak bisa terhindar dari bencana lain seperti banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Â Â
Meningkatnya kejadian bencana  akibat perubahan kondisi alam dan aktivitas manusia dalam beberapa tahun terakhir telah melahirkan banyak gagasan untuk menyelamatkan nyawa manusia dari dampak  bencana.  Â
Melihat realitas masyarakat, mayoritas penduduk kita hanya mengenal bencana  alam, padahal bencana tidak hanya ditujukan pada fenomena alam saja.Â
Suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia, baik karena faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan fisik, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Â Â
Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007 mendefinisikan mitigasi sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kapasitas dalam menanggapi risiko bencana.  Kalau bicara soal mitigasi dan keterkaitannya dengan bencana, pola pikir masyarakat masih  mainstream karena selalu memikirkan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, dan lain-lain. Â
Konsep mitigasi lahir dan dipopulerkan di Indonesia setelah  bencana besar  melanda tanah air. Sejumlah lembaga non-pemerintah telah dibentuk untuk menangani situasi bencana sebelum, pada saat dan setelah bencana. Salah satunya adalah Pusat Penelitian Mitigasi Tsunami dan Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala.Â
Banyak orang yang masih belum mengetahui bahwa  Aceh saat ini menjadi rumah bagi pusat penelitian bencana.  Pusat Penelitian Mitigasi Tsunami dan  Bencana  Universitas Syiah Kuala (TDMRC-Pusat Penelitian Mitigasi Tsunamo dan Bencana) merupakan lembaga penelitian yang didirikan pada tahun 2006.Â
Tujuan keberadaan TDMRC adalah untuk meningkatkan sumber daya penelitian kebencanaan yang berkualitas, untuk mendukung pemerintah dalam pengambilan kebijakan. , mengumpulkan dan memberikan informasi terbaik, mempercepat  pengumpulan informasi relevan terkait dampak  bencana. Â
Selain itu, TDMRC juga mendorong peningkatan ketahanan bencana dan berkolaborasi dengan ilmuwan dan lembaga penelitian lainnya dalam penelitian bencana. TDMRC sebagai salah satu pemimpin dalam pelaksanaan dan pengembangan penelitian  kebencanaan di provinsi Aceh dirancang untuk mampu berkembang menjadi lembaga penelitian yang andal dan kuat yang mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan penelitian dan pengembangan untuk menghadapi berbagai bencana.Â
permasalahan di tingkat regional, nasional, dan internasional, Menurut Wakil Presiden yang juga  salah satu peneliti di TDMRC, Dr.  Syamsidik "Sampai saat ini TDMRC telah banyak menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan banyak lembaga atau organisasi baik  lokal, nasional maupun internasional."  Ia juga berharap dengan menjadi seorang ilmuwan dapat menghasilkan penelitian yang benar-benar dapat dimanfaatkan khususnya dalam penanggulangan bencana.  Sementara itu, dampak bencana terhadap infrastruktur transportasi dapat dimitigasi dengan melakukan koordinasi dengan institusi terkait.  Â