Mohon tunggu...
Isa Lisia Nurcholila
Isa Lisia Nurcholila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa dalam Menyongsong SDGs Guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara-negara Maju

27 Mei 2022   15:05 Diperbarui: 27 Mei 2022   15:09 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peran Mahasiswa dalam Menyongsong SDGs Guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara-negara Maju

Oleh: Isa Lisia Nurcholila

Beberapa negara melakukan berbagai program untuk mendapatkan kedudukan sebagai negara maju. Indonesia merupakan salah satu negara yang akan melakukan perubahan dari negara berkembang menuju negara maju. Untuk menjadi negara maju Indonesia melakukan beberapa cara dengan bergabung Perserikatan dunia seperti, 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan juga mengikuti Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs atau Sustainable Development Goals yang berarti tujuan pembangunan berkelanjutan. SDGs ini diberlakukan pada tahun 2015 tepatnya tanggal 25 September 2015 hingga 2030, setelah program MDGs atau Millenium Development Goals yang berarti tujuan pembangunan millennium yang dilaksanakan pada tahun 2001 hingga 2015.

SDGs diberlakukan untuk meningkatkan pembangunan di setiap negara dengan 17 program dan 169 target yang harus dicapai dan dimiliki setiap negara untuk menciptakan negaranya menjadi negara maju. Salah satu poin dalam program tersebut adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan, menjamin adanya kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau penduduk. Misalnya saja permasalahan sampah yang ada di Indonesia yang tak kunjung selesai yang menimbulkan banyak masalah.

Permasalahan sampah di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di www.sciencemag.org pada bulan Februari 2015, menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. 

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) pada tahun 2019, hanya 3% sampah Indonesia yang didaur ulang dan sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Setidaknya dalam sehari tercipta 175 ribu ton sampah baru di Indonesia. Artinya dalam kurun waktu sekitar 10 tahun, dengan asumsi yang sama diproduksi 640 juta ton sampah di Indonesia yang dapat menimbun sebagian daerah Jakarta.

Peningkatan jumlah sampah bila tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005). Sebagian besar sampah ini tidak diolah dan dimanfaatkan lebih jauh tapi berakhir di tempat penampungan akhir. Sampah yang dihasilkan utamanya adalah sampah sisa makanan, terhitung 60%. 

Sisa makanan, sayur mayur dan tanaman termasuk dalam kelompok ini. Selain itu, sampah plastik menempati urutan kedua dengan rasio 14%, mulai dari botol, kantong plastik, sedotan hingga berbagai kemasan berbahan plastik. Sisanya berupa kertas, karet, logam dan limbah lainnya.

Secara umum, sampah yang dihasilkan terbagi dalam tiga kategori yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk dan terurai. meliputi sisa makanan, tumbuhan dan daun. Berbeda dengan sampah organik, sampah anorganik sulit terurai. 

Sampah tersebut antara lain plastik, kertas, karet, kaca dan bahan lainnya yang tidak terurai secara alami. Namun, sampah jenis ini dapat didaur ulang dan digunakan kembali. Lalu sampah B3 atau Bahan Beracun dan Berbahaya yang meliputi bahan-bahan kimia, pecahan kaca, benda-benda bekas medis seperti jarum suntik, baterai, dan benda berbahaya lainnya. Sampah jenis ini sebaiknya dipisahkan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan.

Berbagai jenis sampah yang disebutkan di atas hanya dapat menimbulkan masalah jika tidak dikelola dengan baik. Langkah awal pengelolaan sampah bisa dimulai di tingkat rumah tangga. Saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum memilah sampah di rumah. 

Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center di 5 kota besar, tercatat kurang dari separuh masyarakat yang memilah sampah di rumah, yaitu hanya 49,2%. Dilihat dari angka tersebut, ada 77,6% yang telah membagi sampahnya menjadi sampah basah dan sampah kering.

Permasalahan sampah adalah kemudahan masyarakat untuk membuang sampah, pernyataan Morgan (2009). Dalam menangani sampah, masyarakat biasanya tidak terlalu memikirkan sumber sampah dan apa yang terjadi dengan sampah tersebut. Ini akan mendorong masyarakat untuk terus menghasilkan lebih banyak sampah.  

Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah sampah, orang harus dibuat berpikir mengenai jumlah sampah yang dihasilkan dan akibat--akibat yang ditimbulkan. Apabila masyarakat sadar akan masalah sampah akan lebih mudah menangani masalah sampah karena akan mendorong masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan mendorong mereka untuk menangani sampah dengan lebih baik.

Dengan adanya banyak sekali permasalahan sampah dan juga pengelolaannya, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dimana kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan agar mampu mengatasi banyaknya permasalahan sampah yang terjadi. Namun seharusnya upaya yang dilakukan pemerintah tidak cukup hanya sampai disitu, tetapi juga dengan disertai tindakan konkrit dalam rangka implementasi kebijakan yang telah dibuat sebelumnya.

Peran penting inilah yang seharusnya diambil oleh para mahasiswa. "Beri aku 10 pemuda (mahasiswa) akan  kugoncangkan dunia," itulah sepenggal pidato Soekarno, sang pendiri bangsa Indonesia. Dimana kalimat tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya peran mahasiswa dalam mengubah kehidupan bangsa ini. 

Mahasiswa artinya adalah orang yang sedang belajar di perguruan tinggi. Namun sebetulnya makna mahasiswa tidak sesempit itu, menjadi seorang mahasiswa itu memiliki arti yang luas bukan hanya sekedar statusnya saja yg terdaftar di instalansi perguruan tinggi. Menjadi suatu kebanggan sekaligus tantangan tersendiri menyandang gelar mahasiswa. Karena betapa besar ekspektasi dan juga tanggung jawab yang diemaban oleh mahasiswa.

Mahasiswa sebagai generasi muda yang mempunyai peranan penting dalam menyongsong SDGs guna menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju khusunya permasalahan sampah. Mahasiswa merupakan insan akademis juga makhluk sosial, yang diharapkan bisa membawa banyak perubahan terhadap perwujudan pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia dengan tingkat intelektual yang dimiliki.

Yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah sampah tersebut adalah pengolahan sampah yang ada. Pengelolaan sampah melalui metode 3P juga dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam pengelolaan sampah karena secara efektif dapat mengurangi permasalahan persampahan. Dalam Vesilind (2002), metode 3P dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengurangan (Reduce)

Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

  • Mengurangi jumlah bahan yang digunakan di setiap produk tanpa mempengaruhi fungsi produk
  • Meningkatkan masa umur produk
  • Menghilangkan kebutuhan akan produk

2. Penggunaan kembali (Reuse)

Penggunaan kembali di sini mengacu pada penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi. Konsep reuse management tidak serumit yang kita kira, dan cukup menggunakan barang bekas untuk keperluan tertentu tanpa diolah.

3. Pendaurulangan (Recycle)

Menurut Morgan (2009), daur ulang adalah pengelolaan benda--benda yang sudah tidak diinginkan dan tidak terpakai untuk dijadikan bahan baku pembuatan produk baru. Pada dasarnya, pengelolaan daur ulang adalah pemrosesan ulang barang-barang yang tidak berguna lagi.

Pada dasarnya realisasi metode 3R dapat dengan mudah dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Cara ini memiliki dampak positif yang signifikan terhadap penanganan sampah yang seringkali menimbulkan masalah di sekitar kita. Oleh karena itu, hendaknya kita bisa merealisasikan nilai-nilai peran dan fungsi sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa ini sehingga bisa mewujudkan pembangunan bangsa menuju kepada kesejahteraan dalam menyongsong SDGs guna menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun