Mohon tunggu...
Faisal Aji Setiawan
Faisal Aji Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca yang suka nulis

Seorang fresh graduate yang baru dapat kerja dan sedang dalam masa penyesuaian untuk hidup mandiri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cara Berhenti dari Ketergantungan Tik Tok yang Toxic

23 November 2021   21:14 Diperbarui: 25 November 2021   21:01 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di minggu pertama, rasanya ada yang hilang dan tidak lengkap, biasanya saya selalu memantau dan uptodate dengan tayangan viral apa yang sedang ramai di tiktok.  Perasaan gelisah dan tangan yang ingin sekali melihat tayangan tiktok, dan saat membuka smartphone menjadi bingung akan membuka aplikasi apa, karena yang biasa selalu dibuka telah tidak ada diberanda.

Di minggu kedua akhirnya mulai membiasakan diri untuk membuka aplikasi lain, seperti Youtube, Instagram dan Whatsapp, dan ternyata banyak sekali video-video berdurasi pendek yang menarik seperti Tiktok di Youtube. lagi-lagi saya tergoda dan lumayan sering membuka Youtube, namun akhirnya bisa saya kontrol dan kembali fokus untuk tidak banyak mengkonsumsi berbagai konten video yang membuat kecanduan, instagram juga saya gunakan hanya untuk kepentingan promosi jualan dan memposting konten, dan melihat konten yang bermanfaat di second account saya.

Di Minggu ketiga saya mulai memfokuskan ke aplikasi baru yang bermanfaat, seperti aplikasi mendengarkan podcast, membaca berita, workout, editing foto dan video, saham, dan manajemen keuangan. Hal ini saya lakukan untuk membiasakan pada habit baru yang lebih positif dan bermanfaat.

Minggu keempat saya mulai terbiasa dengan berbagai aplikasi bermanfaat tersebut, saya juga mulai aktif berolahraga, membaca, mendengarkan podcast, menulis, belajar saham, editing, menonton tayangan yang bermanfaat dan kegiatan positif lainya.

Minggu kelima, ketika merasa bosan dengan berbagai aktivitas yang positif saya merasa juga memerlukan hiburan, saya menonton series dan film yang menginspirasi dan banyak mengandung pengetahuan, saya juga lebih sering menghubungi keluarga dan teman-teman secara intim dan intens, tidak hanya untuk bertanya kabar namun juga berbicara dan bercerita yang intim dan mendalam

Minggu keenam, rasanya saya benar-benar sudah terbiasa dengan hidup tanpa Tiktok dan sosial media yang berlebihan, saya juga lebih asik ketika bertemu dan mengobrol dengan teman-teman, dan untuk pertama kalinya saat sedang asik mengobrol saya tidak paham dan tidak update dengan konten tiktok yang sedang viral "hahahaha" semua orang syok dan berkata tumben lu ga tau, dan saat saya bilang off tiktok reaksi mereka histeris tidak percaya hahaha

Minggu ketujuh, rasanya mulai tenang, rileks, dan fokus kepada tujuan menjadi jelas, hidup teratur, dan senyaman itu ternyata ketika kita hidup tanpa adanya tiktok, sebelum tidur saya biasakan menonton series favorite, mengobrol dengan orang disekitar, dan membaca buku, di pagi hari memulai hari dengan berolahraga, mendengarkan podcast, dan membuat sarapan. List yang saya buat di malam hari benar-benar bisa saya laksanakan ketika di pagi hari, rasanya benar-benar senang karena tidak ada distraksi yang membuat kita lupa untuk menjalankannya.

Namun memang seperti tetap ada yang kurang, yaitu merasa gagal dengan tujuan dan kalah dengan godaan. Pengalaman tersebut pernah saya alami di instagram saat saya masih di bangku perkuliahan sekitar 2 tahun yang lalu, saya benar-benar kecanduan dan merasa sedih ketika melihat postingan orang dan kita tidak berada disana, mengupdate aktivitas sehari-hari yang membuat saya tidak menikmati momen tersebut, selalu insecure dengan jumlah like dan komen saat memposting sesuatu. Namun hal tersebut saya bisa hadapi dan lewati, dan sekarang saya sudah berdamai dan tidak merasa dirugikan dengan instagram. Saya mencoba membuka instagram untuk kepentingan bisnis, dan relasi, tidak melihat postingan yang negatif dan merugikan diri sendiri, serta memfollow orang-orang yang positif untuk kehidupan. Saat berhadapan dengan titkok saya merasa sangat bimbang, ketika berhasil hidup tanpa tiktok, namun saya merasa bersalah karena kalah.

Dealing dan berdamai

Hingga akhirnya di tanggal 18 Oktober 2021 setelah melewati 3 interview dan proses administrasi, saya dinyatakan lolos dan mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut membuat saya lega, dan setelah pertimbangan yang matang akhirnya saya memutuskan untuk oke, saya siap berdamai dengan tiktok menginstal dan berbagi cerita di sana lagi. Namun dengan versi berbeda, saya membutuhkan tiktok sebagai media untuk mengekspresikan diri, saya tidak akan menuntut untuk berekspektasi tinggi akan viral, terkenal dan sebagainya, saya hanya ingin itu sebagai wadah untuk bercerita dan menyimpan kenangan, selain itu juga membutuhkan media informasi karena setelah saya pahami bahwa diri saya termasuk orang yang menikmati konten-konten kreatif, namun bukan kecanduan ya.

Saya juga tidak mengharuskan diri untuk selalu up to date mengikuti perkembangan, karena ternyata tidak papa kok ketinggalan informasi yang memang nggak penting-penting amat di kehidupan. Setelah mengatur managemen waktu yang tepat, kapan saya membuka tikok, membuat, dan meriset, dalam skala waktu yang singkat karena saya sudah tanamkan ke diri sendiri bahwa tiktok bukan prioritas saya, namun sebagai media untuk berbagi dan mencari informasi. Saya juga masih sering menjalankan aktivitas lainya, dan fokus kepada aplikasi yang bermanfaat buat saya seperti aplikasi berita, podcast, saham, workout.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun