Mohon tunggu...
Isa Khubaro Ulum
Isa Khubaro Ulum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Airlangga 2022

Nama : Isa Khubaro' Ulum NIM : 152110483959 Fakultas : Vokasi Prodi : Pengobatan Tradisional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hewan Peliharaan dan Pandemi: Kisah Penelantaran, Kehilangan, dan Penderitaan

3 Juli 2022   11:32 Diperbarui: 3 Juli 2022   11:39 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pandemi telah mengubah hidup orang-orang di seluruh dunia, membatasi kehidupan mereka di rumah dan penderitaan tanpa akhir. Ada juga penderita bisu berkaki empat yang menyaksikan pengabaian, kehilangan, dan kesedihan dalam beberapa waktu terakhir.

Virus Covid-19 masuk dalam kehidupan dengan banyak ketidakpastian, kebingungan, dan ketakutan. Terbatasnya kesadaran dan peningkatan kepanikan selama gelombang pandemi, ada peningkatan tajam pada orang-orang yang menelantarkan hewan peliharaan mereka, meninggalkan mereka untuk berjuang hidup sendiri. Menurut survei yang dilakukan oleh Yayasan Natha Satwa Nusantara (NSN), salah satu organisasi penyayang binatang di Indonesia, tercatat peningkatan penelantaran hewan pelihaaran selama gelombang pandemi ini. Anisa Ratna Kurnia, Direktur Operasional Yayasan NSN, menjelaskan bawa rumor hewan sebagai penyebar virus merupakan salah satu faktor utama penelantaran.

Setiap hari, selama pandemi, tempat penampungan hewan berjuang dengan peningkatan tingkat pengabaian dan penelantaran. Bagian yang menyedihkan adalah sebagian besar hewan dibiarkan mati perlahan-lahan dengan kematian yang sepi dan menyakitkan, kecuali mereka cukup beruntung untuk diselamatkan.

Penelantaran Hewan

Menurut studi terbaru Yayasan Affinity, alasan utama untuk meninggalkan hewan selama pandemi, terutama anjing dan kucing, adalah masalah perilaku hewan (10,8%), faktor ekonomi (10,7%), kehilangan minat terhadap hewan (9,8%), perubahan tempat tinggal (8,9%), kematian pemilik (6,0%), alergi terhadap hewan (4,4%), kelahiran anak (3,9%), dan lainnya.

Meskipun masyarakat umumnya maju dalam hal kesadaran akan tanggung jawab terhadap hewan peliharaan, sayangnya masih banyak masyarakat yang mengabaikan dan menelantarkan hewan peliharaan mereka. Angka tersebut tetap mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa masih banyak orang yang tidak memiliki hubungan yang sehat dengan hewan peliharaannya dalam hal tanggung jawab dan komitmen yang solid. Tanpa hubungan yang solid ini, masalah yang berujung penelantaran dapat terjadi.

Membuang hewan peliharaan adalah kasus pengabaian terburuk. Hewan-hewan tersebut dibiarkan bingung dan bahkan bisa saja terluka. Pada awalnya mereka tidak tahu apa yang terjadi pada mereka dan kemungkinan besar mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah, sehingga mereka harus dihukum. Beberapa orang menelantarkan hewan dengan cara yang mudah seperti mengikat anjing pada pohon, membuang anak kucing pada tempat sampah atau bahkan pasar, dan yang paling tidak manusiawi adalah mendorong atau melempat mereka keluar dari mobil yang melaju cepat. Hal itu tidak hanya membahayakan hewan, tetapi dapat menyebabkan kecelakaan karena hewan berusaha mengikuti kendaraan pemilik. Mereka juga dapat menyebabkan gangguan pada masyarakat seperti menggonggong atau menggingit seseorang karena merasa dirinya tidak aman.

Pandemi

Ada banyak hewan yang ditinggalkan majikan di penampukan karena pemikiran salah bahwa hewan bisa menularkan virus covid-19 kepada manusia. Sebagian orang memberikan hewan peliharaan ke penampungan karena khawatir tidak bisa memberi makan hewan mereka di tengah pandemi Covid-19. Andrea Padilla, Aktivis perempuan asal Kolombia, mengatakan bahwa tersebar desas desus di media sosial bahwa hewan peliharaan dapat menginfeksi manusia dengan virus Covid-19.

Hewan peliharaan yang diserahkan dan ditelantarkan di tempat penampungan selama dan setelah pandemi covid-19 mengalami peningkatan. Hal ini menjadi beban bagi organisasi yang merawatnya. Tempat penampungan dan organisasi penyelamat hewan seringkali berjuang untuk tetap bertahan secara finansial. Mereka biasanya tidak menerima dana pemerintah dan bergantung pada sumbangan. Terlepas dari sisi keuangan, pada titik teretntu banyak tempat penampungan mencapai kapasitas penuh hewan yang dapat mereka terima dan mungkin menggunakan prosedur euthanasia untuk mengurangi kapasitas.

Jelas bukan hanya manusia saja yang merasa kesulitan saat pandemi ini. Hewan peliharaan yang pada awalnya kita putuskan pelihara juga terkena dampaknya. Kita sebagai manusia yang berpendidikan sudah seharusnya bertanggungjawab terhadap keputusan kita. Nasib hewan peliharaan yang ditelantarkan hampir selalu tragis. Banyak hewan peliharaan yang tidak beruntung untuk diambil oleh penampungan atau pecinta hewan, harus hidup di jalanan dalam ketakutan, tanpa makanan, tanpa tempat tinggal.

Penulis : Isa Khubaro' Ulum

NIM : 152110483050

Fakultas Vokasi, Program Studi Pengobatan Tradisional, Universitas Airlangga, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun