Mohon tunggu...
isa jatinegara
isa jatinegara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

- Founder layanan jasa penulisan konten artikel https://penulispro.net dan agensi naskah & penulis https://remediaservice.id/

Selanjutnya

Tutup

Money

Jadilah Pengusaha, Jangan Jadi Kapitalis

4 Juli 2010   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:06 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem ekonomi yang baik tidak demikian. Ia merujuk berdasarkan nilai-nilai kemanusian. Hati nurani dan moralitas memainkan unsur yang signifikan dalam hal ini. Walaupun status kaya dan miskin akan tetap ada, namun di antara kedua strata ini akan saling bersinergi, keduanya diuntungkan.

Dalam konteks seperti ini, si miskin adalah seorang yang memiliki harta atau kapital lebih sedikit daripada si kaya namun si miskin ini tetap sejahtera. Semua kebutuhan hidup si miskin ini tercukupi terutama dengan hak hidup layak dan kecukupan akan kebutuhan primernya seperti makan, kesehatan dan pendidikan tentunya.

Jika yang terjadi saat ini adalah bentuk kapitalisme pendidikan, maka seharusnya dengan sistem yang nonkapitalis pendidikan merupakan hal yang pokok yang harus dinikmati warga negaranya tanpa terkecuali. Rakyat miskin apa pun profesinya: petani, buruh, tukang becak harus memiliki akses untuk menikmati pendidikan. Anak-anak mereka harus menjadi tanggungan negara. Sekolah bukan hanya untuk orang berduit namun orang miskin pun mesti menikmatinya.

Dampak pembangunan yang tidak bertanggung jawab
Jika kota Bandung dahulu sering disebut-sebut dengan Parisj van Java adalah memang tidak salah. Jikalau Bandung beberapa puluh tahun yang lalu seringkali disebut dengan Kota Kembang adalah kenyataan. Jikalau sekarang Bandung sering diberi predikat dengan kota dengan tata kota yang amburadul, macet, penuh polusi dan alamnya yang mulai terancam adalah benar sekali.

Kenyataannya, kemacetan lalulintas yang terjadi sekarang adalah dampak dari tangan-tangan yang kurang bertanggung jawab. Demi kepentingan bisnis, produksi massal dilakukan. Ketika produk-produk seperti mobil yang tentu saja masih menggunakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan di pasarkan dengan tidak adanya perencanaan dan kontrol dari pemerintah, maka yang terjadi adalah jumlah mobil yang beredar overload, melebihi kapasitas. Sedangkan infrastuktur jalan raya tidak memadai untuk menampung jumlah mobil sebanyak itu. Yang terjadi saat ini adalah kemacetan di mana-mana belum lagi ditambah dengan polusi yang menyebabkan kualitas hidup manusia kian menurun. Seharusnya pemerintah memberlakukan kontrol yang ketat atas beredarnya mobil-mobil yang masuk.

Menurut hemat saya, solusi awal barangkali dengan meninggikan pajak kepemilikan mobil, membatasi jumlah mobil yang dipasarkan di Indonesia. Mulai produksi mobil-mobil dengan bahan ramah lingkungan., dan yang pasti akan lebih bagus jika kepemilikan mobil pribadi semakin sedikit. Transportasi dapat digantikan dengan trem yang nyaman untuk jarak dekat atau jauh. Ini hanyalah sebuah tawaran sebagai solusi awal, tetap saja jika pemerintah kurang merespon baik langkah-langkah seperti ini dikarenakan membiarkan terlebih mendukung sistem kapitalis, maka semuanya tidak akan terlaksana.

Nampaknya mulai saat ini koperasi-koperasi, sekolah-sekolah bisnis dan lembaga-lembaga lainnya yang bergelut dalam bidang pendidikan kewirausahaan mesti melakukan langkan proaktif guna memasukan kajian-kajian tentang kapitalisme serta dampak yang ditimbulkannya. Kuliah motivasi, manajemen dan etika bisnis haruslah memiliki kurikulum atau setidaknya kajian tentang dampak kapitalisme. Sehingga diharapkan para calon wirausaha dan pengusaha dapat mempunyai pedoman dan sadar akan pentingnya berbisnis dengan memerhatikan etika bisnis, nilai-nila humanis dan aspek lingkungan. Untuk siapa lagi tentunya jika bukan untuk kebaikan bersama.

Sepertinya akan percuma saja buku-buku Robert T Kiyosaki yang dibaca. Tak akan ada gunanya buku manajemen Steven R. Covey ataupun buku-buku marketing Hermawan kertajaya dan seabreg buku lainnya, jika toh bisnis anda tak bermanfaat bagi kebaikan masyarakat banyak, serta kelestarian alam ini. Sebaliknya, akan indah hidup ini jika bisnis untung menjamur, manusianya makmur dan alamnya tetap subur.

Entah petani dan kerbau itu kini dimana, tapi yang jelas terimakasih untuk lagunya, Pak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun