KTT G20 telah usai. Konferensi yang beranggotakan 19 negara utama dan Uni Eropa tersebut berlangsung mewah dengan diiringi berbagai acara pernak pernik yang menampilkan Budaya Bali sebagai negara wisata andalan negara Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, dana yang telah dihabiskan mencapai Rp 529,54 miliar. Pemanfaatan anggaran KTT G20 digunakan untuk memperbaiki dan mempercantik kawasan Nusa Dua sebagai lokasi utama event.
Selain itu, juga digunakan untuk menata kawasan seperti perbaikan jalan yang dilalui kepala negara anggota G20 serta para delegasi.
Pemerintah menghitung, KTT G20 akan memberikan dampak ekonomi sebesar Rp285,39 miliar secara moderate, dan Rp514,02 miliar secara optimis.
(Pikiran Rakyat, 14 November 2022).
Hasil KTT G20Â
Dilansir dari Detik com, hasil KTT yang secara langsung didapatkan oleh Indonesia adalah :Â
1. Dana untuk penanganan pandemi yang terkumpul sebesar USD 1,5 miliar.
2. Indonesia mendapat dana untuk transisi energi. Dana yang diterima Indonesia sebesar USD 20 miliar.
3. Hasil konkret berupa komitmen bersama terkait lingkungan. Jokowi menyebut para pimpinan negara G20 sepakat untuk melindungi 30% daratan dan lautan pada 2030.
Pemilik Kapital, Meraup Untung KTT G20
Dampak positif KTT G20 menjadi harapan optimis petinggi negara Indonesia sebagai tuan rumah. Eksplorasi Nusa Dua Bali menjadi tumpuan andalan peningkatan pendapatan Indonesia dalam jangka pendek. Keuntungan jangka panjang yang digadang-gadang adalah peluang berbagai kerjasama intensif bersama para investor dari kalangan mancanegara.
Lalu, siapakah yang mendapatkan keuntungan langsung dari KTT ini? Yang paling menjadi sorotan tiada lain adalah Hotel The Apurva Kempinski Bali. Pasalnya, hotel mewah bintang 5 ini dijadikan sebagai tempat perhelatan puncak KTT G20 Indonesia pada 15-16 November 2022.
Jadi, berbagai dampak positif yang banyak beredar hanyalah terbatas kepada pemilik modal besar. Karena sejatinya, KTT G20 ini diselengarakan dengan motivasi untuk kemaslahatan negara besar sebagai pemeran utama. Sistem ekonomi Kapitalisme menjadi jiwa bagi setiap kesepakatan yang dihasilkan. Penyelenggara konferensi hanya sebatas memprediksi peluang kerjasama antara pemilik modal dan prediksi reputasi yang tak banyak berarti bagi rakyat negeri ini.
Ketikapun menjadi solusi, hanya sebatas tambal sulam kelemahan sistem ekonomi Kapitalisme.
Sistem Ekonomi Islam, Solusi Kestabilan Ekonomi Dunia
Islam memiliki aturan sempurna untuk setiap permasalahan kehidupan. Begitupun dalam sistem ekonominya. Sistem ekonomi Islam yang anti ribawi dan fokus pada sektor real menjadikan roda perekonomian berjalan stabil dan unggul dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi dunia secara tuntas.
Aturan kepemilikan yang jelas terkait kepemilikan umum, kepemilikan negara dan kepemilikan individu menjadikan batasan-batasan yang jelas dalam pengelolaan dan peruntukannya. Sehingga masing-masing fokus kepada aturan kepemilikan yang seharusnya. Sistem ekonomi Islam menjauhkan rakyatnya dari keserakahan dan ketamakan akan harta.Â
Jadi, KTT G20 saat ini tak banyak berarti kecuali untuk segelintir rakyat kelas elite selama sistem yang digunakan sistem ekonomi Kapitalisme.
Harapan terbaik hanya bisa didapatkan pada sistem ekonomi Islam yang terbukti unggul diterapkan 13 abad lalu
Wallahu'alam bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H