Mohon tunggu...
Isah Azizah
Isah Azizah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berusaha baik terus

Ibu rumah tangga yang peduli kebaikan negeri

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga Barang Naik, Rakyat Naik

4 Januari 2022   16:52 Diperbarui: 4 Januari 2022   16:54 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun baru telah datang. Kehadirannya selalu menjadi moment harapan kehidupan baru yang baik. Tapi tidak bagi rakyat Indonesia. Tahun baru 2022 kali ini menghadirkan derita baru. Harga sejumlah kebutuhan pokok naik lagi pada hari terakhir 2021. Inflasi pada Desember 2021 menjadi yang tertinggi sepanjang tahun.

Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata nasional bawang putih ukuran sedang pada 31 Desember 2021, adalah Rp 30.400/kg, minyak goreng kemasan bermerk Rp 20.650/kg, telur ayam rasRp 30.450/kg.

Harga cabai-cabaian juga masih saja naik. Harga cabai merah keriting adalah Rp 51.800/kg. Sedangkan harga cabai merah besar adalah Rp 48.700/kg. Sementara harga cabai rawit hijau hari Rp 59.250/kg.

Tingginya harga sembako jelang akhir tahun akan berkontribusi signifikan terhadap inflasi Desember 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,52% pada Desember 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi Desember 2021 sebesar 0,49% mtm.

Apapun itu, mau inflasi 0,52% atau 0,49%, akan menjadi yang tertinggi sepanjang 2021. Sebelumnya, yang tertinggi adalah 0,37% yang terjadi pada November 2021.
(CNBC Indonesia, Jumat, 31 Desember 2021).

Tingginya harga barang tersebut membuat panik rakyat Indonesia. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah orang miskin di Indonesia yang sudah tembus di angka 27,54 juta pada Maret 2021 berada pada tingkat kemiskinan mencapai 10,14 persen dari total populasi nasional. Populasi penduduk miskin meningkat 0,36 persen dari sebelumnya 26,42 juta pada Maret 2020.
(CNN Indonesia, 15 Juli 2021).

Kondisi ini jelas menunjukkan telah terjadi penurunan daya beli rakyat. Jika harga terus naik, maka rakyat bukan lagi mengalami penurunan daya beli, tapi tak memiliki daya beli. Artinya, rakyat tak bisa memenuhi kebutuhan pokok. Padahal kebutuhan pokok manusia tidak hanya makanan melainkan sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Solusi Semu Atasi Kenaikan Harga ala Kapitalime

Sulit untuk dielak, bahwa sistem Kapitalisme mencitpakan jurang menganga antara si kaya dan si miskin. Jumlah rakyat miskin yang tembus 27 juta jiwa menunjukkan ketidakmampuan sistem kapitalisme melindungi rakyatnya dari kemelaratan. Yang terjadi justru semakin sekarat. Kekayaan negeri dimiliki segelintir orang dengan jumlah harta setara sultan.

Seseorang bisa dengan mudah mengelilingi dunia di kapal pesiar dengan biaya milyaran, sementara seseorang yang lain hanya bisa makan nasi sehari sekali.

Solusi yang disuguhkan pun tak menyelesaikan masalah. Operasi pasar, menentukan harga eceran tertinggi hanya solusi temporal yang tidak memberikan kebaikan dalam jangka waktu panjang.
Bahkan, untuk tahun ini, belum nampak solusi pemerintah mengatasinya.
Beban rakyat bertambah dengan kenaikan harga elpiji sebagai langkah pencabutan subsidi.
Sungguh malang rakyat yang berada pada sistem busuk kapitalisme.

Islam, Serius Atasi Kenaikan Harga

Islam adalah agama yang diturunkan Allah dengan sempurna. Mengatur dan menjadi solusi atas semua permasalahan manusia sejak kehadiran Rasulullah hingga detik ini. Tak diragukan kebenarannya karena bersumber dari Zat Yang Maha Pencipta Manusia.

Negara dalam sistem Islam memiliki kewajiban untuk memastikan rakyatnya secara individu perindividu terurusi.
Sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan menjadi kewajiban negara menyelenggaran sebaik mungkin sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat.

Dalam masalah harga, Islam telah memiliki aturan baku dan solutif. Jika dalam sistem kapitalisme, penentuan harga menjadi solusi andalan, maka dalam Islam itu adalah solusi yang haram.

Dari Anas RA, dia berkata,"Harga melonjak pada masa Rasulullah SAW. Maka berkatalah orang-orang,'Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga untuk kami.' Maka bersabda Nabi SAW,"Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Menetapkan Harga, Yang Memegang Rizki, Yang Melapangkan Rizki, Yang Maha Pemberi Rizki. Dan sungguh akan betul-betul berharap berjumpa dengan Tuhanku sementara tak ada seorang pun dari kalian yang akan menuntutku karena suatu kezhaliman dalam urusan harta atau nyawa." (HR Abu Dawud, hadits no 3450).

Pada kasus Indonesia sekarang, Islam telah memberikan solusi dalam mengatasi kenaikan harga. Melambungnya harga barang akibat faktor alami berupa kelangkaan barang, negara mengatasinya dengan mencari suplay dari daerah lain. Baik daerah dalam wilayah kekuasan Islam, atau mengimpor dari negara lain.
Dengan begitu, maka secara otomatis harga akan kembali turun.

Jadi, dalam Islam harga diserahkan kepada pasar. Negara bertugas mengatur distribusinya (menyediakan barang) sesuai kebutuhan rakyat.

Wallahu a'lam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun