Inisiatif Tiongkok ini tentu direspon AS dengan keras, karena AS khawatir AIIB akan mengurangi negotiating leverage yang AS punya.[11] AS berusaha membujuk para aliansinya untuk tidak bergabung dengan AIIB. Tetapi negara-negara sahabat AS tersebut berbondong-bondong ikut bergabung dengan AIIB.[12] Peluncuran AIIB dilaksanakan bulan Juni lalu dengan penandatanganan kerangka persetujuan AIIB. Tanpa AS dan Jepang, AIIB diresmikan dengan 57 negara menjadi anggota.
AS pun lebih giat mendorong inisiatifnya sendiri, yaitu TPP. Presiden Obama telah menyatakan bahwa TPP dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa AS-lah, bukan Tiongkok, yang seharusnya menuliskan peraturan tentang perdagangan global.[13] TPP memasukkan berbagai standar tinggi terkait perdagangan, yang membuat Tiongkok tidak mungkin ikut bergabung, setidaknya untuk saat ini. Akan tetapi, TPP sendiri tidak disambut sehangat AIIB, dikarenakan TPP terlalu banyak mengintervensi urusan domestik. TPP tidak hanya mengatur mengenai penurunan tarif, tetapi juga aspek lain seperti hak kekayaan intelektual, peraturan perlindungan data, tata kelola korporat, standar lingkungan dan tenaga kerja, serta peraturan finansial. Banyak pula yang mempersepsikan bahwa TPP hanya akan menguntungkan AS. Dalam TPP, proyek infrastuktur apapun harus lolos uji lingkungan yang strict sebelum dimulai. Uji lingkungan seperti itu bisa memakan waktu lebih dari sepuluh tahun. Dengan keterlibatan Eropa dan negara Asia yang maju lainnya, standar lingkungan ini pasti tidak akan diabaikan. Ini yang membuat TPP tidak begitu menarik untuk negara berkembang yang lebih mementingkan ketersediaan jalan dan listrik. [14]
Di sinilah terlihat perbedaan pendekatan AS dan Tiongkok terhadap ekonomi global. Tiongkok tidak peduli dengan urusan domestik negara lain, dan memilih untuk memfokuskan kepada tantangan utama perdagangan: infrastruktur. Akan tetapi, AS lebih menekankan kepada apa yang dianggap AS benar ke negara lain, dibandingkan membantu sesuai kebutuhan negara bersangkutan.[15] Ini membuktikan pernyataan Zakaria, dimana Tiongkok terbukti lebih menggunakan pendekatan praktikal yang menguntungkan Tiongkok, sedangkan AS memiliki semangat misionaris untuk menyebarkan nilai yang AS anggap benar. Pandangan Zakaria ini juga didukung oleh Toyoo Gohten yang menyatakan bahwa AS mempercayai apapun yang baik untuk AS baik untuk dunia.[16]
Â
ANALISA
Dari pembahasan mengenai TPP dan AIIB, setidaknya ada tiga poin analisis yang bisa disimpulkan. Pertama, bahwa Tiongkok tidak bisa dibendung begitu saja. Tiongkok telah begitu berpengaruh dan ide serta pendekatannya yang praktikal membuat inisiatifnya menjadi primadona terutama di kalangan negara berkembang. Negara maju sahabat AS pun  bukannya bermaksud mengisolasi Washington. Mereka hanya beradaptasi ke dunia dimana kekuatan ekonomi lebih terdistribusi.[17] Asia dan Eropa memang tidak ingin dan tidak harus memilih antara AS dan Tiongkok, saat mereka bisa ikut kedua inisiatif yang ada. Pada akhirnya negara-negara tersebut pasti mengutamakan kepentingan nasionalnya dibandingkan menjaga dominasi AS. Maka, terlihat pula bagaimana dominasi AS telah begitu memudar hingga bujukan AS untuk tidak mengikuti AIIB.
Kedua, bahwa AIIB seharusnya menjadi pengingat bagi AS terkait realita arsitektur ekonomi internasional sekarang. Pun, AS seharusnya bergembira dengan Tiongkok yang mau ikut menanggung tanggung jawab global, mengingat AS selama ini melabeli Tiongkok sebagai free-rider dan selalu mendorong Tiongkok untuk mengemban lebih banyak tanggung jawab.[18] AS juga harus mengingat fakta bahwa masih cukup lama bagi Tiongkok untuk benar-benar bisa menantang tatanan yang ada dan menyaingi AS sebagai negara adidaya utama. Masih banyak tantangan yang harus diselesaikan oleh Tiongkok, dan itu hanya bisa dilakukan dengan reformasi fundamental yang tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tetapi, meningkatnya pengaruh Tiongkok adalah fakta, dan AS seharusnya tidak menghalang-halangi Tiongkok untuk berkontribusi melalui sistem yang ada jika tidak ingin AIIB kembali berulang.
Ketiga, AS dan Tiongkok akan lebih sejahtera jika bekerjasama. AIIB dan TPP pun bukan berarti berlawanan, karena AIIB bisa berguna melengkapi sistem yang ada. AIIB dan TPP memang berbeda fokusnya, Â dengan AIIB menekankan pada perangkat keras yaitu infrastruktur dalam perdagangan dan investasi, sementara TPP menjadi perangkat lunak. Dengan AIIB saja integrasi mendalam tidak akan terjadi, dan TPP tidak akan berjalan ideal jika hambatan utama yaitu infrastruktur tidak diatasi. [19] Menghalangi inisiatif Tiongkok atau saling mengeksklusi tidak akan menguntungkan kedua belah pihak, mengingat begitu tergantungnya hubungan bilateral. Pertaruhan terbaik AS untuk tetap menjadi pemain kunci adalah untuk terlibat dalam inisiatif Tiongkok, dan melibatkan Tiongkok untuk terlibat dalam inisiatif AS. Setidaknya dengan begitu, AS tidak akan kecolongan seperti saat AIIB terbentuk, dan bisa mempengaruhi Tiongkok dalam menjalankan inisiatifnya agar sesuai kepentingan AS.
Â
DAFTAR REFERENSI
Â