Mohon tunggu...
Isabelle Margo
Isabelle Margo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Film

Kebersamaan dalam Keberagaman, Sebuah Resensi Film "Tanda Tanya"

13 Maret 2022   17:02 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:03 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Judul 

? (Tanda Tanya)

Sutradara

Hanung Bramantyo

Penulis

Titien Wattimena

Pemain

Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Endhita, Agus Kuncoro, Hengki Solaiman, Rio Dewanto

Produksi

Mahaka Pictures & Dapur Film

Tanggal Rilis

7 April 2011

Durasi

1 jam 40 menit

Agama, budaya, ras, dan gender adalah faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh besar pada identitas seseorang. Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain, faktor-faktor tersebut dapat menjadi unsur penyatu ataupun penyebab konflik dan perpecahan antar individu. Topik ini tidak pernah habis dibicarakan di manapun kita berada, suatu hal yang dapat menguras energi, emosi, dan pikiran. Itulah garis besar dari tema yang diangkat oleh film berjudul "?". Sebuah film tentang dinamika masyarakat Indonesia, yang mempertanyakan nilai, norma, hingga stigma sosial di masyarakat.

Film yang dirilis pada 7 April 2011 dengan durasi 1 jam 40 menit ini, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Seorang sutradara yang sudah tidak asing di industri hiburan Indonesia, ia pernah menyutradarai film-film seperti Perempuan Berkalung Sorban, Perahu Kertas, Cinta Tapi Beda, Soekarno: Indonesia Merdeka, Kartini, Bumi Manusia, dan masih banyak lagi. Film ini juga dibintangi oleh aktor-aktor ternama tanah air Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Endhita, Agus Kuncoro, Hengki Solaiman, Rio Dewanto, dkk. Penayangan film Tanda Tanya sukses secara komersial, dengan jumlah penonton lebih dari 550.000 orang. Akan tetapi, selain apresiasi film ini juga mengundang cukup banyak kontroversi, dengan penolakan dari organisasi muslim Indonesia seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Front Pembela Islam (FPI), dan Nahdlatul Ulama (NU).

Tanda Tanya mengikuti kisah tiga keluarga yang tinggal di Pasar Baru, Semarang. Keluarga pertama adalah keluarga keturunan Tionghoa yang menganut agama Kong Hu Cu. Sang ayah, Tan Kat Sun bersama istrinya Lim Giok Lie merupakan pemilik "THOENG CHINESE FOOD", restoran China yang tak kunjung berkembang karena menjual makanan yang dianggap tidak halal. Tan Kat Sun adalah karakter yang bijak dan dermawan, ia selalu menghormati sesama dengan melakukan hal seperti menggunakan alat masak yang berbeda saat mempersiapkan daging babi, memberikan stafnya waktu untuk shalat, serta menutup restoran pada saat Idul Fitri. Karena kondisi kesehatannya yang sudah menurun, restoran Tan Kat Sun akhirnya diambil alih oleh anak tunggalnya  Hendra.

Berbeda dengan sang ayah, Hendra memiliki sikap keras kepala dan angkara. Hendra tidak setuju dengan cara ayahnya mengolah restoran, karena baginya perilaku ayahnya menghambat perolehan keuntungan bisnis mereka. Temperamennya ini, nantinya akan berdampak fatal pada bisnis dan juga keluarganya. Ia mudah sekali marah dan selalu mengeluh tentang hal seperti, cibiran dan diskriminasi yang ia alami karena berketurunan Tionghoa, restorannya yang tidak berkembang, hingga kegagalan kisah romansanya dengan salah satu pekerja di restoran ayahnya Menuk.

Keluarga kedua yang menjadi fokus Tanda Tanya adalah keluarga Menuk, pasangan muda yang menganut agama muslim. Walaupun saling mencintai, karena perbedaan agama Menuk memilih untuk meninggalkan Hendra dan menikah dengan Soleh. Keluarga ini sedang mengalami kesulitan ekonomi dengan Soleh yang sudah lama menganggur, akhirnya Menuk sebagai istri yang pengertian memilih untuk bekerja di restoran keluarga Tan Kat Sun. Soleh sendiri sedang mengalami konflik internal, ia merasa sebagai kepala keluarga dan "lelaki sejati" seharusnya ia yang menafkahi keluarganya.  Fakta bahwa Menuk bekerja dengan mantannya tidak membantu, akhirnya hubungan Menuk dan Soleh renggang saat Soleh meminta cerai. 

Keluarga ketiga adalah keluarga Rika, seorang janda beranak satu yang baru saja berpindah dari agama muslim ke katolik. Rika menghadapi cukup banyak stigma dan cibiran dari masyarakat sekitar, bahkan orang tuanya sendiri juga menolaknya dengan alasan kecewa atas keputusan sang anak untuk berpindah agama. Stigma ini juga berdampak pada anaknya Abi, hal ini sempat membuat Abi dan Rika bertengkar. Rika adalah seorang pekerja keras, sebagai tulang punggung keluarga ia menjalani bisnis toko bukunya. Ia juga merupakan ibu yang bertanggung jawab bagi Abi yang masih memeluk agama muslim, Rika selalu memandu Abi dengan mendampinginya mengaji ke masjid, membimbingnya untuk berdoa, dan lain-lain.

Di tengah kesulitannya, Rika memiliki sahabat yang selalu mendampinginya. Sahabatnya bernama Surya, seorang aktor yang sudah 10 tahun berusaha sukses di dunia perfilman. Surya yang selama ini hanya menjadi pemeran figuran, ditawarkan Rika untuk menjadi pemeran utama drama natal gereja sebagai Tuhan Yesus. Surya yang beragama muslim sempat ragu untuk menerima tawaran Rika, tetapi akhirnya ia yakin dengan imannya dan menerima pekerjaan tersebut. Kurang lebih, itulah latar belakang para karakter utama film ini. Konflik utama dari cerita ini sendiri, terjadi dalam rangkaian peristiwa yang saling berkaitan antar ketiga keluarga tersebut.

Klimaks cerita terjadi di penjuru akhir film, dimulai dengan Hendra yang memaksakan restoran untuk buka sehari setelah lebaran. Tindakan ini memicu amarah massa, hingga akhirnya sekelompok umat muslim yang dipimpin oleh Soleh menyerang restoran mereka. Serangan ini menyebabkan meninggalnya Tan Kat Sun, yang diserang bersama dengan restorannya. Di tengah hubungan antar karakter yang semakin keruh, akhirnya mereka semua berkumpul di gereja pada saat perayaan paskah. Dengan Rika yang hendak dibaptis, Surya yang sekali lagi memerankan Yesus dalam drama, Menuk dan Hendra yang menyediakan konsumsi untuk para umat, serta Soleh yang sebagai anggota banser NU menjaga keamanan gereja. 

Soleh yang dipenuhi rasa sesal, seketika ia menemukan sebuah bom di dalam gereja. Ia akhirnya memilih untuk mengorbankan dirinya, dengan berlari bersama bom keluar dari gereja. Walau dipenuhi begitu banyak permasalahan dari awal, film Tanda Tanya berujung dengan akhir bahagia. Rika yang memulai kembali kisah cintanya dengan Surya, didampingi orang tuanya yang sudah berbaikan dengannya. Hendra juga menemukan kedamaiannya dengan berpindah agama, dan membuka kembali restoran yang menjual makanan halal.

Film Tanda Tanya diakhiri dengan adegan para masyarakat yang secara harmonis merayakan acara di pasar dengan nama Pasar Soleh. Sekian alur yang relatif rumit dari film Tanda Tanya. Dari cerita para karakter, kita bisa melihat banyak isu masyarakat yang diangkat film. Mulai dari perdebatan konversi agama, stigma masyarakat pada perceraian, perilaku kekerasan, diskriminasi dan rasisme,  hingga budaya patriarki. Akan tetapi, isu utama yang paling disorot pada film ini adalah Pluralisme Agama di Indonesia. 

Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas, dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama (Anis Malik Thoha, 2005). Keragaman agama di Indonesia tidak bisa diragukan lagi, dengan 6 agama yang diakui di Indonesia. Sayangnya, keberagaman tersebut seringkali mengundang konflik di masyarakat. Tanda Tanya beberapa kali menggambarkan kekerasan agama yang sering terjadi di Indonesia di dalam adegannya. Seperti pada peristiwa penusukan pastor di awal film,  kekerasan penyerangan restoran Tan Kat Sun, umat gereja yang tak setuju pemain Yesus tidak beragama katolik, hingga pemboman gereja di akhir film.

Film ini sarat akan pesan yang kental akan keberagaman di Indonesia yang dapat diserap oleh masyarakat Indonesia secara umum. Film ini memberikan pertanyaan utama mengenai seberapa pentingkah tiap-tiap individu memiliki perbedaan di Indonesia. Perbedaan di Indonesia tentunya merupakan sebuah karakteristik yang sulit dipisahkan dengan Indonesia. Namun relevansi keberagaman tersebut dapat menjadi pisau bermata dua yang dapat menguatkan bangsa Indonesia dan melemahkan bangsa Indonesia di saat yang sama apabila dipahami secara tidak tepat. Film ini mengantarkan pesan yang disampaikan secara kuat dan tegas, bahwa keberagaman di Indonesia merupakan hal yang sangat sulit dipisahkan, namun sangatlah menguatkan bangsa Indonesia apabila ditekankan dengan unsur toleransi dalam keberagaman sehingga keberagaman tersebut dipandang sebagai sebuah instrumen kuat untuk membangun sebuah kesatuan.

Bagi saya, kelebihan utama dari film Tanda Tanya adalah sinematografinya yang impresif dan dramatis. Pengambilan gambar yang profesional dipadukan dengan pengeditan yang distingtif, membuat film ini berkesan serta menarik untuk ditonton. Saya juga cukup terkesan dengan penulisan para karakter, di mana mereka semua mendapatkan pengembangan karakternya masing-masing. Walaupun berbeda-beda, perkembangan masing-masing karakter tersebut dapat bersatu dan berkesinambungan, menjadi satu kesatuan alur cerita yang unik.

Untuk kekurangan dari film ini, ada pada kemampuan akting para aktor figuran yang tidak meyakinkan. Sangat disayangkan, karena distraksi tersebut membawa saya keluar dari situasi dan suasana serius adegan. Beberapa plot film ini juga tidak lengkap, seperti kurangnya kejelasan dari akhir kasus penusukan dan pemboman. Satu lagi kekurangan dari film ini adalah, bagaimana film ini memberikan pengalaman menonton yang melelahkan. Dengan topiknya yang berat serta sulit dicerna, saya tidak bisa menghindari rasa lejar dan penat setelah menonton Tanda Tanya.

Saya merekomendasikan film ini kepada remaja SMA hingga dewasa. Saya rasa film ini dapat memberikan aspek edukatif yang bermanfaat bagi semua kalangan. Terlebih dengan topik pluralismenya yang masih relevan hingga saat ini. Akan tetapi, dengan penggunaan kata kasar dan juga penggambaran adegan kekerasan, film ini tidak saya rekomendasikan untuk kalangan penonton anak kecil.  Sebagai akhir kata, saya memberikan penilaian keseluruhan 6/10 untuk film ini.

Penulis : Isabelle Jesslyn M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun