Mushola klasik ini diberi nama An Nabaat, dalam bahasa Arab yang berarti tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Kata ini muncul dalam beberapa ayat Al-Quran, seperti dalam surat An Naba ayat 15, yang berbunyi: [ لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ ], Linukhrija bihī ḥabbaw wa nabātā, artinya "untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman".
Sesuai namanya, mushola ini memang dikelilingi hamparan hektaran sawah membentang dan kota Nganjuk sendiri adalah kota agraris yang penghasilan utamanya dari pertanian. Tidak aneh jika pendirinya menamai demikian, karena salah satu bisnis yang mengantarkan kesuksesannya juga berkaitan dengan tanam-tanaman.
Pendirinya adalah CEO Cita Indonesia Group bernama Virnanda Aprila Hapsara, yang dikenal sebagai pengusaha muda asli Nganjuk yang telah sukses dalam dunia bisnis di kancah nasional. Usahanya bergerak di berbagai bidang seperti pakan dan suplemen ternak berbasis herbal, pertanian, dan pertambangan.
Fasilitas dan Kelengkapan Mushola
Mushola An Nabaat Batembat Pace tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur, tetapi juga fasilitas yang memadai untuk para jamaah. Buka 24 jam, dari jalan raya akan disambut dengan gapura atau gerbang terbelah yang berupa bangunan simetris di kanan dan kiri jalan masuk. Untuk ukuran yang lebih besar disebut candi bentar sebagaimana di Masjid Menara Kudus, memiliki candi bentar berupa gerbang atau gapura.
Mushola ini dilengkapi dengan parkiran yang luas di sisi utara dan barat mushola. Toilet yang bersih, dan dilengkapi CCTV untuk keamanan. Mushola ini juga menyediakan tempat wudhu yang nyaman dengan struktur bangunan bata merah yang didesain menonjolkan relief perseginya. Didalam mushola tersedia sajadah yang bersih, dan Al-Quran yang lengkap. Terdapat lantai dua dan tiga, tetapi kami tidak sempat melihatnya. Mushola ini dapat menampung sekitar 40 orang jamaah.
Keunikan Struktur Bata Merah
Mushola An Nabaat Batembat Pace memiliki struktur dominan batu bata merah, yang juga menjadi ciri khas dari Menara Kudus. Batu bata merah memiliki nilai estetika yang tinggi, karena warna dan teksturnya yang alami.
Mengapa bangunan sakral atau candi jaman itu menggunakan batu bata merah?
Menurut sejarah, candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit.