Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saudara Sesama, Saudara Seiman

24 Oktober 2021   21:25 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:52 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 19.10 semalam sekop menyapa tanah, silih berganti beberapa orang lelaki mulai menggali sepetak persegi panjang, untuk dijadikan liang jenazah. Ada pak Deden, pak Bambang, pak Yayan, ustadz Dirman. 19.15 pak Deden melapor di WAG Al Mujahidin, "Assalamualaikum. Sebagai informasi proses penggalian makam malam ini".

Beberapa liang itu memang sudah disiapkan, sudah tergali tapi ditimbun kembali. Untuk siapapun warga muslim Penfui dan sekitar yang meninggal. Bukan menjemput kematian, sekedar prepare karena kematian adalah hak prerogratif Yang Menghidupkan.

Alasan utama liang disiapkan lebih karena menggali tanah karang itu tidak sebentar. Penuh kerikil dan batu sebesar gaban. Lama prosesnya, apalagi terkena batu yang 'keras kepala'. Lebih keras dari kepala apapun. Tak cukup sehari duahari.

Timbunan tanah liang memang liat memadat, menagih tenaga dan energi ekstra para penggali. Melawan gravitasi, melawan kegelapan, diburu larut malam. Bukan sekedar berkeringat dan menaikkan tanah galian dari liang lahat. Ini kerja kemanusiaan.

Alhamdulillah, anak-anak muda marbot masjid membackup bapak-bapak yang begitu bersemangat dibalik lenguh nafas, lemas otot dan beragam kemanjaan tubuh dimakan usia. Hanya manusia merdeka yang sanggup melakukannya. Menyantuni siklus kehidupan manusia, dikala manusia lainnya beranjak ke peraduan.

Itulah rasa kemanusiaan sebagai sesama. Tidak ada hitung-hitungan laba dan ego diri. Motivasi hanya untuk berbagi, menempatkan secara layak sesama yang sudah tak berdaya. Toh pada saatnya, giliran diri sendiri yang berada disana.

Seusai isya, menunjuk 19.30 sepuluh jamaah masih duduk menunggu kabar sekaligus kedatangan. Ada pak Yasin, pak Amin, pak Sajiman, pak Mardiono, pak Deny, pak Fahrizal, pak Eko, pak Budi, ponakan pak Amin dan pak Syahrir. Sambil duduk melingkar di serambi kami menanti.

Tak pelak, obrolan pun berusaha menggali informasi almarhum yang bernama Alex. Tetap tidak ada yang tahu. Apakah almarhum pekerja yang meninggal hari ini juga dan hendak diterbangkan ke Jawa tetapi terkendala surat dari rumah sakit daerah? Tidak bisa dipastikan. Apalagi nama Alex tidak biasa untuk orng Jawa. Sambil pak Deny, pak Fahrizal kontak tim di rumah sakit, apakah sudah on going ?

Mengkafani jenasah (dokpri)
Mengkafani jenasah (dokpri)


19.58 dpt kabar dari ustadz Rio di rumah sakit,"On Process". UJ menyambung,"Lagi mengkafani pak".

Di rumah sakit, Pak Ridho, UJ, ustadz Rio  memandikan dan mengkafani jenazah. Sudah jadi panggilan jiwa dikala ada yang membutuhkan, apalagi ini jenasah muslim yang harus segera dikuburkan. Tidak laik ditunda ketika tersedia sumberdaya. Dan di 20.14 UJ berkabar,"kami OTW masjid pak".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun