Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karaoke di Rumah, Arus Kebahagiaan sekaligus Pemicu Perselisihan

16 Agustus 2021   17:47 Diperbarui: 9 Agustus 2023   08:09 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar sepuluh hari lalu, sempat mampir di WAG protes seorang ibu warga  ke Ketua RT yang juga seorang ibu. Intinya ibu tersebut meminta bu RT untuk mengingatkan aktivitas karaoke warga lainnya yang terus berlangsung sampai malam. Entah jam berapa tidak disebutkan. Intinya ibu tersebut terganggu.

Setelahnya mungkin ada pembicaraan japri, yang jelas tiga hari setelahnya, bu RT mengirim chat di WAG RT,

" Mat sore bpk mama warga RT maaf saya sebagai ket RT mengijinkan utk semua warga RT klo mau karoke boleh tp batas jam 9 mks".

Maklumat bu RT jelas. Dan sepertinya warga mematuhi dalam sepekan. Sampai pada kejadian

kemarin, jam 23.30 hampir tengah malam bu RT memforward  chat salah satu warga yang japri melaporkan terganggu dengan aktivitas karaoke. Dan ini adalah warga yang mengadu tentang  karaoke yang mengganggu di pekan sebelumnya.

"Mlm ibu rt....mf batas karaoke su lewat dri jam 9. Ibu rt turun langsung sa.mks"

"Ini masa pandemi.... Ibu rt harus tegas.mks".

Dan selepas bu RT memforward chat aduan, beliau memforward balasan japrian ibu warga yang mengadu tersebut ke WAG RT untuk menguar persoalan.

"Mlm moms mf b br ks aktif hp b udh tdr dari dari jam 7.30 b br kaget bangun ni ok b pi tegor knp moms japri snd muat di WA grup saja biar semua bs liat itu hari di kosx bpk Din Woda br jam 8.35 moms udh muat di WA grup suru saya tegur n b langsung tegur moms."

Jadi, menyimak chat balasan bu RT, ibu warga yang terganggu tetangga yang berkaraoke, mengirim japri ke bu RT bahkan belum jam 8.35 malam. Sementara bu RT sejak jam 7.30 malam sudah tidur. Beliau memang alumni covid yang perlu banyak istirahat setelah baru sembuh. Tetapi notifikasi warga membangunkannya dan sebagai bentuk tanggung jawabnya terpaksa bangun dari tidurnya, langsung beranjak menegur warga yang berkaraoke.

Masalahnya bu RT menegur masih di jam 20.35. Bukan salah bu RT, karena mungkin belum sepenuhnya sadar saat terbangun dengar notifikasi aduan warga dan langsung pergi menegur dengan asumsi waktu sudah lewat jam 9 malam seperti bunyi chat aduan. Mungkin ibu warga sudah tidak sabaran karena kejadian itu sudah berulang. Mungkin juga bu warga tersebut tidak sepenuhnya keliru jika berfikir brodcasting chat kadang-kadang agak lambat ditanggapi. Sehingga menggunakan antisipasi waktu jeda agar responnya tepat. Tapi tidak ada yag menduga situasi sangat tak terduga dan berkembang seru di WAG.

Bapak warga yang berkaraoke akhirnya bersuara juga di WAG menanggapi chat dari bu RT. Tepat di jam 00.01. Di tengah malam yang berangin kencang. Cha panjang yang juga berimplikasi panjang. Hmm...

"Selmt mlm ibu RT,mslh kraoke klu msh di jam yg wajar tdk ush di tnggapi,klu warga yg tdk prnh bergaul dg warga yg lain di keluarkan dr group sj,sy kraoke dg ank sy sj bkn dg org luar,jd tdk ush di tnggapi warga yg tdk ada nilai tmbahnya dg warga lain"

"Klu sy kraoke di rmh sy sndri dg ank sy klu warga yg tdk puas dtg tegur sy lngsung sj tdk prlu lapor RT,klu sy mau kraoke manusia sapa yg berhak tegur sy?"

"Ibu RT,klu warga yg lapor sy kraoke di rmh sy dg ank sy sndri tdk usah di TANGGAPI,sruh mrka tegur sy lngsung sj".

"Masalah pandemi bkn berarti warga tersiksa sndri,jgn sdkt2 lapor RT,ini krang krja,sy mau kraoke sapa di rmh sy manusia sapa yg mau tegur? Sy kraoke tau btas jam utk berhnti"

Jam 00.12 chat bapak yang berkaraoke bersambung, sedang monolog di tengah malam karena belum ada tanggapan. Entah karena warga yang baca sekedar menyimak tidak mau terlibat lebih jauh atau memang sedang tidur semua. Yang jelas kebisingan sekarang bersemayam di kepala bapak yang berkaraoke.

Bu RT berusaha mendudukkan persoalan yang sudah di ranah warga dengan menjembatani komuikasi, di  jam 00.13. Saat jangkerik bersuara krik...krik..!!.

"Pagi bpk mama kak adik semuanya saya sebagai ketua RT bersama pengurus memberikan kesempatan ke pada semua wargaku yang ada dalam grup ini untuk memberikan masukan saran pendapat supaya kita semua sepakat jadi tdk lagi kita saling menyalahkan satu dgn yang lain saya dgn pengurus mengharapkan mari kita bergandengan tangan mewujukan toleransi n membangun kembali gotong royong supaya kita semua bersatu mks."

Bapak warga yang diadukan tampaknya belum surut emosinya dan berlanjut mengomel tengah malam. Tepatnya jam 00.18,

"Ibu RT,jgn di tnggapi laporan wrga mcm bgt,bl prlu keluarkan dia dr group n blokir nmrnya. Ibu RT,tdk usah tnggapi laporan wrga mcm bgt,sruh mrka sj yg dtg tegur di sy"

"Utk wrga rt ,tlg mengrti ibu rt kt bru smbuh sakit,jgn bbankan beliau dg hal2 tdk terllu penting"

Selepas karaoke harusnya fikiran dan perasaanya nyaman, ini malah jadi tak keruan dengar aduan tetangga. Hadehh. Imun turun, emosi bawaannya. Tidak bisa tidur sampai pagi. Bu RT juga menjadi kepikiran. Padahal butuh istirahat untuk pemulihan, ini bawaannya malah membaca aduan dan omelan warga.

Nah, menyinggung hal penting dan tidak penting tiap warga bisa beda-beda. Ketika ketenangan di waktu malam dianggap penting karena dari pagi sampai sore capek bekerja dan pulang di rumah ingin istirahat tidak bisa karna bising, apa daya?

Ingin menegur langsung tetangga mungkin kurang akrab, malu atau ragu tidak mau berkonflik, atau bahkan mager pandemi juga, akhirnya bisanya minta ke bu RT.  Itulah seninya jadi Ketua RT, harus bijak di tengah warga.

Bapak karaoke masih berlanjut di jam 01.04. Kali ini menanggapi forward chat bu RT dari bu warga yang japri mengadu, "Ini masa pandemi.... Ibu rt harus tegas.mks". Bapak warga bilang :

"Ibu RT tegas sj pd yg lapor"

Dan haripun pagi, cerah tetapi berangin. Jam 06.45 warga lain menyapa WAG skaligus menanggapi,

"Mt pgi semua kalau karoke di jam2 yg masih wajar boleh tapi volumex jgn terlalu besar kita hidup dlm kemajemukan masarakat kita harus tenggang rasa dgn org lain baik utk kita blm tentu baik utk org lain"

DI sambung warga lainnya di jam 07.22 :

"Pusing jhu bapak petu pademi ni buat strees degar Ambulans teuss mendingan karoke buat senang hati yg penting  jam nya masih wajar bt rasa org jhu jenuh ha maaf e bapak petu hanya  pendapat sa"

Ditanggapi oleh bapak warga lainnya :

"Betul se x tapi karoke itu bisa di siang hari, pagi hari, kalau malam org jg butu istirshat covid itu butuh istrahat yg byk buat sj ruangan peredam suara spy tdk di dengar org lain"

Warga RT lain lagi menyapa dan berpendapat di jam 08.49,

 "Salam damai dan salam berhari Minggu umat/ warga RT , terimakasih kita masih diberi kesempatan untuk melakukan hal yang baik,mari kita saling mendukung,saling mendoakan agar tetap merasa memiliki satu sama lain dalam hidup bermasyarakat terutama dimasa covid ini ...apapun kegiatan saudara ,tetangga kita itu merupakan pengalaman mereka berjumpah dengan Tuhan ,kita ambil nilai  positifnya misalnya saya tidak bisa menyanyi/ karoke saya ikut menikmatinya,atau saya sikap bersyukur lainnya ,,agar rada nyaman tercipta dan tidak menyalahkan orang lain amin".

Suara warga lain, yang sependapat,  "Setuju Bapak,salam sehat "

Suara warga yang unik, puitis tetapi berupa sindiran entah ditujukan untuk siapa ,

"Suaramu terdengar lebih merdu ketika mulutmu tertutup". SALAM SEHAT SAUDARAKU".

Dan, matahari makin tinggi. Masalah karaoke belum pupus. Bu RT masih memberi kesempatan warga untuk berpendapat,

"Pagi bpk mama kak adik semuanya saya sebagai ketua RT bersama pengurus ms memberikan kesempatan ke pada semua wargaku yang ada dalam grup ini untuk memberikan masukan saran pendapat supaya kita semua sepakat jadi tdk lagi kita saling menyalahkan satu dgn yang lain saya dgn pengurus mengharapkan mari kita bergandengan tangan mewujukan toleransi n membangun kembali gotong royong supaya kita semua bersatu mks"

Tetapi warga RT sebagian besar tidak lagi menanggapi dan arus kebahagiaan bersama karaoke sepertinya menemukan jalannya,

"Mhn ijin ibu RT,sbntr mlm sy mau kraoke lg di rmh sy dg ank smpai jam 23.00"

Bapak karaoke justru meminta ijin lagi ke bu RT untuk berkaraoke lagi  malam hari. Nadanya sudah tidak lagi menghujat pengadu, kesannya bernada positif tapi isiya memprovokasi warga lainnya. Hmmm, pfuihh...

Komunikasi WAG tentang karaoke berlanjut dengan canda,

 "Blh bergabung ko..."

"Yg mau bergbung tallu bisa"

"b ju ikut e kita daftar memang e"

"Sngat amat bisa bergbung kita kraoke hlangkan kejenuhan n sy ykin ibu RT sngt se7 n mau ikt berbung jg"

"Ibu rt jg suaranya bgs,jd psti beliau ikt bergbung"

Hahaha, dua chat terakhir ini membawa bawa bu RT untuk berada dalam  kubu arus kebahagiaan bersama karaoke. Entah benar entah tidak, komunikasi ini menjustifikasi karaoke menjadi pilihan warga untuk menghibur diri di kala pandemi. Memang hobi menyanyi  warga siapa yang mampu menahannya. Apalagi bertujuan untuk menghilangan tekanan psikis akibat pandemi.

Paling tidak suasana hati bapak karaoke sudah mulai reda setelah sejak tengah malam tidak tidur. Sebagian warga yang memberi nasehat agar suara jangan terlalu keras untuk bertenggangrasa dengan masa istirahat tetangga, smoga bisa diterima walau  tidak secara terbuka diungkapkan. Situasi WAG kembali dalam suasana canda.

Di akhir polemik karaoke warga RT, diselingi dengan beberapa ungkapan warga,

 "KARAOKE SIANG HIBURAN SIANG BUAT IMUN NAIK SPY KITA SEMUA SEHAT"

"Karaoke siang hri Imun tbuh psti droup,n lbh enk kraoke mlm hr,ini jg ibu rt sdh dftar sbntr mlm kraoke di sini"

"Begini baru hati kita semua sejuk"

Itulah warga sebuah RT, warga bangsa Indonesia. Perdebatan-perdebatan bisa terjadi dimana-mana, tapi jangan ditinggalkan canda dengan sesama. Tidak ada masalah yang terlalu serius jika dikomunikasikan dan dibicarakan bersama. Apalagi diselingi dengan minum kopi dan saling kunjung sesama tetangga.

Hanya setelahnya ada 1 nomor HP yang keluar dari WAG RT. Tanpa pamit. Entah nomor siapa tidak tahu. Itulah dinamika. Toh dunia WAG dunia kecil. Asal jangan keributan di WAG berlanjut di dunia nyata. Selesaikan damaikan bersama di dunia nyata, karena dunia WAG itu maya adanya.

alifis@corner

160821 18:43

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun