Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang-Orang Budiman di Masa Pandemi

28 Juli 2021   08:46 Diperbarui: 2 Agustus 2021   20:11 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dok humas polda sumsel/ kompas.com)

Hal yang wajar pengusaha memiliki kelebihan finansial, kemudian menyumbang. Tapi jika ditelisik, ada sisi menarik. Disaat ekonomi tidak menentu, bisnis terhambat biasanya berimbas pada kerugian usaha, ujung-ujungnya penghematan operasional bahkan PHK pegawai. Dalam kasus ini berbeda. Menjadi tidak linier, tidak dikalkulasi, karena yang bermain saat itu adalah nurani yang paling dalam dari seorang manusia, bukan pengusaha.

Kalau pembaca mengikuti lima tulisan saya terdahulu dalam serial Saat Anak Disapa Delta, yaitu [1] Saat Anak Disapa Delta [2] Saat Isoman, Ditemani ... [3] Penyintas Covid Gen Z, Lebih Rasional ? [4] Di Puncak Infeksi, Nekat Menembus PPKM Darurat? [5] Ojek Online Saat Isoman, Layanan Sampai Tempat Pemakaman , saya seringkali menyebutkan kata orang budiman, di Depok  dimana anak saya menjalani isoman.

Belakangan baru saya ketahui, beliau adalah salah satu pengusaha nasional, yang namanya dengan mudah dapat dijumpai di media, yang juga sangat peduli pada warga yang terdampak pandemi covid. 

Di kompleks rumah kediamannya sekaligus menjadi rumah tahfidz, ada banyak orang yang menjadi penyintas covid dari berbagai lapisan masyarakat, baik pegawai beliau atau dari luar seperti guru, santri, paramedis, sekuriti yang telah beliau rawat di kompleks tersebut hingga sembuh.Termasuk mempersilahkan mahasiswa tim PKL Kemendagri untuk tinggal di kompleks beliau. 

Ketika anak saya dan seorang temannya mahasiswi menjadi penyintas covid, beliau melalui pegawai dan tenaga medis yang telah disiapkan, responsif dan memonitoring perkembangan proses isoman dengan baik. Isoman diperiksa, diberi obat secara berkala.

Yang dilihat anak, ada 2 dokter dan 2 perawat yang mondar mandir memberi layanan. Ada puluhan penyintas dirawat di beberapa rumah dan fasilitas kompleks. Anak saya selama sebulan lebih disana sempat berpindah di 4 lokasi. 

Pertama di rumah base lantai 2, khusus untuk mahasiswa PKL. Karena drop bergejala pindah ke rumah kedua, sempat sehari tinggal sekamar sendiri di lantai 2 disana.  Karena hasil swab positif, dipindahkan di rumah isolasi dekat masjid. Itulah rumah isoman terlama yang ditempati. Karena keadaan sudah agak membaik, anak dipindah lagi di rumah kedua tetapi ditempatkan di lantai satu. Selain itu rumah sebelumnya digunakan oleh penyintas yang baru. Hanya tiga hari anak yang makin membaik dipindah lagi di bangunan mushola yang berada di tengah taman dengan fasilitas restorasi dan pemeliharaan kolam ikan. Dan berarti 5 kali, karena saat ini tinggal di dalam Masjid bersama kedua temannya. Alhamdulillah.

Saat di mushola dekat kolam ikan itulah, anak sudah mulai mencuci baju sendiri, dimana sebelumnya kami harus kirim baju ganti selama isoman. Bisa berjalan sekeliling area yang sejuk, ditemani kicauan burung di pohn-pohon yang rindang. Masih bersama-sama dengan salah seorang pegawai pengusaha tersebut yang sekaligus pemilik kompleks hafidz Qur'an.

Disitulah berdua sudah leluasa berkomunikasi dengan tubuh yang sudah semakin pulih. Anak akhirnya dapat cerita, dalam masa puncak infeksi di rumah isoman, mereka berdua sempat mendapatkan suntikan obat yang harganya sangat mahal bagi ukuran kami. Sekitar 5 jutaan perbotol kecil sekian ml. Mereka berdua masing-masing dapat 5 - 6 suntikan. 

Allah Mahabijaksana, telah mengirimkan orang budiman dalam pengalaman hidup anak di masa pandemi sebagai penyintas covid. Menurut kami, ini menjadi fase hidup yang menyuguhkan pengalaman terhebat yang dihadapi anak. Lingkungan yang membelajarkan eksistensi diri sebagai insan - hamba Allah, pengabdian sesama, membekalkan etika dalam interaksi kemasyarakatan. Kami tak habis-habisnya bersyukur dalam prosesnya ditemukan dengan perhatian daei orang budiman.

Mikhael J Ama, perawat saat anak jadi penyintas. Foto saat masih jd mahasiswa (dokpri)
Mikhael J Ama, perawat saat anak jadi penyintas. Foto saat masih jd mahasiswa (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun