Sehari kami menunggu tidak ada jawaban, kami faham dan menarik kesimpulan, tidak ada laundry atau binatu yang mau. Logika yang terbangun, mendekat penyintas saja berpotensi terinfeksi apalagi ini berjamah langsung dengan bajunya.
Ibunya mencoba menjalin komunikasi dengan teman mahasiswi, yang salah satunya diantara mereka juga ada yang positif. Siapa tahu, telah menemukan layanan sejenis. Jawabnya, tidak ada.
Enough. Jadi selama masih isoman, berarti kami harus kirimkan baju ganti, sampai anak sembuh dan kuat cuci sendiri. Taktis, beli pakaian di e-market , plus tantenya yang ikhlas mencucinya dulu, baru dikirim ke Depok dengan jasa ojek online.
Kami sangat terbantu dengan interaksi layanan berbasis teknologi di jaman ini, yang mampu mendekatkan yang jauh. Menyederhanakan fungsi waktu. Tentu tak menafikkan hal yang lebih utama yaitu empati sentuhan kemanusiaan dan tentunya kehadiran Tuhan, Allah SWT.
Ada banyak kemudahan di era disrupsi teknologi saat ini. Sekedar beli barang keperluan sehari-hari sampai perangkat  khusus seperti alat Nebulizer yang kami kirimkan untuk melegakan sesak saat asma menghampiri.
Alat itu pada akhirnya belum terpakai. Karena sesaknya tidak sekedar asma, tetapi lebih akibat covid. Prinsip semburan aerosol, uap yang terhirup masuk ke pernafasan juga dikuatirkan menjadi jalan makin banyak virus intens dan bersemayam lebih dalam di rongga paru.
Dari mana kami tahu? Anak sendiri yang beritahu. Seperti kebiasaannya mengoreksi chat yang dishare di WAG terkait informasi hoax atau benar. Ilmu medis, diagnosa online, dokter siaga, atau kasus perkasus tindakan medis dan konsultasi penggunaan obat banyak tersedia di online. Tanpa kita sadari, anak gen Z yang begitu familiar dengan teknologi ini juga menyaring informasi terkait dirinya sebagai penyintas covid.
Covid yang menginfeksi sel tubuh dan organ tidaklah sesederhana kita orang awam menganalogikan dengan kasus flu biasa. Kita tidak bisa mengeneralisasi solusi, karena perilaku virus corona tentu berbeda dengan virus flu.
Apalagi terkait tubuh manusia punya karakteristik unik masing-masing, yang boleh jadi unik juga solusinya. Teh lemon, susu beruang, multivitamin, bawang putih dan lain-lainnya adalah ikhtiar manusia.
Mana yang paling tepat ?Â
Anak" gen Z mungkin akan mengandalkan informasi online, sementara ortu mungkin lebih memilih saran dokter, sahabat dan kerabat.Â