Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gardu Ronda (1)

20 Juni 2021   19:56 Diperbarui: 20 Juni 2021   20:12 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gardu Jaga (sigitwidjionoarchitects)

Kaji Liba, Matta dan Oesse diam. Asyik menyimak menunggu mungkin ada kelanjutan cerita serius Kaji Sukri. Aku juga terdiam, tapi jemariku sambil menekan touchscreen smartphone. Menulis cerita ini. Intuisi jurnalistikku bergetar-getar.

"Hanya entah apa sebabnya, kemudian beberapa warga dusun Guyup ingin bangun sendiri gardu, tidak mau lagi membangun bersama sebuah gardu saja, yaitu gardu Rindu, yang memang sejak lama dirindukan. Padahal  awalnya tak ada apa-apa. Masih kerja bakti bersama, mencabuti ilalang sambil senda gurau, layaknya sesama manusia biasa"

"Lokasi gardu Rindu itu strategis loh, Ji Lib. Dekat perempatan jalan kampung, dekat terminal wisata paralayang. Jadi sebenarnya sudah layak untuk konkow warga kedua dusun. Bahkan dusun lainnya", seru Kaji Sukri dengan bersemangat.

"Tapi itu jadi buntu, terus mereka berseteru, terus komunikasi dan silaturahmi pun tidak mau. Begitu?", mashgul Kaji Liba.

"Begitulah, perseteruan yang seru tapi sia-sia. Kuras energi dan emosi. Oiya, yang amat disayangkan, ini sebenarnya hanya melibatkan segelintir orang saja, Ji Lib. Jangan dipersepsi seluruh warga dusun. Warga dusun ga peduli, bahkan malah geregetan dan geleng muka tanda lucu tak berkesudahan. Aduh gimana ya, cerita tanggapan warga. Intinya mereka berselisih paradigma representasi tapi tidak membumi"

"Ji Suk, bahasa ente yang terakhir itu aneh. Memangnya mereka bukan warga?", sahut Kaji Liba.

"Jelas warga Ji Lib. Bego amat mempertanyakan itu !"

"Ji Suk, ente membego-begokan ane? Tak ketok jidat ente !", seru Kaji Liba sambil ulurkan tangan ke arah Kaji Sukri. Kaji Sukri tertawa sambil menggerakkan tangan bergaya silat,

"Ciattt !!! hahaha".

Oesse, Matta dan sayapun tertawa ngakak mendengar gaya celoteh kedua Kaji ini. Inilah gaya orang tua yang menyegarkan kami kalangan muda. Tidak ada ketersinggungan. Yang ada kelapangan dada. Saling memahami bahwa semua bersaudara.

"Terus, katanya beberapa warga sudah berusaha menyatukan arah dengan mendudukkan mereka, ga ada hasil ?", lanjut Kaji Lib sambil menyeruput wedang jahenya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun