Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Algoritma Emosional dan Kebenaran di Balik Catur Dewa Kipas

17 Maret 2021   13:18 Diperbarui: 17 Maret 2021   13:26 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dadang Subur alias Dewa Kipas dalam 2 pekan terakhir menghentak dunia percaturan, baik nyata maupun maya. Catur yang identik dengan logika dan strategi individualistik, sangat intens di sekeping ruang waktu yang sunyi, tiba-tiba menyeruak mengemuka mengambil porsi perdebatan di ranah publik. Ranah nasional bahkan intersional. Melibatkan komentar orang awam sampai profesional. Dari yang rasional sampai emosional. Hanya gara-gara Dewa Kipas yang sambil telentang di kasur, curi-curi waktu pegang hape untuk main catur, di samping istrinya yang sudah mendengkur, mampu mengipas, menghempas, melibas kredibilitas GothamChess yang sedang streaming di Twitch via Chess.com dan ditonton followers.

Algoritma Emosional

"Dari sisi apapun ini 'SALAH', tidak masuk akal !".

Mau dirinci? Umur, kesehatan, status, popularitas, ELO, gelar, networking, strata sosial ekonomi, follower, daya jelajah? Sangat tidak level bro ! Njomplang, kata wong Jowo. 

Dadang Subur, orang tua berumur 60 tahun, hanya sekedar pecatur lokal bukan siapa-siapa,  Grand Master(GM) pun tidak, hanya sekalinya pernah juara 1 sekota Singkawang tahun 2005, yang hari-harinya diisi dengan jualan pakan burung. Sangat tidak 'relate' disandingkan dan dibandingkan dengan Levy Rozman alias GothamChess, 25 tahun, yang terkenal dan ternama. Memiliki gelar Master Nasional AS (2011), Master FIDE (2016), dan Master Internasional (2018). Yang adalah pelatih catur terpelajar dan memiliki total sejutaan follower di platform Youtube dan Twitch.

"Jadi, kekalahan GothamChess ini mengoyak kemapaman !".

Kemapanan status, kemapanan strata percaturan, kemapaman profesi, kemapaman regenerasi, kemapanan profesionalitas, kemapanan federasi dan institusi, yang paling sumir, kemapanan status bangsa pun terbawa - ditingkat memalukan"

"Dewa menggunakan Cheat Engine !", dugaan GothamChess

"Ini sebuah kecurangan !", teriak followers sambil report massal

Anda sudah tahu sendiri kelanjutannya.

"Banned !", itulah tindakan Chess.com.

Dewa Kipas tidak bisa lagi rebahan sambil main catur di Chess.com. Atas nasib yang menimpanya, menuai simpati dari netizen Indonesia. GothamChess, Chess.com dibully habis-habisan. Netizen Indonesia yang digelari 'paling tidak sopan' se Asia Tenggara oleh Microsoft di tajuk 2020 Digital Civility Index (DCI), tidak peduli. Jangan tanya militansi netizen Indonesia. Dayana, Miss New Zeeland, Microsoft, bahkan negara Vanuatu sudah pernah merasakan dibully gara-gara menyinggung netizen Indonesia.

Fenomena netizen Indonesia yang tidak sopan di dunia maya, termasuk menyikapi Catur Dewa Kipas ini memprihatinkan. Ujaran kebencian menjadi faktor yang memprihatinkan karena jika digabung dengan hoax, dan penipuan mencapai 74%. Kultur masyarakat yang dikenal ramah tamah dalam menyambut warga negara lain saat berkunjung ke Indonesia, berbeda 180 derajat ketika berperilaku di dunia maya. Ini mungkin lebih disebabkannya gagapnya moralitas dan etika netizen Indonesia dalam berinteraksi di dunia maya, yang jauh berbeda dengan di kehidupan sehari-hari. Disamping itu rasionalitas berfikir menjadi lebih lambat dibanding respon emosi dalam memahami berbagai sumber informasi di media maya.    

Algoritma emosional, terjadi ketika proses berfikir oleh neokorteks lebih lambat daripada amigdala. Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (kecerdasan emosional: mengapa dapat lebih berarti daripada IQ) mengenalkan istilah Pembajakan Amigdala untuk mendeskripsikan respon emosional orang-orang yang bereaksi secara seketika dan di luar ukuran kewajaran terhadap stimulus yang sebenarnya, karena hal tersebut lebih jauh, telah memicu ancaman emosional secara signifikan. Pengalaman yang terekam di dalam hipokampus memberitahu amigdala bahwa stimulus tersebut merupakan situasi yang memerlukan reaksi fisiologis pertahanan diri dari ancaman bahaya, maka amigdala memicu HPA (hypothalmic-hipofisis-adrenal) aksis dan membajak otak rasional. Aktivitas emosional otak ini memproses informasi beberapa milidetik lebih awal dibandingkan otak rasional (Wikipedia). Artinya informasi dari otak rasional neokorteks menjadi tidak berarti karena lebih lambat direspon.Emosi sudah terlanjur tercetuskan.

Podcast Deddy Corbuizer pun jadi ajang klarifikasi dari Dewa Kipas yang mengaku 'polos' aplikasi dunia maya, mengaku tidak bertindak cheat apalagi dibantu engine. Candu 'hasrat' selama 3 minggu di catur online mampu meningkat pesat hingga akurasi 93,5% berkat hafalan 'strategi' dan 'bangunan karakter' selama berlatih dengan bot Deep Shredder. Hal ini menjadi debatable, karena tidak logis, belajar catur butuh puluhan tahun, bahkan 20 tahun seperti yang dialami Irene Kharisma Sukandar, GM Wanita Indonesia. Surat terbuka pun dilayangkan,

"Saya gundah hati. Kejadian ini merugikan banyak pihak dan popularitasnya tidak sebanding dengan rasa malu teman-teman pecatur profesional di mata dunia internasional. Citra positif dan prestasi yang dibangun untuk tanah air sirna oleh pemberitaan yang negatif"

"Ayok diluruskan agar tidak berimbas terlalu dalam bagi kami patriot-patriot catur Indonesia", yang akhirnya hari ini akan juga berbicara di podcast Dedy Corbuizer. GothamChess pun mendukung langkah Irine.

Setelah Jumat 12 Maret 2021, PB Percasi menggelar konferensi pers via zoom bertajuk Edukasi Catur Online dan Problematikanya dengan narasumber Eka Putra Wirya (Dewan Pembina PB Percasi), Kristianus Liem (Kabid Pembinaan dan Prestasi PB Percasi), Hendry Djamal (Komisi Catur sekolah PB Percasi), GM Susanto Megaranto (atlet catur), IM/WGM Irene Kharisma Sukandar (atlet catur), serta MN Heri Darmanto, MKom, PN, NI (pengamat catur) (dilanjutkan klarifikasi Irine K Sukandar di podcast Dedy Corbuizer hari ini membuat kasus ini tuntas ?

Menurut saya, TIDAK !. 

Kecuali Dewa Kipas ternyata berbuat curang dibantu cheat engine dan mengaku telah berbuat curang. Maka kasus ditutup dengan kemenangan hegemoni ELO dan struktur piramida profesionalitas percaturan. Ini akan melegakan GothamChess, PB Percasi, Para WGM, GM. Master resmi yang terdaftar, beserta pendukungnya bahwa pola organisasi, proses rekrutmen, dan output dari pengakderan sudah berjalan dengan benar. Kredibilitas dan Citranya terpulihkan.

Tetapi jika Dewa Kipas memang benar bermain jujur, klarifikasi bentuk apapun hanya seperti bumbu yang tidak bermakna. Anomali ini menjadi cerita 'unik' yang tidak akan terhapus waktu. Kalaupun kejadian ini kemudian terkubur seiring waktu, tetap tidak akan pernah benar-benar lenyap. Kejadian ini telah membekas di benak GothamChess, para pegiat catur Indonesia, dan catatan digital abadi di dunia maya atas eksistensi Dewa Kipas.

GothamChess : Drama is Over, The Truth is Out (twitter.com)
GothamChess : Drama is Over, The Truth is Out (twitter.com)

"Dewa Kipas Langgar Fair Flay", tulis salah satu koran nasional, dan

"Drama is over, the truth is out", twit GothamChess 2 hari yang lalu untuk mengkonfirmasi followernya juga memuaskan kata hatinya.

Entah kapan opini akan terus digulirkan. GothamChess tidak akan pernah menerima kekalahan ini. Kredibiltasnya sudah terlalu besar. Harga diri dan martabatnya sudah begitu tinggi. Kekalahan ini melukainya. Responnya akan terus mengalir untuk membantah kekalahan itu, dengan logika argumentasi ataupun dengan emosi. Klarifikasi awal via anak Dewa Kipas pun tidak berarti, aliran kegundahan akan terus terbawa.

Algoritma Kebenaran

Jika Dewa Kipas benar-benar jujur, maka opini yang terjadi adalah membenturkan kebenaran versus kebenaran. Kebenaran nyata yaitu pengakuan main jujur Dewa Kipas dan bukti  video streaming kemenangan Dewa Kipas. Dan kemenangan argumentasi GothamChess yang dibackup algoritma sistem Chess.com dan justifikasi yang dikuatkan oleh pelaku dan institusi catur resmi di seluruh dunia. Kedua kebenaran ini relatif dari sudut pandang manusia, keduanya didesain oleh manusia.

Kebenaran Dewa Kipas terungkap langsung dari klarifikasinya. Itu sudah terjadi. Entah dilain hari. Kebenaran GothamChess adalah kebenaran asumsi dilandaskan pada algoritma kebenaran sistem Chess.com untuk mendeteksi kecurangan. Repotnya Chess.com tidak pernah mengungkap algoritma untuk mendeteksi kecurangan, termasuk dalam kasus blokir yang menimpa Dewa Kipas. Namun netizen masih bisa mengecek data permainan Dewa Kipas di Chess.com yang bersifat publik.

Akurasi Dewa Kipas Februari (SCUA TV - Youtube)
Akurasi Dewa Kipas Februari (SCUA TV - Youtube)

Akurasi Dewa Kipas Maret (SCUA TV - Youtube)
Akurasi Dewa Kipas Maret (SCUA TV - Youtube)

PB Percasi membedah data grafik permainan Dewa_Kipas selama bermain di Chess.com. PB Percasi menemukan ada kejanggalan dalam grafik permainan dan akurasi langkah Dewa_Kipas terutama pada perode 22 Februari sampai 2 Maret 2021. Kejanggalan yang dimaksud adalah grafik permainan Dewa_Kipas yang stabil di puncak dengan persentase rata-rata akurasi langkah mencapai 90 sampai 99 persen. Menurut PB Percasi, data itu tidak normal karena grafik permainan pecatur hebat sekalipun pasti naik turun dengan batas bawah dan atas rata-rata akurasi langkah pasti lebar (Kompas.com)

Kebenaran Dewa Kipas mungkin dinilai lebih subjektif dibanding kebenaran objektif algoritma sistem komputer Chess.com. Dan umum diketahui definisi kebenaran ilmiah manusia diarahkan untuk melebihkan objektivitas dan meninggalkan subjektivitas. Ini sudah menjadi asumsi mendasar. Tetapi dikembalikan pada sistem kebenaran sistem Chess.com, tidak boleh juga dikatakan kebenaran mutlak. Jangan salah, kode algoritma kebenaran itu sendiri bersumber dari pemikiran dan logika manusia. Parameter atau variabel yang dijadikan rujukan diputuskan dan diprogram secara kuantitatif dan kualitatif oleh logika manusia yang kerangka dasarnya subjektif. Penyimpangan dari algoritma kebenaran sistem komputer dijustifikasi sebagai error.  Anomali dari pola data yang normal dan lazim adalah keliru, salah.

Programmer menggunakan Computation Thinking (CT) atau berfikir komputasi sebagai pendekatan  penting dalam pengembangan aplikasi komputer. Bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk mendukung pemecahan masalah disemua disiplin ilmu, termasuk Humaniora, Science, Technology, Engineering, dan Matematika (STEM). Tak terkecuali juga dalam pengembangan algoritma kebenaran mendeteksi kecurangan pada sistem Chess.com.

Logika algoritma kebenaran yang dibangun bisa dalam bentuk metode Dekomposisi (Decomposition) dengan memecah data, proses atau masalah (kompleks) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau menjadi tugas-tugas yang mudah dikelola,; Mengenali Pola (Pattern Recognition) dengan melihat persamaan atau bahkan perbedaan pola, tren dan keteraturan dalam data yang nantinya akan digunakan dalam membuat prediksi dan penyajian data; Abstraksi (Abstraction) dengan melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip-prinsip umum yang menghasilkan pola, tren dan keteraturan tersebut; Semakin kompleks variabel yang dilibatkan semakin baik model yang dibangun. Semakin banyak uji sistem dilakukan akan semakin sempurna sistem yang dibuat. Semakin cerdas, bahkan mungkin lebih cerdas dari manusianya. Dalam hal ini, sempurna dalam orde manusia. Sekali lagi kebenaran 'relatif'manusia.

Kita bisa berkaca pada banyak kebenaran ilmiah manusia yang kemudian direvisi karena keterbatasannya. Anomali air pada suhu < 4 derajat. Hukum Newton tidak berlaku pada keadaan relativistik. Bumi dulu dianggap pusat tata surya. Alam semesta terus mengembang dan ilmu pengetahuan tidak bisa mengukur batasnya. Dan seterusnya yang banyak lagi. Artinya keterbatasan walau dalam orde 1,0E-6% harus diakui keberadaannya. Anda pasti faham penggunaan VAR di dunia sepakbola. Saat wasit tidak yakin pada penglihatannya, maka akan memeriksa di komputer. Berdasarkan hasil komputer, wasit kemudian memutuskan. Tetapi apakah keputusan wasit secara objektif bisa selalu diterima dan memuaskan semua pihak? Tidak selalu. Ada kejadian-kejadian tertentu yang tidak normal, tidak wajar. Ada anomali. Tak terkecuali, sistem uji kecurangan Chess.com.

Jadi, jika langkah anda dalam bermain catur terlalu sistemik dan teratur dengan jeda waktu yang sama, atau terlalu akurat didalam mengkonstruksi permainan, anda sudah layak dicurigai. Lebih dicurigai lagi, anda sebagai pemula, hanya kalah sesekali, kemudian menang terus dalam rentetan pertandingan terakhir, bahkan mengalahkan yang ELO nya lebih tinggi. Maka sistem akan mendeteksi adanya keanehan, ketidaknormalan dan pada akhirnya bisa dianggap kecurangan.

Algoritma kebenaran sistem Chess.com sudah membatasi bahwa manusia pasti memiliki kesalahan, memiliki kelemahan dalam fokus dan konsentrasi sehingga pasti ada salah jalan, dipengaruhi oleh struktur bangunan permainan lawan dan pada permainan tertentu pasti pernah dikalahkan, dan jangan menjadi jagoan diwaktu yang relatif singkat. Anda akan mengacaukan kenormalan sistem, karena tidak boleh ada kemenangan disertai akurasi diatas 93,5% terus menerus. Itu keputusan mesin kecerdasan.

Ini yang mungkin tidak terfikirkan oleh Dewa Kipas. Karena mungkin saja sang Dewa polos dan gaptek oleh teknologi komputasi. Hasrat bermainnya memicu adrenalin untuk menang dan terus menang. Atau sebaliknya tanpa sadar telah menggunakan cheat engine yang dikiranya bot biasa, secara multitasking. Etahlah, tidak tahu.

Ketika kebenaran berbentur dengan kebenaran di sisi yang lain, terkait keterbatasab pemahaman dan ilmu pengtahuan, maka kita hanya bisa berasumsi dan menggali argumentasi sendiri. Hanya sebatas itu. Tidak boleh kemudian merasa benar sendiri, membully dan mencaci maki. Karena kebenaran relatif saat ini bisa jadi adalah kekeliruan di waktu yang lain. Kekeliruan di saat ini bisa berubah menjadi kebenaran di masa depan. Semua yang difikirkan manusia adalah kebenaran relatif.

Jika Dewa Kipas bangkit untuk membela harga dirinya, dan bertarung secara kesatria berhadapan dengan semua yang meragukannya, dan ternyata menang. Maka itulah kemenangan netizen Indonesia. Netizen yang membelanya. Dan menyadarkan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, bukan segala-galanya. Tidak bisa menjadi satu-satunya patokan.

Tetapi jika Dewa Kipas tidak lagi berhasrat di usia tua dan mengabaikan semuanya, opini algoritma kebenaran sistem komputer yang akan terus bergaung sampai akhir jaman. Disini, Dewa Kipas akan tetap menjalani hidupnya dengan tenang dalam kesederhanaan, tidak lagi curi-curi waktu bermain catur di hape, dan akan menemani istri sepenuh hati kala tidur. Diksi popularitas, pengakuan, bahkan tersisihkan dan dilupakan  sudah tidak lagi difikirkan, itu bukan tujuan dan memang tidak pernah diimpikan. Tujuan semula hanyalah senang bermain catur. Bukan yang lain-lain.

"Kayu kok difikir, bikin pusing"

Itu celetuk saya jika ketemu teman sedang berkerut dalam saat bermain catur. Ya, itu hanyalah permainan sebagaimana dunia adalah sekedar permainan.Siapapun kita, mari memanusiakan manusia.

alifis@corner

170321

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun