Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Daring? Atur Zona Waktu agar Tidak Bermasalah

5 Agustus 2020   22:28 Diperbarui: 5 Agustus 2020   22:46 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi daring Azka - dokpri)

Ngobrol serba-serbi belajar dari rumah (study from home) atau apapun istilahnya seakan tak ada habisnya. Dari yang remeh-temeh sampai yang bikin ‘kecut’ orang tua (ortu). Dari yang lucu-lucu bikin geli bahkan ngakak sampai yang kadang sedikit drama harus teriak-teriak dengan anak.  Bayangkan teriakan yang biasa saja ya, bukan yang bikin gaduh tetangga :).

Yang remeh itu seperti mencarikan musik pengiring senam gembira untuk pelajaran PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) di Youtube dan membantu merekam saat anak memperagakan gerakannya.  Yang agak bikin ‘kecut’ ortu tapi bangga dalam hati, saat hafalan surat dan ayat anak ternyata sudah lebih banyak dibanding ortunya :) .

Yang bikin ngakak misalnya saat ada tugas menyanyikan kembali sebuah lagu yang dishare Guru di pelajaran tematik. Ayah mengiringi lagu dengan gitar, ibu memegang hape untuk merekam. Nada gitar menuju kemana, nada suara anak menuju kemana :)

Hal-hal begini akan dialami ortu yang memiliki anak level TK atau SD. Seperti anak saya yang bontot, yang saat ini duduk di kelas 3 SD, proses pembelajaran daringnya memang sudah dilaksanakan efektif sejak awal masa pandemi di semester kemarin. Semester ini juga masih daring, yang diselingi dengan  visit home dan visit school pada pekan-pekan tertentu. 

Program sekolah yang cukup adil menimbang keadaan dan perasaan siswa. Tapi bagi ortu yang anaknya sudah level SMP atau SMA, bahkan Perguruan Tinggi, paling-paling yang mendasar adalah ketersediaan sarana internet, hape atau laptop. Lain-lainnya mereka lebh mandiri.

Percayalah, jalani –apapun keadaannya, semuanya akan menjadi pengalaman anak dan pada saatnya menuju proses dewasanya nanti, hal itu menjadi kejadian yang manis untuk dikenang. Termasuk yang mungkin mengalami keterbatasan, karena ortu sangat sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas di lapangan. 

Seiring perjalanan waktu, sekecil apapun kontribusi proses kehidupan akan menghadirkan hikmah yang bermanaat dalam proses kehidupan di masa depan. Jangan pernah disesali, tidak usah ditangisi.

Antara WIB dan WITA

Ini pengalaman unik tentang zona waktu dalam  pembelajaran daring. Bukan saya yang mengalami tetapi anak saya yang kedua, Ata. Unik, karena mungkin tidak banyak siswa yang mengalami. Hanya beberapa gelintir yang kebetulan mengalami perbedaan zona waktu antara domisili rumah dengan sekolah.

(zonareferensi.com)
(zonareferensi.com)

Rumah kami, dimana Ata masih tinggal dan mengikuti sekolah daring bertempat di Kelurahan Penfui, Kota Kupang, NTT. Lokasi sekolah ada di Grati, Kab Pasuruan, Jatim. 

Di propinsi yang berbeda. Terpisah jarak 1500 km lebih. Juga berbeda zona waktu. Kupang, NTT masuk zona WITA ( Waktu Indonesia Tengah) termasuk Kota Makasar, Sulsel, dan Kota Mataram, NTB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun