Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Survei: Problematika Mahasiswa Saat Kuliah Daring dan Solusinya

12 Juni 2020   15:32 Diperbarui: 16 Juni 2020   03:41 3667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain mayoritas mahasiswa berurusan dengan  paket data yang merepotkan, mereka juga memanfaatkan wifi gratisan. Tercatat 23,9% mengakses wifi di rumah atau kos, tidak keluar dari tempat tinggal. Rinciannya, 9,9% mahasiswa menggunakan wifi di rumah dan 14% wifi di kosan. 

Ada 3,3% yang beralih (kemungkinan besar) dari wifi kos dan berkontribusi pada 79,4% mahasiswa yang terpaksa keluar rumah atau tempat tinggal karena tidak ada paket data atau fasilitas wifi.

Wifi gratisan yang dituju adalah spot wifi  yang difasilitasi yayasan atau pemerintah. Tercatat ada 27,3%, mahasiswa akan bertebaran di tempat tersebut.  Yang lebih unik adalah 52,1% mahasiswa mengakses wifi berasal dari tetangga.

Ternyata tetangga di masa pandemi covid menjadi komponen yang banyak berjasa bagi mahasiswa. Entah wi-fi tetangga kos, tetangga kamar atau tetangga rumah. Bagaimana cara mahasiswa mengakses wifi tetangga menarik untuk ditelisik.

Anggaran Paket Data

Jenis paket Data yang dibeli untuk kuliah daring (dokpri)
Jenis paket Data yang dibeli untuk kuliah daring (dokpri)

Kita sedikit kembali pada masalah paket data yang runyam. Bisa difahami jika mayoritas (81,8%) mahasiswa membeli paket data kuota bulanan dan 9,9% lainnya membeli kuota mingguan. Paket kuota bulanan lebih murah dibandingkan dengan yang mingguan atau harian. Selain itu juga efektif untuk janga waktu yang lebih panjang. Sebagian kecil mahasiswa menyiasati penggunaan paket data hanya diperlukan saat darurat, sementara wifi gratisan selama masih bisa dijangkau dan digunakan, itu lebh diprioritaskan.

Hal itu bisa terdeteksi pada beberapa jenis penugasan voice chat, di latarbelakang jawaban yang disampaikan terdengar beberapa suara yang cukup ramai mahasiswa yang lain. Artinya, kita juga memiliki dugaan, sebagian mahasiswa yang disarankan SFH tidak sepenuhnya ada di rumah atau di kost, tetapi di spot-spot wifi di luar kampus. Alasannya masuk akal, tidak ada paket data, tidak memiliki uang untuk beli paket data.

Besar anggaran untuk beli paket data (dokpri)
Besar anggaran untuk beli paket data (dokpri)

Berapa sih anggaran yang mahasiswa keluarkan untuk membeli paket data?

77,2% mahasiswa menghabiskan uang kurang dari 500.000 untuk membeli paket data.  15,7% mahasiswa  antara 500.000 - 750.000, 6,6% mahasiswa  antara 750.000 - 1.000.000 dan 0,8% diatas 1 juta.

Bisa dibayangkan, misalnya 1 bulan habis anggaran 500.000, yang sebelumnya mungkin cukup 50.000 untuk paket kuota bulanan, wajar orang tua ikut mengomel. Wajar mahasiswa berrgumen balik ke pihak  kampus terhadap hak wifi yang tidak bisa dimanfaatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun