Orang yang paling bersih hatinya dan paling suci jiwanya adalah orang yang paling banyak memahami dan mengamalkan Al Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. Bahkan membaca dan memahami kitab-kitab para ulama yang berisi ilmu yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah adalah obat untuk membersihkan kotoran hati dan jiwa manusia.
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam Surga-Ku" (QS al-Fajr : 27-28).
Ketenangan jiwa juga akan menghindarkan manusia dari fitnah keji dan sikap yang zalim. Mereka yang mencapai maqam muthmainnah, tidak akan mudah panik, cemas tak tahu arah, tidak pembuat hoak, menyebar kesesatan. Juga, tidak akan membabi-buta dalam menumpahkan pikiran sesat dan merusak kehidupan.
Di akhir Ramadan, ibadah zakat menjadi bagian integral bagaimana bersih-bersih jiwa dilakukan dalam rangka hablum minannaas, berbuat baik pada sesama selain sedekah yang sudah dilakukan selama Ramadan. Puncaknya di malam Idul Fitri mengagungkan Allah sebagai representasi hablum minallah, kedekatan vertikal seorang hamba pada Allah SWT.
Smoga semangat bersih-bersih diri, bersih-bersih jiwa selama Ramadan dan menuju Idul Fitri, konsisten melekat dalam rutinitas keseharian diri kita, menjadi life style gaya hidup muslim yang modern bahkan seterusnya sampai usia membatasi ruang gerak di dunia.
Salam bersih-bersih.
alifis@corner
190520
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H