Bersih (ber.sih): bebas dr kotoran, bening tidak keruh, tidak tercemar, tulus; ikhlas, tidak bernoda; suci, tidak dicampur dng unsur atau zat lain; asli, jelas dan rapi, habis sama sekali (KBBI)
Bersih-bersih itu sebuah proses, kerja atau usaha. Sifatnya positif, menjadi lebih baik. Maka bersih-bersih adalah upaya positif dan aktif dari bentuk kesadaran diri melakukan pembebasan atau tindakan penyucian dari segala bentuk noda, kotoran, kekeruhan, unsur-unsur pencemar.
Diri manusia, memiliki komponen yang begitu komplit. Kita sering menjumpai ungkapan yang menyebut 2 dimensi manusia yang tak terpisahkan, yaitu raga-jiwa, jasmani-rohani, lahir-batin. Hal itu mengisyaratkan bahwa dalam setiap dinamika kehidupan kedua dimensi itu saling mempengaruhi dan tidak saling berlepas diri.
Kalau mau bersih-bersih menuju Idul Fitri sayang kalau tanggung dan setengah-setengah, mengacu pada 2 dimensi diri manusia. Bersihkan raga, lingkungan hidup dan kecerdasan fisik kita. Bersihkan akal fikiran, kecerdasan spiritual dan jiwa kita. Sehingga mampu membangun struktur kecerdasan jiwa kita menjadi sehat dan kuat dan memenuhi kriteria seruan," Wahai jiwa yang tenang...". Nah, jadi bersih-bersihnya mesti komplit.
Bersih-Bersih Raga, Lingkungan Hidup dan Kecerdasan Fisik
Minggu, 2 hari lalu Pasar Anyar Bogor dalam sorotan dan menjadi viral karena masyarakat memenuhi pasar dengan berdesak-desakan, berkerumun tanpa jarak, mengabaikan protokol covid-19 dalam menyongsong Idul Fitri masyarakat. Yang memprihatinkan Bupati Arya Bima adalah bantuan sosial yang disalurkan digunakan untuk membel pakaian.
"Kalau belanja sembako kami maklumi. Tapi kalau belanja pakaian ini yang agak mengecewakan. Sudah saya katakan bahwa Lebaran tahun ini kita prihatin dulu. Kalau bantuan dari pemerintah dipakai beli baju, akan kami cabut bantuannya" (kompas.com)
Fenomena di pasar Anyar Bogor, menjadi ironi sekaligus problema sosial masyarakat kita, bagaimana memaknai Idul Fitri masih cenderung bersifat fisik semata. Baju baru sebagai wujud perubahan fisik benar, tetapi tidak memiliki signifikansi terhadap kesehatan diri dan keluarga secara keseluruhan. Justru pemanfaatan dana bantuan yang sebenarnya untuk bahan sembako dalam mempertangguh stamina dan kesehatan fisik, dihamburkan untuk baju lebaran yang tidak esensial baik di saat normal, apalagi di masa pandemi covid-19.
Ketika umat Islam menjalankan ibadah puasa dikala pandemi covid-19, itu sebenarnya bentuk ujian kecerdasan fisik. Bagaimana kita harus menjaga pola gizi makanan, tidak balas dendam dengan berlebihan memakan hidangan buka puasa, mengolahragakan tubuh dengan seimbang, mencuci tangan dan tubuh, termasuk mematuhi social distancing agar terhindar dari infeksi virus corona.
Diluar bulan Ramadan, setiap pribadi muslim sewajarnya tetap terjaga kebersihan diri dan lngkungannya. Menjaga wudhu setiap saat atau berwudhu setiap akan sholat 5 waktu, adalah bentuk kebersihan diri. Baju baru lebaran tidak menjamin bersih dan suci, apalagi dibeli saat pandemi. Substansinya adalah tubuh dan pakaian yang dpakai bebas dari kotoran, bersih dari kuman dan tentu suci untuk digunakan beribadah dan bermuamalah.