Di siang hari beraktifitas sebagaimana biasa dengan bekerja di rumah, diusahakan dengan selingan memperbanyak sedekah. Ada banyak cara untuk bersedekah, termasuk dengan mencukupi kebutuhan keluarga, berbagi dan berbuat baik kepada tetangga dan kerabat atau saat keluar rumah untuk keperluan khusus seperti di pasar bisa sambil membawakan bingkisan pada pemulung atau orang yang kurang beruntung. Di akhir Ramadan ada ibadah zakat fitrah yang bermakna berbagi rejeki pada fakir miskin dalam rangka menyempurnakan fitrah manusia.
Tradisi di kota dimana saya biasa jalani saat mudik menjelang berlebaran seperti kota Nganjuk, kota Pasuruan di Jawa Timur memiliki kemiripan dengan tradisi di kota Kupang, NTT. Beragam tradisi yang biasa dilakukan diantaranya ziarah ke makam, membuat ketupat, saling mengirim makanan, takbir keliling. Perbedaannya uniknya pada kemasan acara, waktu dan ekpresinya. Tidak seluruh pribadi muslim melakukan tradisi ini, karena bersifat khilafiah.
Ziarah ke Makam
Ziarah ke makam menjadi tradisi yang paling umum dilakukan umat muslim di bulan Ramadan dan Idul Fitri, ke kubur orang tua, saudara, kerabat yang sudah mendahului. Ada yang melakukannya menjelang Ramadan, di akhir Ramadan, atau saat Idul Fitri seusai sholat Id.
Di jawa, terutama Jawa Tengah tradisi ritus ini disebut Nyadran. Berupa pembersihan makam leluhur, peziarahan tabur bunga dan puncaknya berupa kenduri dan makan dan doa bersama. Tetapi ritus ini sudah banyak tereduksi di jaman modern ini. Di Nganjuk dan Pasuruan Nyadran yang asalnya dari tradisi Hindu-Budha tidak populer. Masyarakt cenderung menyebutnya ziarah kubur. Peziarah tetap melakukan pembersihan makam, sebagian ada yang tabur bunga sebagian ada yang tidak, dan diiringi baca ayat Al-Qur'an atau doa. Kenduri tidak ada lagi. Penyelarasan tradisi sebagai upaya menghindari ritual yang bersifat syirik.
Di Kupang, tradisi ziarah ini juga dilakukan oleh keluarga-keluarga muslim yang mayoritas dari keturunan Alor, Solor yang leluhurnya sebagai cikal bakal komunitas Islam di kota Kupang.
 Ketupat
Siapa yang tak tahu ketupat? Ini tradisi jawa yang paling unik yang kemudian menyebar di seantero Nusantara. Hadir saat lebaran, sepekan lebaran, bahkan sebelum lebaran. Ketupat, asalnya dari frasa kupat yang bermakna 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan). Wujud keikhlasan diri sebagai ekspresi saling memaafkan dengan  menghidangkan makanan kupat.
Makanan yang satu ini mentradisi menjadi menu wajib masyarakat Indonesia saat Idul Fitri. Di Nganjuk, Pasuruan dan kota Kupang umumnya mempersiapkan ketupat di malam lebaran. Sebagai pelengkap menu yang disajikan untuk keluarga dan tamu dihari pertama lebaran. Ketupat disajikan bersama menu spesial lebaran lainnya seperti opor ayam, rendang atau semur.
Tetapi hari raya ketupat sebenarnya dilakukan di hari keenam setelah lebaran. Di Jawa masih kental dilakukan, tetapi di kota Kupang tidak dilakukan. Ketupat hanya hadir ya di hari pertama lebaran. Di hari itu, basanya diiringi dengan saling mengirim makanan ke tetangga sekitar rumah.
Takbir Keliling
Takbir di Masjid sudah biasa. Tapi ada tradisi unik di berbagai daerah yang seru yaitu takbir atau takbiran keliling. Biasanya hanya keliling kampung. Dilakukan setelah selesai shalat magrib atau tepat saat malam lebaran. Selepas Maghrib, jamaah sudah berkumpul di masjid melakukan takbiran dan sebagian lain lagi membawa gendang untuk ditabuh mengiringi takbir yang dikumandangkan mengelilingi kampung.