Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah 3 Masjid, Diminati Umat karena Sarat Manfaat

30 April 2020   23:42 Diperbarui: 1 Mei 2020   00:54 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep manajemen modern masjid Jogokariyan telah mampu membalik argumentasi bahwa masjid harus mewah, megah yang justru cenderung menyedot dana infak atau sedekah dari donatur sekedar untuk pembangunan fisik / infrastruktur tapi tidak optimal dalam program pelayanan dan peberdayaan umat. Masjid Jogokariyan sederhana, tapi makmur luar biasa.

Setelah jamaah keluar agak sepi, saya sempatkan potret masjid yang sederhana ini. Tapi sarat manfaat bagi kemaslahatan umat. Saya bersyukur sudah berada di masjid Jogoariyan ini dengan sedikit mengabadikan diri. Hari menjelang sore, saya harus beranjak ke arah Stasiun Tugu untuk mencetak tiket kereta api. Sebelumnya sempatkan mampir di Malioboro. Tak kusangka kemudian bertemu dengan salah satu masjid yang fenomenal ini. Masjid Siti Djirzanah.

Masjid Siti Djirzanah

Sudah menjelang maghrib saya berjalan dari depan kantor pos menuju utara melintas kawasan malioboro. Sengaja saya jalan kaki untuk melemaskan kaki dan membeli beberapa oleh-oleh. Hari sudah aga remang, lampu-lampu sudah dinyalakan. Sesaat berjalan, pas di depan pasar Beringharjo saya tertegun melihat bangunan di seberang begitu beda. Sempit menjulang atapnya berarsitektur Cina. Daun pintunya melengkung membulat seperti lobang anak kunci. Di bagian atas terdapat tulisan Arab, Cina, Inggris. Di bagian agak bawah terbaca tulisan indah, 'Masjid Siti Djirzanah'. Masjid apa ini ? Itu pertanyaan bodoh saya.

Keingintahuan saya begitu menggoda, saya abaikan tawaran-tawaran oleh-oleh disekeliling. Kaki melangkah ke seberang. Tepat dengan mulainya kumandang adzan. Alhamdulillah rejeki. Tidak ada tempat sepatu, tapi ada puluhan tas biru tergantung. Saya amati orang-orang mengambil tas dan memasukkan sandal atau sepatunya. Ooh itu dia. Saya tiru dan ikuti. Tempat wudlu di lantai bawah, bersih dan rapi. Kulhat orang-orang menenteng tas sandal ke dalam dan ternyata di dalam sepanjang dinding tersedia bok penyimpanan.

Masjid ini tak umum. Ukurannya 4 m x15 m, sempit memanjang ke depan. Ada 17 shaf untuk sholat berjamaah. Imam sholatnya masih muda. Jamaahnya mayoritas pedagang dan wisatawan yang terjebak di keramaian malioboro. Masjid ini ramai dan selalu ramai, silih berganti orang-orang datang untu sholat. Bisa saya fahami, pedagang juga bergilir, bergantian menjaga dagangan.

Masjid Siti Djirzanah (dokpri)
Masjid Siti Djirzanah (dokpri)
Masjid ini mungkin salah satu representasi masjid mewah, mirip fasilitas hotel bintang lima. Kemewahannya mampu menyembunyikan sempit jarak dindingnya. Yang unik lokasinya menyisip di antara deretan ruko dan pedagang kaki lima. Mewahnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mungkin enggan masuk di masjid belakang pasar dan dekat kantor DPRD, itupun agak berjauhan. 

Ornamen kemewahan pada masjid menurut saya akhirnya menjadi hal yang diperlukan di lingkungan seperti Malioboro. Masjid ini sangat layak bertempat di tengah-tengah kawasan malioboro. Dari yang  aslinya ruko disulap jadi masjid. Sebutlah menjadi masjid wisata. Dengan logika terbalik saya membayangan jika masjidnya biasa saja, di tengah keramaian dan keruwetan khas Malioboro mungkin minatnya agak berkurang.

Keberadaan masjid juga mampu berkontribusi meningkatkan kualitas spiritual pedagang di sekitaran Malioboro dengan mendekatkan dan memudahannya setiap saat beribadah. Agak kontras kelihatannya di deretan pedagang kakilima yang tampil sederhana hadir masjid yang mempesona.

Logika saya agak tercekat membandingkan eksistensi masjid ini. Saya teringat para Wali saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, mereka mendekatkan ajaran Islam dengan strategi akulturasi. Begitu juga, ketiga masjid ini mampu menyatu dan hadir utuh di lingungannya.

alifis@corner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun