Masjid UGM telah berperan sebagai think tank umat. Menjadi pusat peradaban dimana berbagai kegiatan pendidikan, pelatihan, pengajian yang diselenggarakan Takmir, Jamaah Shalahuddin, organisasi dakwah kampus, organisasi kemasyarakatan silih berganti diselenggarakan di masjid UGM ini. Budaya intelektual yang terbangun sebagai bagian dari aktivitas masyarakat akademik selalu disegarkan, diarahkan dan dipoles dengan kegiatan-kegiatan spiritual yang menyejukkan.
Tak terasa matahari mulai condong ke barat. Setelah memandang sekeliling sambil ucap syukur, saya melangkah ke tempat wudlu, membersihkan niat. Kuambil hape dan memesan ojek online. Saya harus meninggalkan masjid penuh inspirasi ini menuju masjid kedua, di wilayah selatan Jogjakarta. Masjd Jogokariyan.
Ashar di Masjid Jogokariyan
Jauh lebih bagus masjid Al Mujahidin di kompleks TNI AU dekat rumah. Karpetnya kalau boleh dibilang biasa saja. Tembok sederhana dengan daun-daun jendela melengkung rendah. Halaman depan diapit gedung masjid, berderet kantor manajemen yang meliputi pemetaan, pelayanan dan pemberdayaan.Â
Tak lama masuk ashar, adzan sudah terdengar. Berbondong-bondong dari ujung-ujung jalan, jamah berdatangan. Masjid yang kelihatan tidak terlalu besar ini tidak lama terlihat penuh. Saya takjub. Allahu Akbar. Persis sepert yang saya dengar.
Lebih takjub lagi, ketika dibisiki disini ada 28 divisi. Yang sebagian besarnya adalah anak muda. Itu juga tercermin dari tulisan 'MaSjiD JoG0KARIyAN" warna-warni. Orang tua tidak akan 'segila' itu menempel tulisan di dinding masjid. Saya langsung berkeyakinan ini dipenuhi anak-anak muda penuh idealisme dan terbuka. Mubalig kondang seluruh negeri sepertinya sudah diundang dan hadir di tempat ini. Kajian rutinnya diisi ustad-ustad yang mumpuni. Kerja anak muda jangan dipungkiri.
Karena jamaahnya orang kampung, program pemetaan masjid Jogokariyan sangat unik. Dengan program sensus. Database dan peta dakwahnya lebih komplit dari sensus BPS. Percaya atau tidak, Â masjid punya data siapa saja yang shalat dan yang belum, yang berjama'ah di masjid dan yang tidak, yang sudah berqurban dan berzakat di baitul maal masjid, yang aktif mengikuti kegiatan masjid atau belum, yang berkemampuan di bidang apa dan bekerja di mana, dan seterusnya. Detail sekali.
Berkaitan dengan program pelayanan, kas infak masjid diprogram selalu NOL (nol besar). Jadi infak yang masuk dengan segera diimpelemtasikan dengan kegiatan layanan strategis dan taktis. Hmm. Ini membalik logika umumnya pengelola masjid. Masjid Jogokariyan juga memiliki toko souvenir. Di sayap selatan juga ada hotel masjid untuk memfasilitasi jamaah dari luar kota yang berniat beribadah lebih intens. Â
Kalau sebelumnya saya hanya mendengar atau sekedar membaca, saat itu saya melihat dengan mata kepala sendiri. Ini masjid luar biasa makmurnya. Sebuah masjid kampung tapi kelasnya melebihi masjid agung. Kalau dikata levelnya masjid kota, tapi nyata masjid ini benar-benar mendunia. Masjid Jogokariyan. makmur, mur.Â