Hai, pembaca setia Koko Isa Saburai!
Semoga gak bosan membaca Celotehan Isa Saburai yang mungkin kurang intelektual ini dan hanya menuliskan tentang keresahannya selama berada di dunia.
Kalau kita menelusuri makna kritis di Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering dikenal KBBI, yaitu bermakna tajam dalam penganalisisan atau tidak mudah percaya sehingga timbullah sifat mencari informasi yang aktual dan kredibel. Dari hasil kritis ini maka muncullah sebuah kritikan.
Nah, untuk kalian mahasiswa atau yang alumni mahasiswa, pernah gak si kalian mendengar ucapan seperti ini, "MAHASISWA ITU HARUS KRITIS!" Jika iya, boleh dong komentarnya.
Kalau saya si setuju kalau mahasiswa itu harus kritis. Sebenarnya gak harus mahasiswa si, semua orang harus punya sifat kritis agar tidak mudah dibohongi.
Saat ini kita fokus kepada mahasiswa saja karena mahasiswa kata orang adalah mahluk intelektual. Oleh karena itu, sifat kritis wajib dimiliki olehnya. Namun, sifat kritis ini bertolak belakang dengan suatu keadaan. Maksudnya bagaimana? Jadi, apabila mahasiswa kritis terhadap persoalan lingkungan, politik, pemerintah, atau lain sebagainya itu dianggap mencoreng nama baik atau tidak sopan.
Sehingga mahasiswa banyak yang takut mengkritisi dan hanya bisa mengikuti arus bagai daun kering yang terbawa angin. Walaupun masih ada kok mahasiswa yang kritis dan itu pun bisa dihitung dengan  jari.
Kalau seperti ini, kan, aneh. Mahasiswa disuruh kritis, tetapi di suatu sisi dibilang gak sopan, gak ada adab, atau lainnya. Seharusnya, pemerintah, rektor, dosen, atau profesi lainnya bisa menerima kritikan dari mahasiswa apalagi kritikan tersebut membangun bukan malah egois dan marah-marah kepada mahasiswa.
Harusnya bersyukur dan bangga dong, mahasiswa bisa bersifat kritis dan apalagi disuguhkan dengan data-data yang aktual dan kredibel. Bukan malah gak terima dan membalikkan kata-kata. Sungguh memilukan!
Yuk! Mahasiswa harus tetap berani bersifat kritis, apalagi tugas akhir kita 100 persen menggunakan metode penelitian dan itu pun dibutuhkan ketajaman dalam menganalisis. Kan, sayang juga jika sudah sekolah tinggi-tinggi dengan biaya mahal, tetapi kemampuan kita dalam berpikir masih kurang. Sungguh rugi, bukan?
Salam Literasi
Isa Saburai Berkreasi
Jumat-Jakarta Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H