Mohon tunggu...
Isa Saburai
Isa Saburai Mohon Tunggu... Freelancer - Lagi nyari jati diri, tetapi terlanjur dipaksa mencintai

Isa Saburai adalah seorang anak petani yang suka mencari inspirasi dari setiap sisi. Suka menyendiri bukan berarti tidak butuh teman untuk berinteraksi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ramadhan atau Ramadan?

23 Maret 2023   23:43 Diperbarui: 24 Maret 2023   00:00 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Hai, Teman-Teman Koko Isa Saburai dan pembaca setia.

Malam ini saya datang lagi, nih. Berhubung sekarang sudah masuk bulan yang mulia kayaknya kita perlu membahas sedikit tentang perdebatan tulisan Ramadhan atau Ramadan, ya, Ko?

Jadi, gini Teman-Teman. Sebetulnya sah-sah saja kalian mau menuliskan Ramadhan atau Ramadan. Yang tidak sah itu kalau kamu sudah tunangan sama aku, tapi nikahnya sama dia. Hahaha.

Jika kita merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering dipanggil KBBI, penulisan yang tepat adalah Ramadan. Kenapa, Ko? Karena di dalam Ejaan Bahasa Indonesia atau sering dikenal EBI, kata dh tidak tercantum diaturan bahasa Indonesia.

Namun, banyak banget tulisan Ramadhan di Google. Apakah itu tidak tepat? 

Nah, sistem Google dan sistem ketika kita membuat buku itu jauh berbeda, ya, Teman-Teman. Kalau menulis buku, kata-kata yang kita susun memang harus baku karena buat apa ada panduan bahasa Indonesia jika warganya saja tidak mau menerapkan?

Sedangkan sistem Google, itu tidak melihat baku atau tidaknya, tetapi melihat sebanyak berapa manusia di dunia ini mengetik huruf Ramadhan.

Ini sebetulnya tugas kita untuk melestarikan tulisan yang sesuai KBBI, baku, atau panduan bahasa Indonesia lainnya. Karena semakin orang mengetik kata Ramadhan maka kata Ramadan akan kalah dan tidak terdeteksi Google.

Untuk Teman-Teman yang sudah suka dan nyaman ada kata dh maka kata Ramadhan harus dimiringkan karena masuk kategori tidak baku.

Kalau saran aku si, selagi kita punya bahasa sendiri kenapa harus ikut bahasa lain? Emang kita mau dijajah lagi melalui sebuah tulisan? Gak capek, tah, dari dulu dijajah terus?

Mungkin ini hal sepele, ya, tetapi jika kita bergerak bersama-sama maka bisa membuat sebuah perubahan yang besar untuk kemajuan bahasa Indonesia ke depannya.

Untuk Teman-Teman yang sudah menjaga tulisan harus sesuai kaidah bahasa Indonesia saya ucapkan terima kasih. Kalian hebat!

Sedangkan untuk yang belum sesuai kaidah maka mulai dari sekarang perlahan-lahan membiasakan menulis secara baku.

Itu saja yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat.

Salam Literasi

Isa Saburai Berkreasi

Jakarta Barat, 23 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun