Mohon tunggu...
Muhammad Isa Anshari
Muhammad Isa Anshari Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswa Jurusan Sosiology Agama Universitas UIN Sunan Kalijaga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsep Cinta Dalam Islam

18 Januari 2012   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43 5331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Firman Allah :

“ Katakanlah : ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya, Allah  mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” ( Q.s. Ali ‘Imran 3:31)

Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakkan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang –orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik.

Dalam agama Islam diajarkan bahwa perasaan cinta ditujukan semata mata kepada sang pencipta, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluknya.Justru, cinta pada makhluknya dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya.

firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165,

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah."

Allah menyampaikan mengenai perbedaan dan garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman melalu indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan memberikan porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.

               Cinta dalam islam terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah 

“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga  kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. 9 (At Taubah): 24).

Cinta pada tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulnya dan jihad didalamnya. Cinta pada tingkatan menengah adalah cinta terhadap orang tua,anak, keluarga, pasangan dan saudara. Adapun cinta pada tingkatan terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan terhadap harta, keluarga melainkan cintanya terhadap Allah, rasul-Nya dan jihad didalamnya.

               Fenomena yang timbul dari tingkatan-tingkatan cinta yang ada akan menimbulkan efek yang berbeda. Pertama, pada fenomena tingkatan cinta yang tertinggi, maka akan membuat seseorag dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , Rasul-Nya dan jihad dijalan-Nya. Dalam kehidupannya sehari-sehari tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia. Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluk-Nya. Kemudian, bagi seseorang yang sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kemudian dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki. 
        Kedua, Adapun dampak yang disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan  masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tidak Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh ikatan 
kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tidak Allah tanamkan 
rasa cinta pada manusia maka, tidak akan tercipta hubungan social antara
bangsa yang dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal).Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaslahatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
               Ketiga, Fenomena Cinta tingkat rendah. Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah 
manusia, batu dsb.
2. Menjalin tali kasih kepada musuh-musuh Allah. 
3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
4. Mencintai ayah, ibu, anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, Rasul-Nya dan Jihad dijalan-Nya.
 

Bagaimana islam menggambarkan dan mengajarkan kepada manusia tentang cinta sudahlah sangat jelas dapat difahami, namun terkadang manusia banyak yang terjerumus oleh cintanya, karena apa yang di pahaminya tentang cinta itu tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan dalam islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun