Mohon tunggu...
Aa
Aa Mohon Tunggu... Administrasi - Aa

Aa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Remah Hikmah Kehidupan

12 Juli 2014   05:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:36 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang kita mengalami masalah dalam hidup, masalah yang mungkin membuat kita risau, galau, gundah-gulana. Masalah kehidupan yang nampak cenderung tidak kita sukai karena lebih bersifat negatif menurut perspektif pribadi kita sendiri. Namun sesungguhnya, di balik berbagai permasalahan yang telah, sedang, atau akan kita hadapi, telah Allah semayamkan pengalaman, pelajaran, dan ujian yang kesemuanya adalah bagian dari hikmah kehidupan. Tentu sering kita temui dalam kehidupan bahwasannya apa yang kita cintai, sukai, dan kita pilih, bukanlah apa yang Allah ridhoi. Dan sebagian apa yang Allah ridhoi adalah apa yang terkadang tidak kita sukai, malas melakukan, dan cenderung sulit untuk diterima. Hal itu terlingkup dalam segenap masalah menuntut ilmu, rezeki, jabatan, jodoh, karir, ibadah, dan berbagai masalah kehidupan lainnya, baik yang berorientasi duniawi maupun ukhrawi. Terkadang hasil yang dicapai tak senada dengan harapan, bahkan bertolak belakang. Namun itulah kehendak Allah. Sungguh di balik itu, Allah hendak menguji kesabaran, keimanan, dan ketaatan kita para hamba-Nya dan segenap umat manusia untuk melewati ujian dan cobaan. Kita dituntut cerdas, bijak, dan arif dalam menyikapinya.  Jika kita berhasil melampauinya, maka niscaya Allah akan mengangkat derajat kita. Dalam hal ini, akal dan hati dituntut untuk seirama dalam menerka dilalah yang Allah hadapkan dalam setiap segi masalah kehidupan. Dapatlah kita berkata bahwa hikmah selalu ada dalam setiap jengkal sepak terjang manusia. "Hikmah bagai pedang bermata dua" terkadang tajamnya dapat bermanfaat bagi kita, namun jika kita salah menyikapinya maka dapat melukai diri kita sendiri. Dengan akal sebagai penangkal dan hati sebagai penggerak, maka kita semua haruslah hati-hati dalam menggunakan "pedang" ini, hikmah ini dapat menjadi motor bagi kebangkitan jiwa kita, namun di sisi lain dapat pula menjatuhkan kita ke lubang hitam. Semoga kita diberikan kebijakan memilih keputusan dalam hidup, dan dijadikan pribadi yang sabar dan ikhlas. Karena sesungguhnya dibalik segala apapun pasti ada hikmah, yang mungkin baru kita rasakan nanti, jauh setelah peristiwa itu terjadi. Hikmah itu adalah bentuk kasih-sayang Allah, namun kita dituntut hati-hati karena tajamnya bagai pedang bermata dua. ***** Alabyad, 11 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun