Tanggal : Cijengkol Minggu,12 Januari 2014)
Author : Wais Alqurni
Dua tangan mengawali senyuman.
Berjalan menyusuri inti kesesuaian.
Kesesuaian hati nurani,arah,dan perjalanan.
Diantara dua pagi yang sama menghadap tujuan.
Semua pagi bertepuk tangan.
Ketika hati mengakhiri ucapan.
Ketika mulut mengakhiri perasaan.
Ketika kaki mengakhiri getaran.
Terasa nyaman saat di kanan.
Saat di kanan bunga yang bermekaran.
Dua pagi saling menyapa.
Menangkap naluri,mendekati hati.
Senyummu adalah pagiku.
Tangismu adalah mataku.
Perasaanmu adalah hatiku.
Dan pagimu adalah cintaku.
Cintaku bersemi di ujung hari.
Saat dua tangan membentuk cinta.
Angin segar menebar kesejukan.
Hari indah merangkai kenangan.
Bunga merekah memberi keharuman.
Kepalan tangan menghantar sentuhan.
Gerahnya tangan geraikan gerakan.
Berjalan antara dua ukiran pagi.
Sandaranmu seperti uraian seni.
Suara lembutmu mendesahkan hati.
Hangatnya tanganmu di waktu pertama kali.
Sampai saat ini.
Pagiku ingin merasakan dua tangan.
Menyentuh ranting bunga lalu menciumnya.
Memetiknya lalu ku simpan di dalam vas bunga.
Di meja,tepat di depan khayalan malam.
Hingga hatimu ku peluk.
Ku rangkul ke sebuah taman.
Taman di penuhi beberapa pengaman.
Pengaman hati pengaman melodi.
Terkunci di dalam sanubari.
Hingga ku terbelenggu oleh mekarnya bunga melati.
Jika ada seseorang bertanya.
Apa alasanmu mencintainya????
Aku akan menjawab.
Tidak ada alasan untuk tidak mencintainya.
Jika bertanya lagi.
Bagaimana awalnya kamu mencintainya.??
Aku akan menjawab .
Cintaku padanya hanya berawal dari
“Dua tangan”…………………..*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H