Guru notabennya adalah seorang pendidik. Namun tidak menutup kemungkinan jika seorang guru bukan pendidik tapi pengajar. Tapi yang dicari di Indonesia adalah pendidik bangsa yang mampu mendidik anak-anak Indonesia dengan hati.
Karena jika hati yang berbicara maka tidak akan ada hati yang susah. Ketika ada seorang peserta didik yang belum mengerti dan sulit memahami materi, mereka bukan bodoh.
Semua murid tidak ada yang bodoh namun hanya seorang guru yang belum mampu menemukan kunci titik temu agar semua anak menjadi cerdas berkarakter baik.
Era sudah berubah, jaman sudah berubah saat ini kita masuki abad 21 milenial merajai dunia. Apakah kita sebagai pendidik sudah siap menghadapinya ?. karena anak didik kita jauh lebih paham tentang teori karena mereka adalah warga internet.
Maka saatnya bukan hanya teori yang diberikah namun praktek, lakukan, pemahaman dan langsung berdampak impactfull terhadap kehidupan anak-anak Indonesia.
Lompatan besar pada abad 21. Abad ini peserta didik mengalami masalah ynag lebih besar dari peserta didik 10 tahun yang lalu. Apa yang menjadi masalah ? semakin mudahnya mengakses dan menggunakan media sosial menjadikan anak sulit terkontrol serta luasnya pergaulan.
Sepuluh tahun yang lalu peserta didik mengalami masalah akademis, susahnya belajar bahasa Inggris, susahnya persamaa kuadrat. Tapi hari ini peserta didik kita hebat dalam hal akademis, mereka bisa menyelesaikan masalah akademis dengan mudah karena saat ini tersedianya youtube maupun bimble online.
Namun mereka menghadapi masalah besar non akademis. Dalam hal ini guru harus mampu menembus batas-batas keakademisan. Ketika guru memandang sebelah mata masalah non akademis impact nya akan muncul pada masalah akademis peserta didik.
Pendidikan non akademis memiliki pengarauh yang sangat besar, karena ketika seorang peserta didik memiliki masalah pada non akademis dan tidak kunjung selesai (masalah keluarga, komunitas, teman-temannya) kemampuan kognitif seorang anak akan terreduksi.
Kemampuan guru abad 21 yang dihadapkan dengan bagaimana guru mengajar dan berhubungan dengan peserta didiknya harus multitasking. Era sekarang bukan lagi era dimana guru hanya fokus pada satu bidang saja.
Namun juga mampu menguasai beberapa bidang lain. Bukan berarti dengan demikian tidak bisa disebut sebagai guru professional. Namun dengan memiliki keahlian yang lain guru mampu menunjang kreatifitas dan sebagai mediator peserta didik dengan keahlian yg dimikinya.
Tantangan memang sudah menghadang didepan mata
Jika tantangan itu dapat kita lalui
Maka tiket surga sudah ada di tangan
Selamat menjadi ahli surga para guru tercinta.
"Shahnaz Haque"
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H