Ada yang menabur api
Menuainya untuk jengkalan perut.
Ada yang menabur badai
Menuainya untuk puja-puji semu
Ada yang menabur benci
Menuainya untuk eksistensi
Dan ada yang menabur kasih
Mamun menuai caci maki
Cinta dan benci kita berlatah-latah,
Berlebih-lebih, tak sederhana lagi
Kini rumah kita berbili-bilik
Labirin-labirin pemisah di bangun
Sekat-sekat batas dipancang
Di dalam rumah geram amarah di tabuh-tabuh
Kini bara itu diperebutkan
Ditiup dengan amarah
Menang membawa arang
Kalah beroleh abu
Lupalah kita bersaudara
Satu nusa, bangsa dan bahasa.
Semoga ibu pertiwi tak merintih sedih
Melihat anaknya berebut sepiring nasi
Di musim panen.
Irwan Zebua | 20-0502017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H