guru penggerak angkatan 9 dari SMAN 4 Kabupaten Tangerang berikut merupakan paparan dari Koneksi antar materi  modul 1.4 Budaya Positif.
Perkenalkan saya Irwan calonKesimpulan
Seorang Guru adalah pendidik dan pengajar yang harus memiliki kemampuan yang tidak hanya berkompeten dalam menguasai materi akan tetapi seorang guru yang baik harus mampu memiliki kemampuan untuk membentuk budaya positif disekolah. Budaya tersebut dapat dijalankan dengan menerpkan konsep inti, seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku yang berkaitan dengan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, pembuatan keyakinan kelas/sekolah dan penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah.
Disiplin positif adalah suatu cara penerapan disiplin yang mengajarkan anak beranggung jawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Disipln diri bersifat lebih kearah yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan. Disiplin diri pun dapat membuat murid memahami dan menyadari berdasarkan motivasi internal, bukan akibat dari paksaan, pujian atau hukuman.
Tujuan pembentukan disiplin positif yaitu membangun peserta didik dan seluruh warga sekolah agar memiliki motivasi intrinsik. Guru dapat mengambil peran mewujudkan kepemimpinan murid, dengan cara ini murid mampu memimpin dirinya sendiri. Pendidik perlu menciptakan peserta didik yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, jusrtu bukan motivasi ekstrinsik. Nilai-nilai kebajikan itu tentunya relevan dengan nilai profil pelajar Pancasila yaitu: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotong royong, dan kreatif. Untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila ini guru dapat menerapkan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, inovatif, kolaboratif, menggerakkan komunitas pendidik dan lainnya sehingga akan terwujud budaya positif di sekolah.
Refleksi
Saya sudah memahami terkait konsep-konsep inti dalam modul 1.4 budaya positif berkaitan dsiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman, penghargaan dan restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, lima posisi kontrol dan segitiga restitusi. Seluruh konsep inti yang ada pada modul 1.4 itu harus sepenuhnya dipahami dan diresapi  dalam diri serta mampu diwujudkan dalam tindakan dan dtularkan pada rekan guru disekolah.
PerubahanÂ
Setelah memperlajari materi yang terdapat pada modul 1.4 ini saya mulai memahami dan merencanakan bagaimana memunculkan motivasi intrinsik pada diri peserta didik. Sebelum saya mengetahui materi pada modul budaya positif ini saya selalu menilai siswa yang aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan yang muncul ketika proses pembelajaran dengan memberikan nilai keaktifan. Namu hal itu kurang efektif karena siswa bertanya dan menanggapi karena hanya ingin mendapatkan nilai tanpa dia sadari bahwa bertanya merupakan proses transfer dan berbagi pengetahuan antara peserta didik dan guru mampun antar peserta didik lainnya.
Pengalaman, Perasaan dan Hal yang harus diperbaiki
Hal menarik yang saya alami ketika melaksanakan segitiga restitusi pada permasalahan yang terjadi pada siswa yang sudah saya buat videonya di tugas demonstrasi kontekstual. Ternyata ketika peserta didik mengalami permasalahan kita sebagai pendidik tidak langsung menghakimi anak tanpa kita mengetahui duduk permasalahannya. Â Ketika saya menstabilkan identitas, memvalidasi kesalahan serta menanyakan keyakinan disini saya paham ternyata saya dulu sebagai seorang pendidik ketika menghadapi dan menangani permasalahan peserta didik belum sepenuhnya memahami dan menemukan solusi yang tepat terkait permasalahan yang dialami peserta didik. Begitupun dengan saat mempelajari teori motivasi perilaku manusia. Ternyata penghargaan dapat berdampak kurang baik bagi peserta didik. Karena peserta didik akan terdorong melakukan sesuatu karean faktor motivasi ekstrinsik bukan dari dirinya sendiri dan ini kurang tepat dan tentunya mengurangi kualitas serta kreativitas peserta didik tidak berkembang dengan baik dan tentunya memiliki motivasi intrinsik.
Sebelum dan Sesudah Posisi Kontrol dan Segitiga Restitusi
Dulu sebelum mempelajari materi pada modul budaya positif saya berada pada posisi kontrol saya selalu pada posisi teman dan penghukum. Tidak pernah melihat permasalahan dari sebab dan sudut pandang yang berbeda saya langsung menilai anak selalu pada posisi salah dan harus diberikan sangsi. Seharusnya sebagai posisi menajer dalam proses penyelesaian masalah dengan menggunakan segitiga restitusi. Seperti permasalahan yang terjadi ada salah satu anak didik saya kelas XI IPS 4 anak itu jarang sekali masuk sekolah dan terkadang dating selalu terlambat. Anak tersebut memang sudah menjadi perhatian saya dan sudah beberapa kali saya panggil. Namun kemarin saya sambal menerapkan segitiga restitusi dan berada posisi kontrol manajer. Ternyata anak tersebut tidak tinggal dengan orang tuanya. Dia lebih memilih kabur dari rumah krean tidak menemukan kenyamanan dirumahnya. Setelah saya galin lebih dalam bersama guru bimbingan konseling ternyata ada hal yang membuat anak itu tidak nyaman dari keluarganya dan akhirnya tidak mau komunikasi dengan orang tuanya. Sampai saat ini permasalahnnya masih menjadi fokus perhatian saya dan sekolah.
Hal ini tentunya memotivasi saya untuk terus belajar dan lebih memperbaiki penerapan segitiga restitusi dan posisi kontrol serta meningkatkan kolaborasi dengan seluruh warga sekolah dan tentunya pemangku kepentingan di sekolah.
Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata
Judul Modul
Pembuatan Keyakinan Kelas dan Penerapan Segitiga Restitusi untuk Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah
Nama Peserta
Guru dan Tenaga kependidikan
Latar Belakang
Menciptakan pendidikan yang berpihak kepada murid, menyenangkan, menuntun segala kodrat yang dimiliki anak serta karakter-karakter baik yang akan melekat pada anak.
Tujuan
Terwujudnya keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi dapat menumbuhkan disiplin positif pada siswa.
Tolok Ukur
- Terdapat keyakinan kelas disetiap kelas
- Guru dan tenaga kependidikan menerpakan segitiga restitusi dalam penyelesaian permasalahan siswa
- Permasalahan terkait kedisplinan dan bullying berkurang
Lini masa tindakan yang akan dilakukan
- Membuat modul
- Membuat power point
- Menemui kepala sekolah atau wakil kurikulum terkait izin dan jadwal pelaksanaan
- Diskusi dengan teman sejawat terkait teknis pelaksanaan.
Dukungan yang dibutuhkan
- Ruangan untuk Desiminasi
- proyektor/infokus
- Peserta /guru yang terlibat sebanyak 10 orang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H