Pesan terakhirku,
jika nanti aku tak lagi menanyakan kabarmu
jika nanti aku tak lagi mencari keberadaanmu
dan mungkin sudah tak ada lagi pesan sekedar ucapan sederhana dipagi atau malam harimu.
percayalah aku tak pernah berhenti mengagumi dan mencintaimu.
Aku hanya sedikit merenung dan mengganti cara dengan berdoa,
sekarang aku memahami doa adalah cara terbaik untuk mencintai hal - hal yang tak ku miliki.
jika nanti kita sudah tak mungkin bertemu dan sekedar tahu kabarmu.
aku akan tetap tersenyum dan bersyukur telah memperjuangkan perasaan ini.
aku ucapakan terima kasih, kamu pernah menjadi alasan ku untuk tetap hidup.
pernah menjadi alasanku tertawa, pernah mendengar cerita-ceritamu walau tentang dia.
setidaknya aku sempat melihat mu tersenyum dihadapanku, melihatmu bahagia dengan ceritamu.
setidaknya aku sempat menjadi sesuatu dihidupmu meski hanya sebatas diperlukan bukan diperlukan.
dan nanti aku akan kembali menemuimu sebagai seseorang yang lukanya telah sembuh.
sebagai seseorang yang kepingan hatinya telah kembali utuh.
kelak nanti aku akan menceritakan semuanya padamu, bagaimana aku harus bergelut dengan rasa sedih.
aku akan ceritakan pula bagiamana aku tertatih, bangun dan berlari dari kejaran bayang-bayangmu.
tentang betapa aku harus berdebat dengan nurani untuk terus melangkah atau menyerah dengan keadaan seperti ini.
aku harus sanggup walapun sebenarnya teramat berat bagiku,
kelak aku pun akan kembali dan berdiri dihadapanmuÂ
sebagai seseorang yang cintanya masih tapi rasa ingin memilikinya sudah tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H